Latar belakang: Proses belajar penting bagi seorang anak dalam perkembangannya. Anak dapat belajar dengan baik bila didukung kondisi yang baik pula. Salah satu faktor pendukung tersebut adalah fungsi memori kerja. Penelitian menunjukkan memori kerja merupakan prediktor kapasitas belajar yang lebih bermakna daripada intelligence quotient (IQ). Bila fungsi ini terganggu, anak dapat mengalami kesulitan belajar. Studi melaporkan gangguan memori kerja banyak ditemukan pada gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mendapatkan data proporsi gangguan memori kerja pada anak GPPH dan perbandingan dengan anak tanpa GPPH. Data ini diharapkan dapat menjadi data dasar bagi pengembangan intervensi selanjutnya.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang pada bulan Mei 2017 hingga Mei 2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode randomized sampling menggunakan program SPSS. Instrumen Mini International Neuropsychiatry Interview KID (M.I.N.I. KID) digunakan untuk membantu menegakkan 24 diagnosis gangguan jiwa anak dan remaja yang terdapat di DSM-IV dan ICD-10 secara komprehensif dan Working Memory Rating Scale (WMRS) dgunakan untuk menentukan ada tidaknya defisit memori kerja pada anak berusia 5-11 tahun dan telah divalidasi dalam Bahasa Indonesia oleh Wiguna, dkk. (2012).
Hasil: Proporsi gangguan memori kerja pada kelompok anak dengan GPPH berbeda bermakna dibandingkan kelompok anak tanpa GPPH (44% vs 0%, p<0,05). Pada uji analisis, didapatkan prevalence ratio (PR) sebesar 40,4 (95%CI 2,22 - 738,01), artinya anak dengan GPPH berisiko mengalami gangguan memori kerja 40,4 kali lebih besar dibandingkan anak tanpa GPPH. Rerata WMRS juga menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok subjek dengan GPPH dan kelompok subjek tanpa GPPH [50,48 (SB=11,08) vs 30,60 (SB=8,04), p<0,05] namun tidak berbeda bermakna antara kelompok subjek dengan GPPH yang mengkonsumsi metilfenidat hidroklorida dan yang tidak mengkonsumsi metilfenidat hidroklorida [50,93 (SB=10,25) vs 50,09 (SB=11,26), p=0,85].
Simpulan: Gangguan memori kerja lebih banyak ditemukan pada anak dengan GPPH. Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian lainnya. Oleh karena itu, pemeriksaan memori kerja pada anak dengan GPPH sebaiknya dilakukan untuk mengantisipasi kesulitan belajar yang mungkin timbul di kemudian. Intervensi tambahan, seperti game therapy dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki gangguan memori kerja yang ditemukan pada anak-anak dengan GPPH.
Background: Learning process is important in child’s development. Children may learn well if supported by good conditions. One of the supporting factors is working memory. Research shows working memory is more meaningful learning capacity’s predictor than intelligence quotient (IQ). If this function is interrupted, children can experience learning difficulties. Studies reporting working memory impairment often found in attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Therefore, this study tried to obtain data on the proportion of working memory impairment in ADHD children and its comparison with healthy children. Results is expected to be the basic data for the development of further interventions.
Method: This study was conducted in a cross-sectional design in May 2017 to May 2019. Sampling was done by randomized sampling method using the SPSS program. The Mini International Neuropsychiatry KID Interview Instrument (MINI KID) was used to establish 24 diagnoses of child and adolescent mental disorders comprehensively as in the DSM-IV and ICD-10, and the Working Memory Rating Scale (WMRS) was used to determine the presence or absence of working memory deficits in children aged 5-11 years and have been validated in Indonesian by Wiguna et al. (2012).
Results: Proportion of working memory impairments in ADHD group was significantly different compared to group without ADHD (44% vs 0%, p <0.05). Analysis test shows children with ADHD were at risk of experiencing working memory impairment 40.4 times greater than children without ADHD (prevalence ratio 40.4, 95% CI 2.22 - 738.01). The average WMRS scores also showed significant difference between group with ADHD and without ADHD [50.48 (SD = 11.08) vs 30.60 (SD = 8.04), p <0.05]
but not significantly different between who consumed and those who did not consume methylphenidate hydrochloride [50.93 (SD = 10.25) vs 50.09 (SD = 11.26), p = 0.85].
Conclusions: Working memory disorders are more common in children with ADHD. This finding is in accordance with the results of other studies. Therefore, examination of working memory in children with ADHD should be done to anticipate learning difficulties that may arise later. Additional interventions, such as game therapy, can be considered to improve working memory impairment found in children with ADHD.
"Latar belakang: Perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh status gizi yang merupakan masalah di Indonesia (17,7%). SYSTEMS-R adalah salah satu pemeriksaan fungsi kognitif dengan waktu pengerjaan singkat, serta sensitivitas (83%) dan spesifisitas (76%) tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan status gizi dengan fungsi kognitif anak usia 6-15 tahun dengan pemeriksaan SYSTEMS-R.
Metode: Penelitian ini memiliki desain kasus kontrol yang dilakukan pada anak usia 6-15 tahun di SDN dan SMPN dengan teknik consecutive sampling.
Hasil: Penelitian ini terdiri dari 105 subyek, yaitu 60 subyek kelompok kasus (kognitif kurang berdasarkan usia dan tingkat pendidikan) dan 45 subyek kelompok kontrol (kognitif baik). Subyek penelitian dengan pendapatan orang tua di bawah UMR berisiko 2,4 kali memiliki kognitif kurang (63,6%) dengan p <0,05. Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan bermakna antara status gizi dan fungsi kognitif. Subyek dengan gizi baik dan tinggi badan normal cenderung memiliki kognitif baik berdasarkan usia dan tingkat pendidikan.
Kesimpulan: Pendapatan orang tua memiliki hubungan dengan fungsi kognitif. Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan bermakna antara status gizi dan fungsi kognitif. Subyek penelitian dengan gizi baik dan tinggi badan normal cenderung memiliki kognitif baik.
Background: Children’s cognitive development is influenced by nutritional status which is a problem in Indonesia (17,7%). SYSTEMS-R is an cognitive examination with a short processing time, high sensitivity (83%) and specificity (76%). This study aims to see the relationship of nutritional status and cognitive function of 6-15 years old child with The School Years Screening Test For Evaluation Of Mental Status Revised (SYSTEMS-R).
Methods: This case control study was carried out in children aged 6-15 years at Elementary and Junior High School with consecutive sampling techniques.
Results: This study consists of 105 subjects, which is 60 subjects in case group (cognitive dysfunction) and 45 subjects in control group (normal cognitive function). Subject with low parental income had 2,4 times the risk of having cognitive dysfunction (63,6%) with p <0,05. This study did not show a significant relationship between nutritional status and cognitive function. Subjects with normal nutritional status and height tend to have normal cognitive function based on age and education level.
Conclusions: Parental income has a relationship with cognitive function. This study did not show a significant relationship between nutritional status and cognitive function. Subjects with normal nutritional status and height tend to have normal cognitive function.
"