Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Sutiawan
"Kependudukan adalah sebuah isu sosial yang sangat kompleks karena berhubungan dengan seluruh kehidupan sosial, struktur dan lingkungan di mana kita tinggal. Sebagai sebuah modal sumber daya, maka kualitas penduduk merupakan suatu isu strategis.Berbicara problematika kualitas penduduk dalam wacana dunia internasional yang diukur dari komposit data umur harapan hidup waktu lahir, tingkat pendidikan dan GNP per kapita menunjukkan bahwa, HDI (Human Development Index) Indonesia cenderung mengalami penurunan sejak tahun 1999. Pada tahun 2005, Indonesia menempati urutan ke 110 dari 177 negara di dunia.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut, diantaranya, derajat kesehatan dan status pendidikan perempuan dan anak yang rendah, serta kontribusi perempuan di bidang ekonomi yang rendah pula. Hal ini dapat dilihat masih tingginya angka kematian ibu sebesar 343 per 100.000 angka kelahiran hidup atau setidaknya ada 18.000 ibu hamil meninggal setiap tahunnya.
Sekitar 8,3% anak balita Indonesia atau sekitar 2,1 juta menderita gizi buruk, yang memungkinkan mereka tidak lulus SD, demikian juga tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Balita, hal ini membuktikan adanya hubungan yang kuat antara kesehatan ibu hamil dengan anak yang dilahirkan. Permasalahan¬permasalahan tersebut memberi dampak pada kualitas kesehatan masyarakat yang merupakan salah saw indikator kualitas SDM. Rendahnya kualitas kesehatan reproduksi dapat berimplikasi secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap status kesehatan ibu, produktivitas dan investasi generasi sebagai modal dalam pembangunan.
MDG (Millenium Development Goal) menargetkan penurunan Angka Kematian Ibu sebesar tiga perempat antara tahun 1990 hingga 2015 dengan 4 strategi utama, salah satunya adalah melalui peningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat gambaran dan menilai sejauh mana faktor-faktor yang mempunyai peranan terhadap akses nyata pelayanan kesehatan antenatal dengan indikator kunjungan K4 (kunjungan minimal I kali di trimester usia kehamilan pertama, minimal I kali di trimester kedua dan minimal 2 kali kunjungan di trimester ketiga), ditinjau dengan pendekatan berjenjang meliputi faktor kontekstual (level kabupaten/kota) dan faktor compositional (level individual ibu).
Pendekatan dengan analisa multilevel diharapkan memberikan kerangka yang lebih balk dalam mengamati data yang besifat multilevel, mengingat data yang digunakan dalam penelitian ini adalah SDKI 2002/2003, di mana sampel diperoleh secara berjenjang.
Analisis yang digunakan adalah multilevel logistic regression, guna memperoleh informasi tentang hubungan karakteristik faktor serta peranannya di masing-masing level terhadap akses nyata pelayanan kesehatan antenatal. khususnya Propinsi Jawa Barat dan Banten.
Berdasarkan hasil penelitian dengan multilevel menunjukkan bahwa terdapat proporsi akses nyata di Jawa Barat dan banten sebesar 71.2% (Cl 95%, 68.8%; 73,7%) dari target nasional sebesar 80%. Level kabupaten memilki peran yang paling besar terhadap akses nyata pelayanan kesehatan antenatal K4 (76%), sementara level individu 24%. Faktor yang paling berperan pada level individu adalah menyangkut jarak ke pelayanan kesehatan, dimana ibu yang tidak mempunyai masalah jarak berpeluang 2.7 kali untuk akses nyata di banding mereka yang mempunyai kendala jarak tempuh. Faktor ini berperan sebesar 63%. Sementara faktor yang paling berperan di level kabupaten adalah ketersediaan rumah sakit di kabupaten, di mana ibu yang tinggal di kabupaten dengan rasio rumah sakit yang lebih besar terhadap jumlah penduduk, berpeluang 7,4 kali untuk akses nyata di banding ibu yang tinggal di kabupaten dengan rasio rumah sakit yang lebih kecil. Faktor ini mempunyai peran sebesar 87%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor kontekstual (level kabupaten) berperan lebih dominan terhadap akses nyata pelayanan kesehatan antenatal K4 di Jawa Barat dan Banten, sehingga kabupaten dengan rasio ketersediaan rumah sakit yang lebih rendah perlu mendapat perhatian, mengingat proporsi ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya secara teratur cenderung lebih banyak berada di kabupaten/kota tersebut."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T20324
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Molraudee Saratun
"Although there has been an increase in Performance Management (PM) literature over the years
arguing that PM perceptions are likely to be a function of PM process components and contextual
factors, the actual relationship between the contextual factors and employee satisfaction of PM
remains little explored. Extending previous research, this study examines relationships between
contextual factors and employees? PM satisfaction. Derived from the literature, these contextual
factors are motivation and empowerment of employees, role conflict, role ambiguity, perceived organisational
support, procedural justice and distributive justice. Seven directional hypotheses are
tested accordingly through a series of regression analyses. This article finds that these contextual
factors, with the exception of role conflict, are directly predictive of enhanced employees? PM satisfaction
at the Thai state enterprise."
Mahidol University, 2013
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Juliani
"This study examines the effect of contextual factors such as knowledge of regulatory, management
commitment, and environmental bureaucracy on budget absorption related to the procurement of
goods/services. Institutional theory and expectancy theory are used to explain the phenomenon
of budget absorption related to the procurement of goods/services. This study uses mixed method
with sequential explanatory design. The samples in this study were employees who had a certificate
of the procurement of goods/services at 152 SKPD in the area of D. I. Yogyakarta. The results of
quantitative analysis in this study showed that knowledge of regulatory, management commitment,
and environmental bureaucracy have positive effect on the budget absorption related to the
procurement of goods/services. The results of the qualitative analysis also support the quantitative
results based on interviews conducted in the selected respondents. The major contribution of this
study is to provide an understanding of the factors that influence the absorption related to the
procurement of good/services, so it can be used to formulate policies and improvements in the
procurement of goods/services.
Abstrak
Penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor kontekstual, yaitu pengetahuan peraturan, komitmen
manajemen, dan lingkungan birokrasi terhadap penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/
jasa. Teori institusional dan teori pengharapan digunakan untuk menjelaskan fenomena penyerapan
anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan
desain sekuensial eksplanatoris. Sampel pada penelitian ini adalah pegawai yang memiliki
sertifikat pengadaan barang/jasa pada 152 SKPD di wilayah D. I. Yogyakarta. Hasil analisis
kuantitatif menunjukkan bahwa pengetahuan peraturan, komitmen manajemen, dan lingkungan
birokrasi berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa. Hasil
analisis kualitatif juga mendukung hasil kuantitatif berdasarkan wawancara yang dilakukan pada
responden yang terpilih. Kontribusi utama penelitian ini adalah memberikan pemahaman terhadap
faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa sehingga
dapat digunakan dalam perumusan kebijakan dan perbaikan dalam pengadaan barang/jasa."
Universitas Gadjah Mada, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Betaubun, Yudisaputra
"Karyawan pelayanan jasa yang kreatif berperan penting dalam menampilkan kemampuan organisasi. Berbagai penelitian berhasil menginvestigasi antiseden dari kreativitas karyawan pelayanan jasa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor kontekstual pekerjaan yang meliputi kompleksitas pekerjaan dan hubungan dengan atasan, rekan kerja dan pelanggan, dengan kreativitas karyawan, dengan konflik dan ambiguitas peran serta motivasi intrinsik sebagai mediator.
Penelitian ini menemukan bahwa hubungan dengan rekan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ambiguitas peran (role ambiguity). Sementara variabel-variabel lain tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kreativitas karyawan. Hal ini dapat disebabkan karena penelitian dilakukan di sebuah perusahaan perbankan yang memiliki karakteristik highly regulated, di mana selalu terdapat pembatasan-pembatasan berupa aturan-aturan untuk melindungi kepentingan nasabah serta untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Aturan-aturan inilah yang justru membatasi karyawan Bank dalam menggunakan kreativitasnya.

Creative service employees may be crucial in ensuring organizational performance. However, scant research has investigated the antecedents of service employee creativity. This study aims to analyze the influence of contextual factors include job complexity and job relationships with supervisor, co-workers and customers, with the creativity of employees, with conflict and role ambiguity, and intrinsic motivation as a mediator.
This study found that the relationship with co-workers in a positive and significant effect on role ambiguity. While other variables have no significant relationship with employee creativity. It can be caused due to the research carried out in a banking company that has the characteristics of "highly regulated", where there are always limitations in the form of rules to protect customers' interests and to maintain the stability of the financial system. The rules is what actually limits the Bank's employees in using creativity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S54987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library