Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifi Fazrina Djuuna
Abstrak :
Transport consumption has rapidly increased in conjunction with urban expansion. It is widely claimed through compact city hypothesis that individuals transport consumption could be more efficient as urban form changes. However, this evidence only seemed to work for the case of developed countries. This paper would like to investigate the relationship between urban form and transport consumption in developing country, particularly Indonesia. In general, this study suggests that compact city hypothesis is rejected for the case of Indonesia, because transport consumption tend to increase as population density grew. Specifically, due to endogeneity of urban form, this research relies on IV TSLS analysis to obtain unbiased estimates. Main IV TSLS results verify that the correlation between urban form and transport consumption tend to form U-shaped relationship–after reaching a certain point, transport consumption tend to increase as population density grew.
Konsumsi transportasi meningkat cukup tinggi sejalan dengan ekspasi wilayah perkotaan. Berdasar compact city hypothesis, konsumsi transportasi individu seharusnya menjadi lebih efisien saat struktur wilayah perkotaan berubah. Namun, hipotesis ini hanya berpengaruh pada kasus negara-negara maju. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara bentuk wilayah perkotaan dan konsumsi transportasi di negara berkembang, khususnya Indonesia. Secara umum, penelitian ini menunjukkan bahwa compact city hypothesis tidak terjadi pada kasus Indonesia, sebab konsumsi transportasi cenderung meningkat saat kepadatan penduduk meningkat. Secara spesifik, akibat adanya endegenitas bentuk wilayah perkotaan, penelitian ini menggunakan analisis IV TSLS dalam memperoleh hasil yang tidak bias. Hasil utama IV TSLS menunjukkan bahwa korelasi antara bentuk wilayah perkotaan dan konsumsi transportasi cenderung berbentuk U–setelah mencapai titik tertentu, konsumsi transportasi cenderung meningkat saat kepadatan penduduk bertambah.
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfani Fithria Ummul M
Abstrak :
Pembangunan kota yang memiliki kepadatan tinggi dikalim sebagai bentuk perkotaan yang sesuai untuk membangun modal sosial. akan tetapi, hubungan antar keduanya belum banyak diinvestigasi secara empiris, sehingga terjadi berbagai hasil yang berlawanan di literatur. Studi ini bertujuan untuk menganalisa peranan bentuk fisik perkotaan terhadap pembentukan modal sosial dengan menggunakan kasus kota metropolitan di Indonesia. Riset ini juga merupakan studi yang pertama kali menganalisa hubungan bentuk perkotaan dengan modal sosial di Indonesia dengan menggunakan Regresi Logistik Multilevel. Hasil empiris menunjukkan bahwa individu yang tinggal di wilayah padat memiliki kemungkinan untuk lebih tidak mengenal tetangganya, lebih tidak mempercayai orang lain dan kurang aktif dalam kegiatan masyarakat. Sedangkan, konektivitas jalan memiliki hubungan yang positif dengan tingkat bridging trust akan tetapi justru memiliki jaringan sosial (social network) yang lebih rendah. Selain itu, keberadaan berbagai fasilitas publik ternyata sama sekali tidak berhubungan dengan pembentukan modal sosial. Dengan data agregat, studi ini belum bisa memberikan rekomendasi kebijakan yang spesifik. Akan tetapi, para pembuat kebijakan perlu memikirkan peranan bentuk perkotaan terhadap pembentukan modal sosial.
High-density urban development is claimed as a suitable urban form in enhancing social capital. However, the relationship between those two variables has not been well empirically explored, leading to the emergence of competing results in the literature. This study aimed to investigate the role of urban physical arrangement or urban form in the social capital formation using Indonesian metropolitan cities as a case study. This research was also the first empirical study to investigate the association between urban form and social capital in Indonesia. The multilevel logistic regression was used to investigate the association between the urban form and several indicators of social capital. The findings revealed that individuals in high residential density areas were less likely to know their neighbours, had lower levels of bridging trust, and less involved in the communitys activities. Meanwhile, street connectivity appeared to have a positive association with bridging trust but negatively related to social networks. Moreover, the land use mix did not seem to be significantly associated with any social capital variables. However, the aggregated data of urban form limited our ability of the present study to provide specific policy recommendations. Nonetheless, this study would still suggest that urban planners and policy makers should be mindful to consider that urban form features might influence the development of social capital.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiyyah Nurulhuda
Abstrak :
Blok M sebagai salah satu pusat kegiatan komersil di DKI Jakarta, memiliki indikator-indikator yang membentuk tingkat kekompakan ruang. Kriteria tersebut ialah zona fungsi kawasan, keberlanjutan transportasi, simpul kerumunan dan sebaran sarana pemenuhan kebutuhan. Hal tersebut dapat mendukung efisiensi pergerakan yang dilakukan oleh penduduk dan pekerja di kawasan Blok M. Penduduk lokal lebih condong untuk mengakses berbagai sarana yang tersedia. Ada beberapa karakteristik perjalanan yang juga berdampak pada pengambilan keputusan dalam perilaku perjalanan. Individu lokal lebih condong untuk mengakses berbagai sarana yang tersedia. Dalam konteks fisik dan sosial, Blok M mencerminkan sifat kompak dalam implementasi konsep Compact City, termasuk adanya zona campuran penggunaan lahan, ketersediaan sarana pemenuhan kebutuhan, integrasi transportasi, dan beragam aktivitas komunitas. Namun, kekompakan yang terkait dengan perjalanan pejalan kaki ternyata terbatas pada beberapa aktivitas seperti sosialisasi dan berbelanja, tidak mencakup semua aspek secara keseluruhan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yaitu melakukan wawancara mendalam terhadap informan. Sehingga didapatkan keterkaitan yang kuat antara perilaku perjalanan penduduk dengan tingkat kekompakan ruang di Blok M. ......Blok M as one of the commercial activity centers in DKI Jakarta, has indicators that establish the level of spatial cohesiveness. These criteria are area function zones, transportation sustainability, crowd nodes and distribution of means of meeting needs. This can support the efficiency of movement carried out by residents and workers in the Blok M area. Local residents are more inclined to access various available facilities. There are several travel characteristics that also have an impact on decision making in travel behavior. Local individuals are more inclined to access various available means. In the physical and social context, Blok M reflects the compact nature of the implementation of the Compact City concept, including the existence of mixed land use zones, the availability of means of fulfilling needs, the integration of transportation, and various community activities. However, the cohesiveness associated with walking trips was found to be limited to activities such as socializing and shopping, not covering all aspects as a whole. This research was conducted using a qualitative method, namely conducting in-depth interviews with informants. In order to obtain a strong link between the travel behavior of residents and the level of spatial cohesiveness in Blok M.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library