Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Loli Adriani
Abstrak :
Salah satu usaha pengendalian penduduk, adalah dengan meningkatkan kontrasepsi modern pria. Akan tetapi berdasarkan Laporan SDKI 2012, partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi modern masih sangat rendah, dan belum mencapai target RPJMN 2010-2014. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menjelaskan determinan partisipasi penggunaan kontrasepsi modern pada pria kawin usia 15-54 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2012 modul pria, dengan jumlah sampel 5812 pria kawin usia 15-54 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kondom dan masa subur, pengetahuan vasektomi, persepsi KB merupakan urusan wanita, persepsi kondom, jumlah anak hidup, dan diskusi KB dengan tenaga kesehatan berhubungan signifikan dengan partisipasi penggunaan kontrasepsi modern pada pria kawin. Faktor dominan yaitu pengetahuan kondom dan masa subur (sedang: OR=5,1; 95%CI: 2,5-10,2 ; baik: OR=9,2; 95%CI: 4,2-20,9), dan terdapat interaksi antara persepsi kondom dengan diskusi dengan tenaga kesehatan. Disarankan penggalakan program KB pada pria, serta memberikan KIE terkait kontrasepsi pria oleh tenaga kesehatan. ......One attempt to control the population is increasing modern contraceptive use among men. However, IDHS 2012 reported that participation of men in modern contraceptive use is still very low, and haven’t rich the target of RPJMN 2010-2014. This study examined the determinants of modern contraceptive use in married men aged 15-54 years in Indonesia. This study used Indonesia Demographic and Health Survey - Men Module 2012 (IDHS 2012) data, with a sample of 5812 married men aged 15-54 years old. Findings indicated that knowledge of condoms and ovulatory cycle, knowledge of vasectomy, perception; contraception is a woman’s bussiness, perception of condoms, the number of living children, and family planning discussions with health worker were most significantly associated with modern contraceptive use among married men. The dominant factor is the knowledge of condoms and ovulatory cycle (middle: OR = 5.1; 95% CI: 2.5 to 10.2; good: OR = 9.2; 95% CI: 4.2 to 20.9), and there is an interaction between the perception of condoms with discussions with health worker. Suggested promotion of family planning programs in men, as well as providing IEC related male contraception by health worker.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rachmania
Abstrak :
Pembicaraan mengenai masalah seks saat ini sudah semakin terbuka meskipun bagi sebagian orang, masalah seks tetap dianggap sebagai tabu. Hasil penelitian tentang perilaku seksual anak muda menyalakan bahwa anak muda Indonesia cukup permisif. Berdasarkan data remaja yang mengaku pernah melahirkan hubungan seks di antaranya 7,1 % pelajar SMP, 11.3% pelajar SMA dan 73.8 % mahasiswa (Sarwono, 1981). Dari data tersebut terlihat bahwa angka terjadinya hubungan seks pranikah meningkat searah dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang. Kondisi perilaku seksual anak muda yang permisif ini rnenjadi masalah yang serius terutama sejak AIDS ditemukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1987; Data sampai dengan bulan Maret 1997 menunjukkan terdapatnya 524 kasus HIV/AIDS di Indonesia. Dari jumlah kasus yang ada, penyebaran HIV/AIDS di Indonesia sebagian besar terjadi melalui kontak seksual yang 65,5 % di antaranya terjadi karena hubungan heteroseksual. Fakta lain yang cukup memprihatinkan adalah bila dilihat dari faktor usia, pengidap HIV/AIDS terbanyak adalah golongan muda berusia 20-29 tahun (46,6 %). Masalah seksualitas anak muda dapat terjadi karena situasi dilematis yang dihadapi mereka. Di saat meningkatnya hasrat seksual dan membutuhkan penyaluran, ada kecenderungan di masyarakat sekarang untuk menunda usia perkawinan. Akhirnya penyaluran hasrat seksual remaja menjadi terhambat. Sementara dorongan seksual semakin meningkat dengan derasnya informasi dari hiburan komersial atau media massa memperbesar kemungkinan terjadinya hubungan seks pranikah. Namun perilaku seks yang dilakukan belum sepenuhnya didasari oleh informasi yang akurat tentang seks dan kurangnya kesadaran akan konsekuensi tingkah laku tersebut. Mengingat masalah AIDS juga berdampak kepada masa depan bangsa, maka perlu dilakukan suatu tindakan yang serius untuk menanggulangi masalah ini dengan pendekatan yang Iebih realistis dan langsung, seperti dengan membedakan informasi yang benar tentang AIDS dan perilaku seks yang aman dan bertanggung jawab kepada generasi muda. Salah satu cara bentuk tingkah Iaku seksual yang aman adalah penggunaan kondom pada saat melakukan hubungan seks. Walaupun tidak menjamin sepenuhnya, kondom sampai saat ini masih merupakan alat yang handal sebagai alat pencegah kehamilan dan penularan penyakit akibal hubungan seksual, termasuk AIDS. Penelitian ini melihat bagaimana intensi mahasiswa untuk menggunakan kondom sebagai pencegah HIV/AIDS. Pengkajian masalah penelitian ini akan dilakukan dengan rnenggunakan kerangka teori Planned Behavior dari Ajzen (1988). Teori ini dipilih mengingat penggunaan kondom sebagai tingkah laku seksual yang aman muncul dalam konteks interpersonal, sehingga untuk dapat meramalkan tingkah laku secara akurat perlu mempertimbangkan sampai sejauh mana tingkah laku berada di bawah kontrol seseorang (Ajzen, 1987, 1991; Ajzen & Madden, 1986, dalam Terry & O?Leary, 1993). Teori yang merupakan perluasan dari teori Reasoned Action ini menjelaskan bahwa intensi ditentukan oleh tiga determinan, yaitu: (1) Sikap terhadap tingkah laku (2) norma subjektif, dan (3) perceived behavior control. Melalui model Planned Behavior dari Ajzen (1988), selain untuk mengukur tingkat intensi yang ada, diteliti pula pengaruh dan besarnya sumbangan faktor sikap. norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi mahasiswa untuk menggunakan kondom dalam mencegah HIV/AIDS. Penelitian ini bersifat deskriptif dan memilih kelompok mahasiswa berusia 18-24 tahun, belum menikah, dan melakukan hubungan seks pranikah sebagai subjek penelitian yang diambil berdasarkan teknik accidental sampling. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengolahan 46 kuesioner serta analisis data dilakukan dengan menggunakan multiple regression diperoleh hasil bahwa sikap memiliki korelasi yang kuat dan searah, serta memberikan sumbangan terbesar terhadap intensi mahasiswa untnk menggunakan kondom sebagai alat pencegah HIV/AIDS. Namun meskipun sikap mahasiswa tersebut positif, intensinya untuk menggunakan kondom tergolong rendah, Hal ini dapat terjadi karena intensi untuk menampilkan suatu tingkah Iaku dipengaruhi juga oleh variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi komponen-komponen peramal intensi dan variabel tersebut membawa sejumlah bobot yang secara signifikan mempengaruhi intensi individu tersebut (Eagley & Chaiken, 1992). Dalam konteks penggunaan kondom ini, variabel eksternal, di luar ketiga variabel tersebut, yang diduga berperan untuk mempengaruhi intensi rnahasiswa adalah antara lain: ketrampilan asertif, self-efficacy, norma personal. Secara umum, mahasiswa yang melakukan hubungan seks pranikah menilai dirinya agak tidak mungkin untuk tertuIar HIV/AIDS dengan perilaku seksualnya saat ini. Namun bila dikaji lebih jauh lagi, terlihat bahwa kelompok yang menilai dirinya paling tidak mungkin tertular HIV/AIDS adalah mahasiswa yang tidak pernah menggunakan kondom dan hanya berhubungan seks dengan pasangan tetap. Dan faktor percaya kepada kesehatan dan penampilan pasangan juga menyebabkan intensi untuk menggunakan kondom menjadi rendah. Perilaku seks yang rentan terhadap tertularnya HIV/AIDS ini menjadi kontradiktif mengingat mahasiswa telah memiliki pemahaman mengenai HIV/AIDS serta risiko-risiko yang mungkin terjadi bila melakukan hubungan seks yang tidak aman. Untuk meningkatkan peramalan intensi penggunaan kondom sebagai pencegah HIV/AIDS, pada penelitian selanjutnya dapat disarankan agar selain memperbesar jumlah responden elisitasi dan sampel penelitian, juga diikutsertakannya variabel lain di luar tiga komponen dalam teori planned behavior, seperti norma personal, self-efficacy, atau ketrampilan asertif, serta perbedaan gender dalam pengambilan keputusan menggunakan kondom.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S2739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhani Syahputra Bukit
Abstrak :
Tingginya jumlah kasus HIV-AIDS di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan yaitu sebanyak 3.780 kasus dan telah terjadi penurunan angka penggunaan kondom dari 86% menjadi 51,5% pada tahun 2011. Guna mengetahui penyebab kondisi tersebut maka perlu diketahui gambaran perilaku wanita pekerja seks dalam menawarkan kondom bagi pelanggan saat melakukan hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang perilaku wanita pekerja seks dalam menawarkan kondom pada pelanggan saat berhubungan seks di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain RAP. Data penelitian didapatkan dengan melakukan Indepth Interview (wawancara mendalam) kepada 12 informan yaitu para WPS di Kota Medan dan 8 informan kunci yang terdiri dari KPA, Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan LSM Kota Medan, mucikari serta pelanggan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan WPS tentang HIV-AIDS dan kondom sudah baik, ketersediaan kondom sudah optimal, peran teman sebaya mendukung sesama WPS untuk menawarkan kondom ke pelanggan cukup tinggi dan peran mucikari mendukung WPS untuk menawarkan kondom pada pelanggan sangat rendah. Perilaku WPS dalam menawarkan kondom ke pelanggan sudah baik akan tetapi daya tawar serta kemampuan negosiasi WPS dalam menawarkan kondom belum optimal, sehingga penggunaan kondom masih tidak konsisten dan rendah, sehingga perlu dilakukan peningkatan upaya promosi kondom secara komprehensif baik pada WPS, pelanggan dan pihak-pihak yang terkait.
The high prevalence of HIV-AIDS in Medan North Sumatra as many as 3,780 cases and there has been a decrease in condom use (86%) to (51.5%) in 2011. Order to determine the cause of the condition needs to be known picture of female Perilaku wanita pekerja seks (WPS) dalam menawarkan kondom pada pelanggan saat hubungan seks di Kota Medan tahun 2014 = Behavior of female sex workers in offering condoms to sex customers in Medan 2014 behavior in offer condom for customers during sexual intercourse. The aim of this study was to obtain in depth information about the behavior of female sex workers in offering a condom for customers during sex in Medan. Qualitative methods had been used in this study. The research data obtained by conducting indepth interviews to 12 of sex workers and 8 key informants consisting of National AIDS Commission, Department of Health, Office of Women's Empowerment and NGO in Medan, pimps and customers of sex. The results showed that female sex workers knowledge about HIV-AIDS and condoms is high, the availability of condoms is optimal, the role of peer support fellow sex workers to offer condoms to customers is high enough, the role of pimps supports for sex workers to offer condoms is very low. Female sex workers behavior in offering condoms to customers is good but the bargaining power of female sex workers as well as the ability to negotiate in offering condom is non optimal, therefore condom use still inconsistent and required to increase condom promotion efforts comprehensively both the WPS, customers and related parties.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Karyati
Abstrak :
Tujuan penelitian adalah menganalisa berbagai faktor yang mempengaruhi konsistensi wanita penjaja seks (WPS) dalam pemakaian kondom di Kabupaten Pati. Desain cross sectional study digunakan pada penelitian ini dengan populasi WPS di sebuah lokalisasi di Pati sebanyak 76 orang (total sampling). Data dianalisa dengan chi square dan regresi logistik. Ditemukan hubungan signifikan antara karakter pelanggan (p=0,004) dan persepsi kesehatan reproduksi diri (p=0,037) dengan konsistensi pemakaian kondom. Karakter pelanggan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi konsistensi pemakaian kondom (OR= 14,344). Pendidikan kesehatan reproduksi perempuan seharusnya mentargetkan WPS agar konsisten menggunakan kondom. ......The aim of this study was to analyze factors influencing consistency of condom use among female sex workers (FSW) at Pati District. This study used crosssectional design involving 76 FSWs in localization at Pati as population (total sampling). Data was analyzed using chi square and binary regression logistic. It found significant relationships between customer's character and perception of their reproductive health with the consistency of condom use. Cuscomer's character was the most dominan factor (OR=14,344). The women reproductive health education should focus on the FSW so that they can consistently use condoms.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Nurlina
Abstrak :
ABSTRAK
Upaya peningkatan partisipasi pria dalam KB merupakan paradigma baru visi program KB. Jumlah peserta Pria di wilayah kecamatan Cipanas 3,4% akseptor Kondom, dan 1,4% akseptor vasektomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria sebagai akseptor KB (kondom dan vasektomi) tahun 2011. Penelitian dengan desain cross sectional dilakukan pada 120 orang pria pasangan usia subur di wilayah kecamatan Cipanas kabupaten Lebak. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan kuiseoner.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur, pekerjaan, jumlah anak hidup, dukungan isteri dengan penggunaan kontrasepsi dan pengetahuan tentang kontrasepsi dengan partisipasi pria sebagai akseptor KB. Disarankan untuk pengelola program KB kecamatan Cipanas untuk memberikan penyuluhan yang lebih intensif, meningkatkan sosialisasi tentang kesetaraan dan meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam peningktan penggunaan kontrasepsi pria.
ABSTRACT
An effort to increase male participation in family planning programs is a new paradigm in the vision of family planning programs. The number of male participants in Cipanas sub district was 3.4% for acceptors of condoms and 1.4% for vasectomy acceptors. This study aims to find a picture and factors - factors related to the participation of men as family planning acceptors for the technique of using condoms and vasectomy in 2011. Research in engineering design with cross sectional and carried on at 120 men included in the class of couples of childbearing age in districts Cipanas in Lebak regency. Data were collected through interviewing techniques with quiz methods. The results of this study show that there is a significant relationship between age, occupation, number of children living, support his wife against the use of contraceptives and knowledge about contraception which is supported by the participation of men as family planning acceptors. It is recommended for managers of family planning programs in district Cipanas to be able to provide more intensive counseling, increasing socialization of equality and improving cooperation across sectors and programs in order to increase the use of male contraception.
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Putri Larassita Parwangsa
Abstrak :
Pendahuluan : Sebagian besar LSL merupakan orang-orang yang menjalankan prinsip hidup bebas dimana 88% gaya seksual pada LSL tidak aman yaitu memiliki pasangan seks multipel. Kecenderungan perilaku seksual berisiko dengan banyak pasangan yang dilakukan oleh kelompok LSL ini dapat dikaitkan dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten dalam rangka pencegahan penularan HIV dan IMS pada kelompok LSL. Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui hubungan Pasangan Seks Multipel dengan Perilaku Penggunaan Kondom pada kelompok LSL di 5 Kota Besar di Indonesia tahun 2015. Metodologi : Penelitian ini menggunakan cross sectional design. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di 5 Kota Besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada tahun 2015. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang tidak konsisten menggunakan kondom di 5 Kota Besar di Indonesia tahun 2015 yaitu sebesar 67,55%, proporsi LSL yang memiliki pasangan seks multipel yaitu sebesar 83,80%, dan pasangan seks multipel memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan kondom dengan nilai PR sebesar 1,571 (95% CI 1,171 – 2,108) setelah dikontrol variabel riwayat IMS. Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini yaitu LSL yang memiliki pasangan seks multipel berisiko 1,571 kali lebih besar untuk berperilaku tidak konsisten dalam menggunakan kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak memiliki pasangan seks multipel setelah dikontrol variabel riwayat IMS. ...... Background : Most MSM are people who live the principle of free life where 88% of sexual styles in MSM are unsafe, namely having multiple sex partners. The tendency of risky sexual partners with multiple partners conducted by MSM groups can be associated with consistent behavior of condom use in the context of preventing HIV and STI transmission in MSM groups. This study aims to find out the relationship of Multiple Sex Couples with Condom Use Behavior in MSM groups in 5 Big Cities in Indonesia in 2015. Methods : This study used a cross sectional design. The location of this study was carried out in 5 major cities in Indonesia, namely Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, and Denpasar using secondary data. Secondary data in this study were obtained from data from the Biological and Behavior Integrated Survey (STBP) in 2015. Results : The results showed that the proportion of MSM who were inconsistent in using condoms in 5 big cities in Indonesia in 2015 was 67.55%, the proportion of MSM who had multiple sex partners were 83.80%, and multiple sex partners had a significant relationship with condom use behavior with a PR value of 1.571 (95% CI 1.171 - 2.108) after being controlled by STI History. Conclusion : The conclusion of this study is that MSM who have multiple sex partners have a risk of 1.571 times greater behavior that is not consistent in using condoms compared with MSM who do not have multiple sex partners after being controlled by STI History.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library