Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tampubolon, Timbul
"Latar belakang : Pajanan uap MEK yang dijumpai di Departemen Stock Fit mengganggu kesehatan mata pekerja dimana pada penelitian terdahulu oleh Aryawan, prevalensi konjungtivitis akibat kerja sebesar 10.9%. Oleh karena ini peneliti tertarik untuk meneliti pekerja secara studi kohort prospektif, untuk mengikuti perjalanan terjadinya KAK yang diobservasi selama jam kerja (8 jam).
Metode merupakan studi kohort prospektif, dengan mengambil sampel sebesar 144 orang di departemen Stock fit dan Stitching. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara pada pekerja, pengisian kuesioner, pengamatan selama 8 jam kerja dan pemeriksaan fisik mata. Pekerja juga mengisi informed consent pada saat sebelum penelitian dilakukan.
Hasil : Pada penelitian ini ditemukan insiden Konjungtivitis Akibat Kerja sebesar 43.66%. Diantara kelompok terpajan uap MEK. Faktor-faktor yang berhubungan secara statistik dengan terjadinya konjungtivitis akibat kerja adalah usia, masa kerja dan jenis pekerjaan. Konjungtivitis akibat kerja terjadi mulai jam ke 2 dan meningkat tajam sampai jam ke 4, kemudian bertambah sedikit kasusnya pada jam ke 5 sampai jam ke 8.
Kesimpulan : Pajanan uap Metil Etil Keton berhubungan dengan terjadinya Konjungtivitis Akibat Kerja. Proses tahapan terjadinya Konjungtivitis Akibat Kerja terjadi pada jam ke 2 (satu jam setelah bekerja) sampai jam ke 8, sehingga pekerja perlu mematuhi SOP secara benar.

Background: Exposure of Methyl Ethyl Ketone fume made an effect of the human health, especially for the visual. Aryawan in 2004 has been researched for the conjunctivitis among the women worker and got the prevalence 10.9. %. According to that result, this research has been developed in order to know the conjunctivitis process during working hours among the women worker. The design was cohort prospective study with 144 respondents in stock fit and stitching department in a shoe factory in Tangerang. Data has been collected by interview, measuring and observing the symptom of visual effect during 8 hours (working hours). All the respondents filled in the informed consent prior to the research.
The Result: Incidence of conjunctivitis work related among the exposure group is 43.66%. The factors related to conjunctivitis work related are age, duration of work and occupation. The dominant factor caused to conjunctivitis work related is occupation. Process of conjunctivitis work related begin on the second hour, and increased dramatically until the fourth hours. It slowed down at the fifth until the eight of working hours.
Conclusion: Occupation of the worker (synonym as the exposure of methyl ethyl ketone fume is related to conjunctivitis work related). The effect takes place in the second hour (one hour after starting) until the eighth or last hour. Therefore the workers have to follow the standard operating procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Christianti Asrida
"Latar belakang: Bahan perekat/lem merupakan bahan utama yang digunakan untuk merekatkan bagian-bagian dari sepatu dalam proses industri alas kaki. Pelarut organik yang terkandung di dalam bahan perekat dapat mempengaruhi kesehatan antara lain iritasi mata yang kemudian menjadi konjungtivitis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pajanan uap pelarut organik dengan terjadinya konjungtivitis dan keluhan iritasi mata serta faktor-faktor yang berhubungan pada pekerja laki-laki industri alas kaki sektor informal, Kecamatan Ciomas,Bogor.
Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan disain cross sectional. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara, pengamatan dan pengukuran lingkungan serta pemeriksaan kesehatan mata pekerja. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data mengenai demografi, riwayat penyakit, keluhan pada mata, kebiasaan merokok, sedangkan pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang pemakaian APD saat bekerja, merokok sambil bekerja dan intensitas pajanan. Indentifikasi jenis pelarut organik dilakukan dengan menganalisis kandungan dan proporsi jenis pelarut organik pada kedua jenis bahan perekat kemudian dilakukan penilaian skoring berdasarkan parameter konsentrasi, daya uap dan daya iritasi. Pelarut dengan skor tertinggi dijadikan pajanan utama untuk dilakukan pemeriksaan kadamya di lingkungan kerja. Pemeriksaan mata dilakukan untuk mendiagnosis konjungtivitis berdasarkan gejala dan tanda Minis sedangkan keluhan iritasi mata berdasarkan gejala klinis. Terhadap semua variabel dilakukan uji bivariat menggunakan tes CM square atau Mann-Whitney dan kemudian variabel yang rnempunyai nilai p<0,25 dilakukan uji multivariat menggunakan Regresi Logistic Binary
Hasil : Berdasarkan penilaian skoring terhadap konsentrasi, daya uap, daya iritasi masingmasing pelarut organik didapatkan bahwa toluen merupakan pajanan utama. Didapatkan bahwa prevalensi konjungtivitis 10% dan keluhan iritasi mata 21,6 %. Dari hasil analisis mutivariat didapatkan bahwa variabel yang paling berhubungan dengan keluhan iritasi mata adalah intensitas pajanan. Kelompok responder yang terpajan tinggi mempunyai risiko 4,6 kali lebih besar untuk terjadinya keluhan iritasi mata dibandingkan kelompok dengan pajanan rendah (OR=4,6; p=0,004; CI=1,65-12,84)
Kesimpulan dan Saran : Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas pajanan toluen berhubungan dengan terjadinya iritasi mata. Perbaikan sistem dan pola kerja termasuk pelatihan kepada tenaga kerja perlu dilakukan.

Glue, the main substance in shoes industry, is widely used to assemble shoe parts. Organic solvent contained in glue influence worker's health such as eye irritation/conjunctivitis. The aim of this study was to know the relation between exposure of organic Solvent Fume with Conjunctivitis and Eye Irritation among men workers in shoes industry (informal sector) at Ciomas District, Bogor.
Method
The study design was a cross-sectional study which data was collecteu by using questionnaire, field observation, measurement of workplace environment and eye examination. Interview and their questionnaire were used to collect data about demography, health and smoking habits of the workers. Observations were used to know habitually in their being duties. The identification of organic solvent was done by
analyzing the content of two kinds glues and the/: scoring them based on the solvent concentration, volatility and irritably in the eye. The organic solvent which had the highest
score was chosen to be main exposure in this study. Eye examination was done to diagnose conjunctivitis on the basis of clinical symptoms and signs while eye irritation was determined by clinical symptoms. All variable were bivariate tested by using Chi-square test or Mann-Whitney test. The variables which have p value < 0.25 were included into multivariate analysis by using binary logistic regression.
Result
Based on the assessment of substance concentration, volatility and irritably, it was found that toluene was the main exposure organic solvent. It was found that prevalence of conjunctivitis was 10% and eye irritation was 21.6%. Multivariate analysis shows that the most related variable to the eye irritation was exposure intensity. Workers who were high exposed to toluene have 4.6 times more risk to get eye irritation than those who were low exposed (OR =4.6; p=0.006; CI=1.65-12.8)
Conclusion
This study shows that toluene exposure intensity have a relation with the prevalence of eye irritation. Improving system and activity of work are necessary including training for workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library