Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raiford, Morgan B.
Boston: Litle Brown, 1962
617.7523 RAI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Inneke Kusumawati Susanto
"ABSTRAK
Acanthamoeba keratitis (AK) merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan infeksi kornea dikarenakan terkontaminasinya lensa kontak dan air oleh organisme yang disebut Acanthamoeba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi transmisi Acanthamoeba sp dari larutan perawatan lensa kontak dan sumber air rumah tangga pengguna lensa kontak. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Mei 2019. Pemeriksaan Acanthamoeba dilakukan terhadap 53 mahasiswa kedokteran di salah satu FK di Jakarta yang menggunakan lensa kontak dan air bekas rendamannya serta air yang digunakan di rumah. Pemeriksaan Acanthamoeba dilakukan di Laboratorium Parasitologi FK Universitas Indonesia menggunakan media kultur page-salt agar. Dari 53 sampel lensa kontak dan larutan perawatan lensa kontak didapatkan dua sampel kultur positif Acanthamoeba sp dan tiga sampel, positif free living amoeba (5.6%). Dari hasil kultur 53 sampel air kran rumah tangga didapatkan hasil 5 kultur positif Acanthamoeba sp (9.4%) dan 34 kultur positif free living amoeba (64.1%). Hanya satu sampel yang menunjukkan hasil positif dari lensa kontak dan larutan perawatan lensa kontak dan air kran rumah tangga dengan hasil subtipe yang sama yaitu T4. Adanya potensi transmisi Acanthamoeba sp yang diisolasi dari sumber air kran pengguna lensa kontak ke lensa kontak yang digunakan.

ABSTRACT
Acanthamoeba keratitis (AK) is one of the diseases that cause corneal infections due to contamination of contact lenses and water by an organism called Acanthamoeba. This study aims to determine the transmission potential of Acanthamoeba sp from contact lens treatment solutions and household water sources of contact lens users. The study was conducted in January-May 2019. An examination of Acanthamoeba was carried out on 53 medical students in one of the FK in Jakarta who used contact lenses and their used water and water used at home. Acanthamoeba examination was carried out in the Parasitology Laboratory of the University of Indonesia FK using page-salt agar culture media. From 53 contact lens samples and treatment solution of contact lens samples, there were two positive samples of Acanthamoeba sp and three samples positive free living ameba (5.6%). From the culture results of 53 household tap water samples, 5 positive cultures of Acanthamoeba sp (9.4%) and 34 positive cultures free living ameba (64.1%) were obtained. There is only one sample showed positif of from contact lenses and household tap water with the same subtype result T4. The presence of potential transmission of Acanthamoeba isolated from household tap water users to contact lens that has been use."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bachtiar Arif Wicaksono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara SDE dengan
analisis ImageJ dalam menilai hiperemia konjungtiva pada pemakaian LKL dalam
2 minggu. Penelitian ini merupakan studi analitik prospektif berpasangan dengan
100 subjek mata dari 50 orang dengan miopia yang belum pernah menggunakan
LKL sebelumnya. Penilaian hiperemia konjungtiva dengan SDE dan imageJ
dengan mengevaluasi foto konjungtiva yang diambil pada sebelum, hari ketujuh,
dan keempat belas penggunaan LKL. Subjek terdiri dari 80,8% (n=42) perempuan
dengan rerata usia 22,12±1,79 tahun. Awal evaluasi didapatkan terbanyak
hiperemia trace (49%) dan ringan (51%) pada konjungtiva bulbar dan hiperemia
trace (92%) pada limbus. Evaluasi imageJ didapatkan median densitas vaskular
11,80 (4,56-17,61) %area dan rerata diameter vaskular 85,81±4,07 μm. Terdapat
peningkatan hiperemia konjungtiva tingkat ringan sebesar 19% dan sedang 6%
antara setelah 2 minggu penggunaan LKL. Terdapat perbedaan diameter (p<0,05)
dan densitas vaskular (p=0,000) yang bermakna secara statistik setelah pemakaian
LKL selama 2 minggu. Pada hari keempatbelas, persentase terbanyak yaitu
hiperemia menetap (59%) dan meningkat sebesar 35% pada konjungtiva bulbar
keseluruhan. Didapatkan peningkatan 1 tingkat SDE sebesar 33% dan peningkatan
2 tingkat SDE sebesar 2% setelah pemakaian LKL 2 minggu. Terdapat kesesuaian
pada penilaian hiperemia konjungtiva bulbar dan limbus antara SDE dengan
densitas dan diameter vaskular dengan perbedaan antar masing-masing kelompok
SDE yang bermakna (p<0,05).

This study aimed to evaluate the conformity of EGS with ImageJ analysis
in assessing conjunctival hyperemia in SCL use within 2 weeks. This is a paired
prospective analytic study which included 100 eyes from 50 subjects with myopia
who have not used SCL routinely before. Conjunctival hyperemia assessments were
done with EGS and ImageJ with evaluating conjunctival images taken at before,
day 7, and day 14 of using SCL. Subjects were 80,8% (n=42) female with mean age
of 22,12±1,79 years old. At initial evaluation, there were trace (49%) and mild
(51%) grade hyperemia in bulbar conjunctiva and trace hyperemia (92%) in limbus.
ImageJ evaluation found medial vascular density of 11.80 (4.56-17.61)% area and
mean vascular diameter of 85,81±4,07 μm. There was an increase of mild grade
conjunctiva hyperemia of 19% and moderate grade of 6% between before and after
2 weeks of using SCL. There was a significant difference of vascular diameter
(p<0.05) and density (p=0.000) after using SCL for 2 weeks. At day 14 evaluation,
most percentage was found persistent grade (59%) and increasing grade (35%) in
overall bulbar conjunctiva. There were 1 EGS grade increase of 33% and 2 grades
increase of 2% after using SCL for 2 weeks. Good conformity was found in bulbar
conjunctiva and limbal hyperemia evaluation between EGS and vascular density
and diameter with significant difference between each EGS group (p<0.05)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rahayu
"Tujuan: Menganalisis hipoksia kornea pada pemakai lensa kontak lunak melalui pemeriksaan ekspresi HIF-1?, aktivitas enzim LDH dan MDH pada air mata. Selain itu, penelitian ini juga menilai korelasi antara perubahan ekspresi HIF-1?, aktivitas enzim LDH, MDH dan rasio LDH/MDH air mata dengan ketebalan, kepadatan sel endotel dan koefisien variasi sel endotel kornea pada pemakai lensa kontak lunak.
Metode: Penelitian ini terdiri dari dua sub penelitian prospektif eksperimental pada pasien myopia sedang. Subyek adalah pasien myopia sedang yang belum pernah menggunakan lensa kontak penelitian I dan pengguna lensa kontak lunak lama yang bersedia melepas lensa kontak lunak penelitian II . Pada kedua penelitian, dilakukan analisis perubahan biomolekuler tersebut dan klinis kornea. Subyek menjalani pemeriksaan refraksi, slit lamp, Non Con Robo, dan pengambilan sampel air mata. Subyek di follow up pada hari 1, 7, 14, 28 penelitian II dan 56 penelitian I . Pemeriksaan laboratorium terhadap HIF-1?, aktivitas enzim LDH dan MDH dilakukan di Laboratorium Biokimia FKUI. Uji statistik perbandingan pengukuran serial dengan uji post hoc dilakukan untuk menilai perubahan penanda biomolekuler dan klinis kornea pada kedua sub penelitian.
Hasil: Terdapat 14 subyek 28 mata yang diikutsertakan pada masing-masing penelitian. Pada penelitian I, ketebalan kornea cenderung meningkat pada hari ke-1 dan kemudian menurun kembali. Konsentrasi HIF-1? meningkat pada hari ke-1 walaupun tidak bermakna p=0,193. Konsentrasi MDH cenderung meningkat pada hari ke-1 dan hari ke-28 setelah pemakaian. Rasio LDH/MDH meningkat bermakna pada hari ke-56 p=0,023. Terdapat korelasi positif moderat antara perubahan ketebalan kornea hari ke-56 dan perubahan aktivitas LDH hari ke-56 r = 0,559, p = 0,016. Subjek penelitian II memiliki kadar LDH yang lebih tinggi 0,10 0,05 IU/mg protein vs 0,06 0,04 IU/mg protein, p=0,04. Pada penelitian II, tidak ditemukan adanya perubahan ketebalan kornea sentral setelah pelepasan lensa kontak lunak hingga hari ke-28 p=0,089. Jumlah sel heksagonal menurun signifikan pada hari ke-7 p=0,008 dan hari ke-28 p=0,049. Penurunan bermakna aktivitas enzim MDH terjadi pada hari ke-7 p=0,003, hari ke-14 p=0,026, dan hari ke-28 p=0,03. Ketebalan kornea sentral mata setelah penghentian lensa kontak lunak 28 hari tetap lebih tipis dibandingkan na ve eye p < 0.001.
Kesimpulan: Penggunaan lensa kontak jangka panjang menyebabkan terjadinya berkurangnya ketebalan kornea sentral. Penghentian pemakaian lensa kontak lunak pada pengguna lensa kontak lunak lama menurunkan aktivitas LDH dan MDH air mata. Perubahan aktivitas LDH, MDH dan rasio LDH/MDH berkorelasi dengan perubahan klinis kornea."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti
"Latar Belakang: Bertambahnya jumlah penderita miopia di dunia menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah pengguna Lensa Kontak Lunak (LKL). Di Indonesia, prevalensi miopia sebesar 26.1% pada tahun 2002 dan diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya. Pemaikaian LKL memiliki efek samping berupa terjadinya inflamasi pada kornea dan konjungtiva, yang ditandai oleh peningkatan kadar Interleukin-6 (IL-6) pada air mata. Tujuan: Mengevaluasi peningkatan kadar IL-6 pada air mata pada pengguna LKL harian tipe hidrogel konvensional dan LKL mingguan tipe silikon hidrogel serta meninjau korelasinya dengan tingkat inflamasi konjungtiva. Metodologi (Method): Penelitian ini merupakan suatu uji eksperimental randomisasi acak terkontrol dengan desain dua kelompok paralel, yaitu satu subjek miopia yang diterapi menggunakan LKL Hydrogel Nefilcon-A harian di satu mata, dan menggunakan LKL Silicone Hydrogel Lotrafilcon-B mingguan di mata lainnya, selama 14 hari. Tindakan foto konjungtiva, dan pengambilan sampel air mata untuk IL-6 dilakukan sesaat sebelum pemakaian LKL dan 14 hari setelah pemakaian LKL. Hasil: Seratus mata dari 50 pasien dilibatkan dalam penelitian ini. Dari seluruh subjek tersebut, 80,8% adalah perempuan dan 18,2% laki-laki dengan usia rata-rata 22,18±1,79 tahun. Median delta IL-6 sebelum dan setelah penggunaan LKL adalah 6,37 (0,05 — 1115,80) pg / mL untuk silikon hidrogel dan 4,46 (0,01 - 685,40) pg / mL untuk hidrogel konvensional. Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kadar IL-6 pra dan pasca LKL pada kedua grup (p=0,117). Kesimpulan: Kadar IL-6 pada air mata mengalami peningkatan signifikan setelah 14 hari penggunaan LKL pada kedua kelompok. Tetapi peningkatan kadar IL-6 pada air mata tersebut tidak disertai dengan peningkatan hiperemia konjungtiva.
......Background: The increasing number of myopia patient in the world, causes growth in Soft Contact Lenses (SCL) users. In Indonesia, the prevalence of myopia was 26.1% in 2002 and is expected to increase every year. SCL usage has proven to increase cytokine production, especially Interleukin-6 (IL-6) which accompanied by inflammation of the ocular surface such as conjunctival hyperemia. Objective: Comparing IL-6 tear levels and their correlation with conjunctival inflammation scale between overnight wear silicone hydrogel SCL and daily wear hydrogel SCL. Methods: This study is a randomized controlled trial between two parallel groups. A myopia subject, who has never used SCL before, being treated using daily Hydrogel (Nefilcon-A) SCL in one eye, and overnight Silicone Hydrogel (Lotrafilcon-B) SCL in the other eye, for 14 days. The slit lamp examination, conjunctival photographs, and tear sampling for IL-6 were done before and 14 days after SCL usage. Results: One hundred eyes from 50 patients were included in this study. Of those patients, 80,8% were female and 18,2% male with mean age 22,18±1,79 years old. Median of IL-6 delta (pre-post) SCL usage was 6,37 (0,05 — 1115,80) pg / mL for silicon hydrogel and 4,46 (0,01 - 685,40) pg / mL for conventional hydrogel (p = 0,117). There were no significant difference between the initial and final conjunctival hyperemia scales in both groups (p=1,000). The correlation between IL-6 tear levels and conjunctival hyperemia was not significant (p = 0.234). Conclusion: There were a significant increase of IL-6 tear levels after 14 days of SCL usage in both groups. But the marked escalation of tear IL-6 levels was not accompanied by increasing scales of azconjunctival hyperemia."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Arken Devona
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air mata dan perubahan densitas sel goblet dengan penggunaan lensa kontak silikon hidrogel lotrafilcon B pada penggunaan daily wear dan extended wear 6 malam berturut-turut. Penelitian ini merupakan uji klinis intervensi randomisasi tersamar tunggal. Sebanyak lima puluh enam subyek yang telah di randomisasi dibagi menjadi dua kelompok n = 28 di masing-masing kelompok. Kedua kelompok memakai lensa kontak hidrogel silikon Lotrafilcon B secara daily wear vs extended wear. Parameter klinis Non-Invasif Break Up Time NIBUT, densitas sel goblet PAS, Interblink Interval IBI dan Ocular Protection Index OPI. Terdapat perbedaan NIBUT dan densitas sel goblet bermakna pada minggu ke 4 antara dua kelompok p 0,015 dan p.

The purpose of this study is to evaluate tear film quality and goblet cell density changes with the use of soft contact lenses of silicone hydrogel lotrafilcon B on daily wear and extended wear in 1 month. This is single blind randomized clinical trial. A total of fifty six subjects who had been consecutively randomized were divided into two groups n 28 in each. Both groups were wearing silicone hydrogel contact lenses Lotrafilcon B, the first group used daily wear and the second group used extended wear 6 consecutive nights. The clininal evaluation of the eyes in each group were performed on pre fitting, 1st week and 4th week after contact lens fitting. The clinical parameter were Non Invasive Break Up Time NIBUT using Tearscope PlusTM, goblet cell density using conjunctival impression cytologies CIC with Periodic Acid Schiff PAS Staining, Interblink Interval IBI and Ocular Protection Index OPI. In this study obtained more female sex subjects than men with a ratio of 3.6 1. There was a significant mean NIBUT difference at week 4 between two groups p 0,015. There was a decrease in goblet cell density in both groups with significant differences p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Hendra
"ABSTRAK
Pada proses produksi lensa kontak yang memiliki berbagai tahap dan mesin,
sering kali dialami kesulitan dalam mencari dengan efektif faktor krusial yang
mempengaruhi rendahnya yield. Penelitian ini membahas mengenai peningkatan
yield dengan menggunakan kerangka data mining, yang terdiri dari k-means
clustering, uji Kruskal-Wallis, dan decision tree. K-means clustering digunakan
untuk menentukan cutting point antara manufacturing order yang baik dengan
yang buruk, sedangkan uji Kruskal-Wallis digunakan untuk mencari tahap
produksi yang bermasalah dan menyebabkan rendahnya yield. Kemudian, hasil
decision tree akan mengklasifikasi akar penyebab rendahnya yield sehingga
ditemukan bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah mesin Stop Gap dan
Supertortoise 2 pada tahap produksi Primary Packaging. Peningkatan yield dapat
dilakukan dengan melakukan perbaikan performa komponen sealing pada mesin
Stop Gap serta komponen laser printer dan foil allignment pada mesin
Supertortoise 2.

ABSTRACT
In the manufacturing process of contact lenses which contains multiple process
stages and machines, it is not easy to determine effectively the possible root
causes of low yield. This study aims to enhance yield in contact lens
manufacturing industy using data mining framework, which consists of k-means
clustering, Kruskal-Wallis test, and decision tree. K-means clustering was applied
to determine the cutting point between good batch of manufacturing order and bad
batch of manufacturing order, while Kruskal-Wallis test was applied to identify
the production process stages that causing low yield. Then, the decision tree result
will classify the root cause of low yield and it was found that the most critical
factors were Stop Gap and Supertortoise 2 machine in Primary Packaging process
stage. Yield enhancement can be gained by improving the performance of sealing
component in Stop Gap machine and the performance of laser printer and foil
allignment components in Supertortoise 2 machine."
2014
S54114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Irma Safira
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH basa (9-11) dalam mensintesis nanopartikel (NPs) berbasis seng (Zn), terbium (Tb), dan europium (Eu) dengan precursor sulfur (S) untuk menghasilkan ZnS, Tb2S3, dan Eu2S3 dengan zat penutup kitosan (CS) menggunakan metode bottom-up wet-chemical dan aplikasinya sebagai zat antibakteri. Nanopartikel ZnS, Tb2S3, dan Eu2S3 dengan zat penutup kitosan (CS-ZnS, CS-Tb2S3, dan CS-Eu2S3) dilapiskan pada lensa kontak komersial dan diteliti. NPs yang dihasilkan diuji melalui FESEM-EDX (Field Emission Scanning Electron Microscope Morphology-Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy), FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), dan XRD (X-ray Diffraction). Hasil karakterisasi FESEM dan FTIR mengindikasi terbentuknya NPs CS- ZnS, CS-Tb2S3, dan CS-Eu2S3. Variasi pH dari pH 9, pH 10, dan pH 11 mempengaruhi ukuran dan komposisi NPs berbasis Zn, Tb, dan Eu. Sintesis CS-ZnS, CS-Tb2S3, dan CS-Eu2S3 pada pH 10 memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter zona inhibisi 7,70; 7,15; dan 7,40 mm. Konsentrasi NP CS-ZnS dalam larutan buffer fosfat pada 0,30 mg/mL dan 0,50 mg/mL memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter zona inhibisi 10 mm dan 15 mm. Lensa kontak komersial dengan konsentrasi NPs CS-ZnS, CS-Tb2S3, dan CS-Eu2S3 pada pH 10 masing-masing dalam larutan buffer fosfat sebesar 0,20 mg/mL, 0,30 mg/mL, dan 0,50 mg/mL tidak mampu menginhibisi pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Efisiensi penempelan nanopartikel pada lensa kontak menunjukkan hasil efisiensi muatan terbaik pada NPs CS-ZnS yaitu sebesar 64% pada konsentrasi 0,50 mg/mL, NPs CS-Tb2S3 yaitu sebesar 48% pada konsentrasi 0,5 mg/mL, dan NPs CS-Eu2S3 yaitu sebesar 50% pada konsentrasi 0,5 mg/mL. NPs CS-ZnS, CS-Tb2S3, dan CS-Eu2S3 berpotensi sebagai zat antibakteri pada masa yang akan datang.
......This study aims to determine the effect of base pH (9-11) in synthesizing nanoparticles (NPs) based on zinc (Zn), terbium (Tb), and europium (Eu) with sulfur (S) precursor to produce ZnS, Tb2S3, and Eu2S3 with chitosan (CS) as a capping agent using the bottom-up wet-chemical method and its application as an antibacterial agent. ZnS, Tb2S3, and Eu2S3 nanoparticles with chitosan capping agent (CS-ZnS, CS-Tb2S3, and CS-Eu2S3) were coated on commercial contact lenses and studied. The resulting NPs were tested using FESEM-EDX (Field Emission Scanning Electron Microscope Morphology-Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy), FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), and XRD (X-ray Diffraction). The results of FESEM and FTIR characterization indicated the formation of CS-ZnS, CS-Tb2S3, and CS-Eu2S3 NPs. Variations in pH from pH 9, pH 10, and pH 11 affected the size and composition of NPs based on Zn, Tb, and Eu. Synthesis of CS-ZnS, CS-Tb2S3, and CS-Eu2S3 at pH 10 had antibacterial activity against Staphylococcus aureus with a zone of inhibition diameter of 7,70; 7,15; 7,40 mm. The concentration of CS-ZnS NP in phosphate buffer solution at 0,30 mg/mL and 0,50 mg/mL had antibacterial activity against Staphylococcus aureus bacteria with inhibition zone diameters of 10 mm and 15 mm. Commercial contact lenses with concentrations of NPs CS-ZnS, CS-Tb2S3, and CS-Eu2S3 at pH 10 in phosphate buffer solution of 0,20 mg/mL, 0,30 mg/mL, and 0,50 mg/mL were not able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. The efficiency of the loading nanoparticles on contact lenses showed the best loading efficiency results in CS-ZnS NPs was 64% at a concentration of 0,50 mg/mL, NPs CS-Tb2S3 which was 48% at a concentration of 0,5 mg/mL, and NPs CS-Eu2S3 which is 50% at a concentration of 0,5 mg/mL. NPs CS-ZnS, CS-Tb2S3, and CS-Eu2S3 have potential as antibacterial agents in the future.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinand Wahyudi
"Penelitian yang diadakan di Malaysia pada tahun 2001dan beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukan penggunaan lensa kontak merupakan faktor risiko utama Acanthamoeba Keratitis (AK). Pengetahuan dan penelitian tentang faktor risiko AK pada pengguna lensa kontak di Indonesia masih sedikit dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai faktor risiko AK pada pengguna lensa kontak dan karakteristik mahasiswa FKUI yang mempengaruhinya. Pengumpulan data berdasarkan kuesioner pada 106 mahasiswa FKUI tingkat I, II, dan III yang dipilih secara nonprobability sampling. Karakteristik mahasiswa yang diteliti adalah jenis kelamin dan tingkat pendidikan mahasiswa. Pengetahuan yang diteliti ialah faktor risiko AK. Analisis Univariate menunjukkan 52,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 2,1% memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 45,3% memiliki tingkat pengetahuan kurang. Analisis bivariate menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin (p=0,964) dengan tingkat pengetahuan faktor risiko AK dan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan mahasiswa (p=0,03) dengan tingkat pengetahuan faktor risiko AK. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pengetahuan dan mengakses informasi mengenai kesehatan mata karena pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan individu memiliki informasi, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan kognitif yang lebih baik untuk mengakses informasi mengenai kesehatan mata.
......
Study conducted in Malaysia in 2001 and studies in the United States show the use of contact lens is a major risk factor for Acanthamoeba keratitis (AK). Knowledge about risk factor for Acanthamoeba keratitis in contact lens users in Indonesia is still low and little research is done. The purpose of this study is to assess the relationship between the knowledge level regarding risk factor for Acanthamoeba keratitis in contact lens users andits relation to student characteristics in Faculty Medicine of University Indonesia (FMUI). A questionnaire-based survey was carried out with 106 students, selected by nonprobability sampling from first, second and third grade students in FMUI. Student characteristics studied were gender and education level in FMUI. Questions regarding knowledge on Acanthamoeba keratitis were risk factor. Univariate analysis showed 52.6% of respondents had high knowledge level, 2.1% had a moderate level of knowledge, and 45.3% had low knowledge levels. Bivariate analysis showed that there was no significant relation between sex (p = 0.964) with the knowledge levelregarding risk factors for Acanthamoeba Keratitis and there is a significant relation between the education level of students (p = 0.03) with the knowledge level regarding risk factors for Acanthamoeba keratitis. The results show that both man and women have equal opportunity to acquire the knowledge and information about eye health. Whereas with higher levels of education, individuals have critical thingking skills and better cognitive to obtain information about eye health."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Hans Sc Martogi
"Pengguna lensa kontak merupakan individu yang sangat rentan terhadap infeksi Achantamoeba spp.. Kerentanan ini dapat diperparah oleh tingkat perilaku yang kurang mengenai pemakaian lensa kontak, termasuk perawatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perilaku mengenai pemakaian lensa kontak dalam pencegahan infeksi Achantamoeba spp. di lingkungan mahasiswa FKUI ditinjau dari karakteristik mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 107 mahasiswa tingkat I hingga tingkat III dengan teknik consecutive random sampling. Analisis Chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin dengan tingkat perilaku mahasiswa (p = 1,000) dan juga tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat perilaku mahasiswa (p = 0,128). Hasil ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak memiliki pengaruh yang cukup untuk meningkatkan perilaku responden. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui strategi yang efektif untuk meningkatkan perilaku tersebut.
......
Contact lens wearer is very susceptible to Achantamoeba spp. infection. This susceptibility is associated with level of compliance. The objective of this study is to describe the level of compliance among students of FKUI based on their gender and level of education. A questionnaire was introduced in which about 107 student 1st-3rd year contact lens wearers participated in this study through consecutive random sampling. Chi-square test was used to investigate the relationship between compliance and variables, like gender and level of education. Gender did not show any statistically significant difference in the level of compliance (p = 1,000). Level of education also did not show any statistically significant difference in the level of compliance (p = 0,128). This result showed that compliance couldn?t be improved by any kind of enhancement education. So, more research on contact lens compliance are still required to know the effective strategy to increase the level of compliance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library