Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rabbania Hiksas
Abstrak :
Latar Belakang: Penyembuh luka yang dikenal luas oleh masyarakat modern saat ini adalah povidone iodine 10%, sedangkan masyarakat tradisional lebih memilih bubuk kopi. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa bubuk kopi lebih efektif dalam menyembuhkan luka dibandingkan dengan povidone iodine 10%. Metode: Enam ekor tikus putih Rattus norvegicus betina dengan usia 10-12 minggu dibuatkan 3 luka sebesar 0.5x1 cm yang dijadikan kelompok kontrol, povidone iodine 10%, dan bubuk kopi. Tiga tikus pertama dikorbankan dihari ketiga dan sisanya dihari ketujuh. Bekas luka dipotong dan dibuat sediaan histopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin dan eosin untuk fibroblas dan Van Gieson untuk serat kolagen. Hasil: Terdapat proses inhibisi penyembuhan luka oleh povidone iodine 10% dan bubuk kopi pada hari ke-1 sampai 3, tetapi terdapat stimulasi fibroblas dan serat kolagen setelah hari ketiga. Pada hari ketiga, kelompok kontrol memiliki tingkat fibroblast dan serabut kolagen paling tinggi, sedangkan pada kelompok povidone iodine 10% dan bubuk kopi relatif sama dengan di tingkat yang rendah. Pada hari ketujuh, semua kelompok memiliki tingkat fibroblas dan serabut kolagen yang hampir sama. Walaupun begitu, perbedaan ini tidak bermakna (p=0.427 untuk fibroblast, dan p=0.300 untuk serat kolagen). Kesimpulan: tidak terdapat perbedaan bermakna dari povidone iodine 10% dan bubuk kopi terhadap tingkat fibroblas dan kolagen. ......Background: Common wound healing treatment used by modern society is povidone iodine 10%, but traditional society prefer to choose coffee powder. This research is done to prove the effectiveness of coffee powder as wound healing treatment in compared to povidone iodine 10%. Methods: 3 wounds with each 0.5x1 cm are made in female Rattus norvegicus white rats with age around 10-12 weeks and divided into control, povidone iodine 10% and coffee powder group. The first three rats were sacrificed on the third day and the rest on the seventh day. Histopathological specimens were made from the cutting wounds and stained using Hematoxylin-eosin for fibroblas dan Van Gieson for collagen fibers analysis. Result: There is an inhibition processed by povidone iodine 10 and coffee powder in the 1st until 3rd day, but there is a stimulation of fibroblast and collagen fibers after day 3. On the 3rd day, control group has the highest level of fibroblast and collagen fibers, but on the 7th day, all groups have approximately the same level of fibroblast and collagen. However, this differences is not significant (p=0.427 for fibroblast, and p=0.300 for collagen fibers). Conclusion: there is no significant difference between povidone iodine 10% and coffee powder towards the level of fibroblast and collagen.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agi Satria Putranto
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang. Striktur usus merupakan suatu bentuk komplikasi dari hernia stangulata, yang menyebabkan obstruksi usus setelah beberapa bulan pascaoperasi. Kejadian striktur usus sangat berkaitan dengan fibrosis. Namun tidak semua fibrosis usus akan menjadi striktur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran TGF-β, sitoglobin, miR-21, miR-29b sebagai faktor dalam memprediksi striktur usus pada tikus dengan studi eksperimental penjepitan usus. Metode. Studi dilakuakn di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 2018-2019. Hewan coba yang digunakan di dalam penelitian adalah galur Sprague-Dawley dewasa muda berusia 6-8 minggu dengan berat 150-200gram. Tikus di anestesi menggunakan ketamin dan dilakukan laparotomi untuk melakukan tindakan penjepitan pada usus tikus. Penjepitan menggunakan cable tie dengan ukuran diameter lilitan 6 mm dan terlebih dahulu lindungi plastik rigid, pada bagian ileum terminal. Spesimen yang diperoleh berupa bagian usus di antara jepitan sepanjang 1 cm serta darah dari jantung pada jam ke-6 dan ke-24. Untuk pemeriksaan histopatologi diberikan pulasan hematoksilin-eosin dan Masson trichrome. Analisa serum biokimia menggunakan RT-PCR dan ELISA. Hasil. Serat kolagen ditemukan bermakna pada perlakuan jam ke-6 vs kontrol (10.66±4.66; p<0.05) dan jam ke-24 vs kontrol (17.98±6.93; p<0.01) serta deposit serat kolagen paling banyak terdapat pada lapisan submukosa. Deposisi kolagen usus diikuti peningkatan konsentrasi miR-21 baik pada serum (med.6jam=54.25; p>0.05&med.24jam=37 ;p>0.05) maupun jaringan (med.6jam=21.9; p<0.05&med.24jam=144 ;p>0.05) Deposisi kolagen usus diikuti peningkatan miR-29b baik serum (med.6jam=631.5; p>0.05 & med.24jam=863.5 ; p>0.05) maupun jaringan (med.6jam = 675; p>0.05& med.24jam=759.5 ; p>0.05). Deposisi kolagen usus diikuti dengan peningkatan yang bermakna pada TGF-β serum (medp.6jam= 32.85; p<0.05&med.24jam = 24.87; p<0.05) maupun jaringan (medp.6jam=14.8; p<0.05&med.24jam=58.32; p<0.05). Deposisi kolagen usus diikuti dengan peningkatan bermakna sitoglobin serum (medp.6jam=162.9; p<0.05&medp.24jam=263.72; p<0.05) dan jaringan (medp.6jam=2712.61; p<0.01&medp.24jam=1308.38; p>0.05). Terdapat korelasi yang bermakna antara serat kolagen dengan TGF-β jaringan (r= 0.436; p=0.033). Uji diagnostik menunjukkan TGF-β serum yang tinggi dan sitoglobin yang tinggi yang diperiksa pada jam ke 24 setelah jepitan memiliki sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi serat kolagen (fisher<0.01; sensitivitas 100%; spesifisitas 63%). Simpulan. Pemeriksaan serum TGF-B dan sitoglobin yang dilakukan secara bersamaan pada waktu 24 jam mempunyai hubungan dengan peningkatan serat kolagen yang berpotensi menjadi fibrosis sehingga dapat digunakan sebagai prediktor kejadian striktur usus.
ABSTARCT
Background. Intestinal stricture has been a troublesome complication following strangulated hernia, which may result in intestinal obstruction after several months postsurgery. The occurrence of intestinal stricture is closely related to fibrosis. Not all of the fibrotic lesions, however, lead to stricture. The present study is aimed to investigate the role of TGF-β, cytoglobin, miR-21, miR-29b and collagen deposition as factors in predicting the occurrence of intestinal stricture in the rats underwent experimental intestinal strangulation. Methods. The study was conducted in Animal Cluster and Laboratories at Faculty of Medicine, University of Indonesia during 2018-2019. Adult, male Sprague-Dawley rats of 6-8 weeks old, 150-200 g were used in the study. Following anesthesia with ketamine, the rats were laparotomized and intestinal strangulation was conducted bymeans of a cable tie. Intestinal tissues and blood samples were collected at 6 and 24 hours of strangulation. Tissue samples were stained with Hematoxylin-eosin and Massons trichrome to visualize collagen and pathological alteration. TGF-β, cytoglobin, miR21 and miR29b were determined in blood sera and tissue samples and analyzed using RT-PCR and ELISA. Results. Collagen fiber was found to be significant at the 6th hour vs. control (10.66 ±4.66; p <0.05) and 24th hour vs control (17.98 ± 6.93; p <0.01), most collagen fibers deposit were found in the submucosal layer. Increase in intestinal collagen deposition was followed by an increase in the concentration of miR-21 both in serum (med.t.6 hours = 54.25; p> 0.05 & med. t.24 hours = 37; p> 0.05) and tissue (med.t.6 hours = 21.9; p <0.05 & med.t.24 hours = 144; p> 0.05) Increase in deposition of intestinal collagen followed by an increase in miR-29b both serum (med. t.6 hours = 631.5; p> 0.05 & med. t.24 hours = 863.5; p> 0.05) and tissue (med. t.6 hours = 675; p> 0.05 & med. t.24 hours = 759.5; p> 0.05). Increase in intestinal collagen deposition was followed by a significant increase in serum TGF-β (med.t.6 hours = 32.85; p <0.05 & med.t.24 hours = 24.87; p <0.05) and tissue (med.t.6 hours = 14.8; p <0.05 & med t.24 hours = 58.32 hours); p <0.05). Increase in intestinal collagen deposition was followed by a significant increase in serum cytoglobin (med.t.6 hours = 162.9; p <0.05 & med. t.24 hours = 263.72; p <0.05) and tissue (med.t.6 hours = 2712.61; p <0.01 & med.t.24 hours = 1308.38; p> 0.05). There was a significant correlation between collagen fiber and TGF-β tissue (r= 0.436; p = 0.033). Diagnostically, high serum TGF-β and cytoglobin that were examined at 24 hours after strangulation occur have high sensitivity to detect collagen fiber (fisher <0.01; sensitivity 100%; specificity 63%). Conclusions. Simultaneous increase of serum TGF-β and cytoglobin at 24 hours of strangulation associated with increased collagen fibers may become potential factors in predicting intestinal stricture in the rat underwent experimental strangulated intestines
2020
D2794
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library