Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evan Setiawan
"Reducing radiographic contrast does not always mean reducing the radiographic quality. Early detection of changes in periodontal tissue, especially in the attachment area which consists of soft tissue, is difficult to reveal by conventional radiography since object with low density, tend to be radiolucent. On this purpose, the diagnostic information needed can be achieved by reducing the radiographic contrast. The use of alumunium filter and developing time can affect the radiographic contrast. The aim of this study is to get the best detail and contrast to reveal interdental object using alumunium filter and different developing time. 60 radiographs was taken from phantom. The first 30 are radiographs using alumunium filter and normal developing time. The other 30 processed by 45 second reduction of developing time. Digitizing radiographic method is used, resulted as radiometric data. Region examined is the interdental area between right mandibular first molar and second molar. The data then analyzed using the independent t-test. The result showed that p=0,014 (p<0,05), which means that there are significant defferences in radiographic contrast and detail. From this research can be concluded that by decreasing 45 seconds of the developing time, a better diagnostic information to detect early changes in the interdental area can be achieved, rather than only by using an added alumunium filter.

Penurunan kontras tidak berarti mengurangi mutu radiograf. Deteksi dini perubahan jaringan periodonsium di daerah perlekatan yang merupakan jaringan lunak, sulit diperoleh pada radiograf konvensional karena obyek dengan ketebalan/densitas yang kurang cenderung tidak terlihat. Informasi diagnostik yang dibutuhkan bisa didapat dengan cara menurunkan kekontrasan. Penggunaan bahan filter alumunium dan waktu developing dapat mempengaruhi kekontrasan radiograf. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kontras dan detil yang terbaik pada obyek regio interdental, dengan penggunaan filter alumunium dan perbedaan waktu developing. Subyek penelitian adalah 60 buah radiograf. Tiga puluh menggunakan filter alumunium tambahan dengan waktu developing sesuai pabrik, dan tiga puluh radiograf diproses dengan waktu developing yang diturunkan selama 45 detik. Pemeriksaan kekontrasan dilakukan secara digitasi dengan bantuan komputer. Data yang diperoleh adalah data radiometrik dalam nilai gray scale yang diukur dari histogram dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS. Regio yang diperiksa adalah daerah interdental antara gigi molar 1 bawah kanan dengan gigi molar 2 bawah kanan. Analisis dilakukan dengan uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukan nilai p=0.014. Dengan nilai p < 0,05, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata derajat kekontrasan yang bermakna. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penurunan waktu developing selama 45 detik, akan didapatkan kontras dan detil obyek interdental yang lebih baik dibandingkan dengan hanya filter alumunium tambahan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Suryantoro
"Nowadays, instant film is being an alternative choice on supportive radiographic examination in dentistry. Early diagnosis of alteration in periodontal tissue, especially gingiva which has a low density, on a conventional radiographic image often give a difficulty to the dentists. Detail image of soft tissue can be gained by decreasing radiographic contrast. Added aluminium filter itself can influence radiographic contrast. The purpose of this research is to observe the effect of coin Rp. 100,- as added aluminium filter in increasing the detail of intraoral image of interdental object with D-speed instant film Hanshin© on phantom. Sixty radiographic images were taken. 30 films added with aluminium filter and 30 films without any added filter. The examination was taken by measuring the height of vertical dimention of interdental papilla?s opacity with caliper. Data gained in the region of interest which was the interdental papilla between mandibular right first molar and mandibular second molar were analize with independent-sample t test. The result showed that there is differences in mean of the height of interdental object?s opacity (p<0,05). It was concluded that coin Rp. 100,- as added aluminium filter can increase the radiographic detail of interdental object with instant film compare with the intraoral image without any added filtration.

Dewasa ini, penggunaan film instan menjadi pilihan alternatif dalam pemeriksaan penunjang radiografis di bidang kedokteran gigi. Deteksi dini perubahan jaringan periodonsium pada radiograf konvensional sering memberikan kesulitan bagi dokter gigi, terutama jaringan lunak/gingiva yang mempunyai densitas minimal. Gambaran detil jaringan lunak dapat diraih dengan cara menurunkan kekontrasan radiograf. Penggunaan filter aluminium tambahan dapat mempengaruhi kekontrasan radiograf. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh uang logam seratus rupiah sebagai filter dalam meningkatkan detil gambaran radiografis obyek interdental model gigi pada foto intraoral dengan film instan Hanshin D-speed. Obyek penelitian adalah 60 buah radiograf, 30 tanpa menggunakan filter alumunium dan 30 radiograf menggunakan filter aluminium. Pemeriksaan detil dilakukan dengan cara mengukur panjang dimensi vertikal opasitas papila interdental menggunakan kaliper (milimeter). Data yang diperoleh adalah data numerik. Regio yang diperiksa adalah obyek interdental antara gigi molar 1 bawah kanan dengan gigi molar 2 bawah kanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata panjang dimensi vertikal opasitas obyek interdental (uji t tidak berpasangan, p<0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa filter aluminium berupa uang logam Rp 100,- (seratus rupiah) terbukti dapat meningkatkan detil obyek interdental model gigi foto intraoral dengan film instan dibandingkan dengan foto tanpa menggunakan filter."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Widyastuti
"Latar Belakang: Informasi diagnostik tinggi tulang bukal atau lingual dari radiograf sangat penting untuk menegakkan diagnosis, rencana perawatan dan prognosis periodontitis. Destruksi tulang alveolar pada pasien periodontitis tidak hanya terjadi pada interproksimal melainkan juga mencakup permukaan bukal dan/atau lingual yang berada pada dimensi ketiga di radiograf konvensional. Destruksi yang terjadi di bukal dan/atau lingual tidak dapat terlihat secara langsung dari radiograf dua dimensi.
Tujuan: Untuk memperoleh signifikansi hasil evaluasi sisa tulang bukal atau lingual secara klinis dibandingkan dengan prakiraannya secara radiografis.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada 68 rekam medis dan radiograf intraoral gigi molar satu atau dua rahang bawah dengan evaluasi kehilangan tulang 2 sampai 6 mm atau secara radiografis digolongkan moderate. Evaluasi secara klinis menggunakan data kehilangan perlekatan, dan secara radiografis dengan menghitung jarak dari CEJ (cementoenamel junction) ke defek tulang bukal dan/atau lingual. Analisis statistik dilakukan dengan uji Wilcoxon.
Hasil: Nilai rata-rata pengukuran secara klinis adalah 4,28±0,99 mm dan secara radiografis adalah 3,97±1,13 mm. Rentang perbedaan hasil evaluasi prakiraan radiografis dan klinis berkisar antara 0-1,9 mm dengan rata-rata perbedaan sebesar 0,31±0,50 mm.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara hasil evaluasi prakiraan sisa tulang bukal dan/atau lingual secara radiografis dibandingkan klinis, dengan kecendrungan tinggi tulang secara radiografs tidak separah kondisi klinisnya yaitu lebih rendah 0 – 1.9 mm.

Background: Radiographs provide diagnostic information of the buccal and lingual bone height that is essential in the diagnosis, treatment plan, and prognosis of periodontitis. Alveolar bone loss in periodontitis patients does not only occur at proximal areas but also involves the third dimensional aspects at the buccal and/or lingual two-dimensional radiographs.
Objective: To acquire the significancy of the remaining buccal or lingual bone height assessed clinically in comparison with the radiographc estimation.
Method: The cross sectional study was conducted on 68 medical records and intraoral radiographs of the lower first or second molar with moderate 2-6 mm alveolar bone loss. Clinical evaluation was performed using the loss of attachments data at the buccal and/or lingual surface, and the radiographic assessment was done by calculating the distance from CEJ (cementoenamel junction) to buccal and/or lingual bone defects. The datas were then analysed using the Wilcoxon test.
Results: The average value of clinical compared to radiographic measurement was 4.28±0.99 mm and 3.97±1.13 mm consecutively. The difference between the estimated radiographic and clinical evaluation results was varied between 0-1.9 mm with the average difference value of 0.31±0.50 mm.
Conclusion: There was a significant difference between the estimated evaluation results of the remaining buccal and/or lingual alveolar bone height evaluated clinically compared to the radiographic estimation, with a tendency that the estimated height of the radiographic assessment was not as severe as its clinical condition by 0-1.9 mm.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library