Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safira Salsabila
Abstrak :
Kepadatan Kota Depok menyebabkan anak tidak bisa mendapatkan ruang bermainnya sehingga memicu terjadinya pergeseran ruang bermain anak ke Taman Pemakaman Kampung Mampangan Kota Depok. Tujuan dari penelitian ini untuk (i) menganalisis tata kelola pemanfaatan taman pemakaman, (ii) menganalisis strategi meruang dalam aktivitas bermain, dan (iii) menyimpulkan model tata kelola pemanfaatan ruang bermain di taman pemakaman. Teori tata kelola polycentric menjadi landasan teori karena taman pemakaman merupakan common-pool recources yang digunakan dan dikelola secara bersama oleh masyarakat. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan melakukan coding dan pemetaan untuk pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi modifikasi tata kelola masyarakat ketika anak dapat melakukan strategi meruang di dalam tata kelola. Temuan juga menunjukkan adanya kekurangan pada model tata kelola polycentric Ostrom yang sebelumnya tidak menyertakan syarat agar tata kelola polycentric dapat berjalan secara berkelanjutan. Syarat tersebut yaitu harus terdapat pemimpin, kepentingan bersama, mekanisme kesepakatan yang fleksibel, kepercayaan yang tinggi, mekanisme penyelesaian konflik dengan memperhatikan kebutuhan, dan hanya dapat dijalankan di dalam komunitas yang kecil. Jika ingin diterapkan pada skala yang besar, diperlukan peran dari pihak di luar komunitas yang dapat menjadi perantara untuk menghubungkan antara komunitas satu dengan komunitas lainnya. Penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam merencanakan kota yang inklusif bagi setiap orang. ......The density of Depok City causes children to not be able to get their playground, thus triggering a shift in the children's playground to the Mampangan Village Cemetery, Depok City. The purpose of this study is to (i) analyze the governance of the utilization of the cemetery, (ii) analyze the spatial strategy in play activities, and (iii) conclude the governance model for the use of the play space in the cemetery. The theory of polycentric governance becomes the theoretical basis because the cemetery is a common-pool resource that is used and managed jointly by the community. The research uses qualitative methods by doing coding and mapping for data processing. The results show that there is a modification of community governance when children can carry out spatial strategies in governance. The findings also show that there are deficiencies in Ostrom's polycentric governance model, which previously did not include requirements for polycentric governance to run in a sustainable manner. These conditions are that there must be a leader, common interests, flexible agreement mechanisms, high trust, conflict resolution mechanisms that take into account needs and can only be carried out in small communities. If to apply it on a large scale, you need the role of parties outside the community who can act as intermediaries to connect one community to another. The research is expected to be an input for the government in planning an inclusive city for everyone.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Puspita
Abstrak :
Penelitian ini mengungkap keberadaan fasilitas umum kampung kota yang dilihat sebagaisumber daya bersama (common pool resources). Warga kampung kota memiliki hubungan sosial antar warga yang sangat erat, terlebih keberadaan sarana fasilitas umum yang dimiliki semakin mempererat hubungan sosial mereka. Fasilitas umum sebagai elemen arsitektur perkotaan merupakan kebutuhan bagi setiap warga kampung kota, namun penyediaan dan pemeliharaannya memerlukan biaya yang cukup mahal. Dibutuhkan keterlibatan pemimpin formal dan bantuan pemimpin informal sebagai penghubung antara pemimpin formal dan penduduk kampung untuk memenuhi kebutuhan fasilitas umum tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan membuktikan pengaruh pemimpin formal dan pemimpin informal terhadap perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan fasilitas umum serta implikasinya terhadap kualitas lingkung bangun kampung kota. Penelitian dilakukan di Kampung Gabus Bekasi yang dikenal sebagai kampung jawara atau kampung preman berdasarkan pengalaman warga dan media. Metode penelitian menggunakan studi kasus dan teknik reputasional terhadap 419 responden dari total 34 RT yang ada di Kampung Gabus. Penelitian ini membuktikan bahwa keberadaan fasilitas umum juga peningkatan maupun perusakan yang terjadi di Kampung Gabus Bekasi tidak terlepas dari dinamika hubungan sosial (morfogenesis) antara pemimpin formal (kepala desa) dan pemimpin informal (tokoh masyarakat dan tokoh agama) setempat. Pemimpin formal dan pemimpin informal mempengaruhi keberadaan fasilitas umum karena mereka memiliki masa kejayaan serta memiliki ruang atas kejayaan mereka. Namun dikarenakan setiap pemimpin, baik pemimpin formal maupun pemimpin informal, dapat memilah tindakan mereka yang ingin merubah/mempertahankan budaya dan struktur yang berlaku, sehingga timbul agen-agen lain seperti mandor yang menguasai fasilitas umum.


This study reveals the existence of urban village public facilities which are seen as common pool resources. The residents of the urban village have very close social relations between residents, especially the existence of public facilities that are owned further strengthen their social relations. Public facilities as elements of urban architecture are a necessity for every citizen of the urban village, but their provision and maintenance requires quite expensive costs. It takes the involvement of formal leaders and the assistance of informal leaders as a liaison between formal leaders and villagers to meet the needs of these public facilities. The purpose of this study was to understand and prove the influence of formal leaders and informal leaders on the planning, construction, and management of public facilities and their implications for the quality of the urban village environment. The research was conducted in Kampung Gabus Bekasi which is known as the village of champions or the village of thugs based on the experiences of residents and the media. The research method uses case studies and reputable techniques on 419 respondents from a total of 34 RTs in Kampung Gabus. ......This study proves that the existence of public facilities as well as the increase or destruction that occurs in Kampung Gabus Bekasi cannot be separated from the dynamics of social relations (morphogenesis) between formal leaders (village heads) and local informalleaders (community leaders and religious leaders). Formal leaders and informal leaders influence the existence of public facilities because they have a heyday and have room for their glory. However, because every leader, both formal and informal leaders, can sort out the actions of those who want to change/maintain the prevailing culture and structure, other agents such as the foreman who control public facilities arise.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadlullah
Abstrak :

Perairan Yogyakarta merupakan salah satu perairan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 dengan aktivitas penangkapan ikan. Nelayan sebagai aktor utama aktivitas tersebut akan terus memanfaatkan sumber daya perikanan untuk kebutuhan hidupnya. Padahal perairan merupakan common-pool resources yang dapat menimbulkan sebuah masalah akibat adanya kegiatan penangkapan ikan. Masalah tersebut dapat berujung pada eksploitasi dan degradasi lingkungan perairan. Perairan Yogyakarta umumnya dimanfaatkan oleh komunitas nelayan di Provinsi Yogyakarta dengan pemanfaatan terbesar pada komunitas nelayan di Kabupaten Bantul. Salah satu komunitas nelayan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang paling besar dan maju adalah nelayan di Pantai Depok, Desa Parangtritis. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan fishing grounds dan aktivitas penangkapan ikan berdasarkan jarak dari garis pantai untuk mencapai pengelolaan sumber daya perikanan yang tepat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis keruangan dan keterkaitan hubungan yang dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan masih sangat bergantung kepada kondisi cuaca dan perairan. Pemilihan fishing grounds hanya mencapai 10 mil dari garis pantai ketika musim berlimpah. Fishing grounds tersebut akan berubah dan cenderung mendekat ke arah garis pantai ketika memasuki musim paceklik. Pemilihan fishing grounds memiliki hubungan yang cukup erat dengan asal daerah nelayan. Nelayan pendatang dari Cilacap yang sudah terbiasa dengan aktivitas penangkapan ikan dapat memilih fishing grounds yang lebih jauh dibandingkan nelayan lokal. Untuk pola spasial penangkapan ikan, jarak fishing grounds akan mempengaruhi ukuran mesin armada. Sementara faktor penangkapan lain seperti armada (kepemilikan dan ukuran), alat tangkap, dan hasil tangkapan cenderung sama baik pada fishing grounds dekat dan jauh di Perairan Yogyakarta. Komoditas tangkapan ikan yang sama serta kondisi cuaca dan perairan diperkirakan membuat aktivitas penangkapan kurang bervariasi oleh nelayan di Pantai Depok.


Yogyakarta waters are one of the waters in Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 with capture fisheries activity. Fisher is the main actor in fisheries activity who always uses the resources to their life necessities. Waters is a common-pool resource that can cause problems with capture fisheries activity. These problems could lead to exploitation and environmental degradation of waters. Generally, the fisher community who lived in the coastal area in Yogyakarta fishing in Yogyakarta waters. Bantul Regency becomes the biggest fishery production in 2018 than the other regency in Yogyakarta Province. One of the fishing communities in Bantul Regency, Yogyakarta that continues to grow and the most advanced in capture fisheries is the fisher at Depok Beach, Parangtritis Village. Therefore, the research conduct to analyze the fisher spatial behavior of fishing activities based on distance from the coastline to do proper fisheries management. The analytical method used was spatial analysis and quantitative descriptive. The results showed that fisher at Depok Beach still depends on the weather and water condition. Fishing grounds can reach 10 miles from the coastline on west monsoon (good season). Those fishing grounds will change and got shorter to the coastline on east monsoon (bad season). Fishing grounds choice has a relationship with the origin of the fisher. Migrant fishers from Cilacap who familiar with fishing activities choose fishing grounds more distant than a local fisher. For the spatial pattern of fishing, the fishing grounds distance will affect the size of the boat engine. While other fishing activities like a boat (ownership and size), gears, and the amount of catch fish tend to be the same both near and far fishing grounds at Yogyakarta waters. The same commodities and weather and water conditions are thought to make fishing activities less varied by fisher on Depok Beach.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazmiyah Sayuti
Abstrak :
Tesis ini membahas infrastruktur kelistrikan sebagai kelembagaan yang melibatkan para pelaku dalam pola interaksi yang menghasilkan output dari input yang tersedia. Pembahasan tesis berdasarkan teori Common Pool Resources (CPR) yang mendiskusikan karakteristik sumber daya pengelolaan bersama, tata kelola kelembagaan dan prinsip-prinsip pengelolaannya. Analisis menggunakan IAD Framework (Institutional Analysis and Development) dan IAD Design Principles. Penelitian dilakukan dengan pendekatan studi kasus pada Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 'Cinta Mekar' di Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang. PLTMH ini menjadi penting untuk dikaji karena merupakan pengadaan kelistrikan oleh masyarakat setempat dengan model public-private partnership. Tujuan penelitian untuk mengetahui apa yang dihasilkan dan bagaimana pola interaksi dalam pengelolaan PLTMH oleh para stakeholder untuk memaksimalkan manfaat kepada masyarakat pengguna. Selain itu penelitian bertujuan untuk mengetahui prinsip-prinsip apa yang dipandang penting dalam pengelolaan dan sejauh mana kesesuaiannya terhadap prinsipprinsip CPR. Metodologi penelitian menggunakan metoda kualitatif dengan pengukuran kuantitatif yang memakai TOWS dan AHP. Pengumpulan data menggunakan data primer yakni wawancara mendalam, observasi, dan penyebaran kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dan pola interaksi pengelolaan PLTMH Cinta Mekar secara umum mencapai sasarannya dan sesuai terhadap prinsip-prinsip CPR yang menunjang keberlanjutan dan kemampuan adaptasi. ......The thesis examines electricity infrastructure as an institution which involve users in an interaction pattern in producing output with given input. The discussion is based on the theory of common pool resources (CPR) which display a set of characteristics, institutional governance and a set of design principles. The analysis is conducted with IAD Framework and IAD Design Principles. The ground work uses the case study of micro-hydro power plant at Cinta Mekar, in the subdistrict of Serangpanjang, Subang. The study on the management of the micro hydro is important because it is an electricity infrastructure managed by the locals in public-private partnership model. The study focuses on answering the questions: what are the outcomes and how do the stakeholders interact in managing the resources to deliver maximum benefit to the people? What are the governing principles that are considered important to achieve sustainability and adaptability and how it is compared to the design principles of the common pool resources? The research methodology uses qualitative approach with the quantitative measurement of TOWS and AHP. The data collection uses primary data which include comprehensive interviews, observation, and questionnaires. The research study shows that the outcome and the interaction pattern of the micro-hydro management achieve its targeted benefits, and the governing rules are in accordance with CPR design principles.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T30275
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library