Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Enny Zuliatie
"Data tentang pelaksanaan program konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA (YPI, 2002) memperlihatkan bahwa ada sekolah yang layanan konselingnya berjalan efektif dan ada yang tidak efektif, sehingga pemanfaatannya pun menjadi berbeda. Satu sekolah dapat menjaring kasus-kasus kesehatan reproduksi dan mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan pemberian informasi, satu sekolah lainnya tidak ada kasus dan kurang kegiatan pemberian informasi. Padahal dibawah PROPAS YPI, sekolah tersebut mempunyai program yang lama, yaitu konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA.
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang pemanfaatan layanan konseling kesehatan reproduksi remaja oleh siswa pada 2 SMK di Jakarta Selatan. Pengumpulan data melalui FGD, WM dan observasi pada bulan September - Nopember 2003 di SMK Negeri X dan SMK Swasta Y. Staf YPI, konselor formal, konselor non formal dan kepala sekolah sebagai informan lanjutan setelah siswa sebagai informan utama.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa siswa kelas III paling banyak memanfaatkan karena mereka sudah lebih lama berada di sekolah dan kebutuhan akan informasi lebih banyak dibandingkan kelas I dan II.
Informan SMK Negeri X ternyata lebih banyak pengetahuan dan memberikan jawaban yang benar tentang materi kesehatan reproduksi dan keberadaan layanan dibandingkan dengan SMK Swasta Y. Justru hal ini yang membuat informan SMK Negeri X lebih memanfaatkan layanan konseling karena ingin tahu lebih banyak lagi. Sikap informan SMK Negeri X dan SMK Swasta Y terhadap ketrampilan konselor yang tidak bisa menjaga kerahasiaan membuat informan enggan konsultasi langsung dengan konselor formal, melainkan konsultasi dengan konselor non formal, yang dalam hal ini adalah pembina OSIS dan paling banyak konsultasi dengan teman. Semua informan siswa SMK Negeri X berpendapat bahwa konselor menyediakan waktu kapan saja untuk konsultasi, sedangkan konselor SMK Swasta Y hanya 2 hari seminggu, akibatnya informan siswa SMK Swasta Y sedikit yang konsultasi dan konselor.
Fasilitas, khususnya ruangan di 2 SMK kurang disenangi, karena dianggap tidak nyaman untuk konsultasi, sempit, dirancang seperti puskesmas. Akhirnya mereka konsultasi di taman, pinggir lapangan atau di kelas. Sebagian besar informan siswa SMK Negeri X dan SMK Swasta Y juga tidak diajak berpartisipasi memikirkan bentuk layanan dan disain di sekolah.
Untuk itu agar ada perbaikan program dimasa mendatang disarankan agar membentuk konselor sebaya yang lebih mudah dekat dan terbuka dengan informan. Konselor sebaya ini harus dilibatkan dalam mendisain program, karena mereka yang lebih banyak tahu tentang kondisi sekolah dan kebutuhan temannya. Sekolah juga memberikan dukungan bagi konselor formal maupun non formal dan konselor sebaya untuk mengadakan kegiatan di sekolah. Depkes dan Depdiknas sebaiknya memikirkan strategi pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA, khususnya SMK. Juga peran LSM pelaksana dalam melakukan monitoring program secara rutin hendaknya lebih ditingkatkan agar kendala cepat diketahui dan permasalahan cepat teratasi.

The Usage of Teenage Reproductive Health Counseling Service in Two Vocational High schools in South Jakarta, under Petite Ilmu Foundation's (YPI) School Based Program, Year 2003
The data on the implementation of Teenage reproductive health counseling program in High schools (YPI, 2000) show that some schools conduct the program effectively, while some others don't, and these cause the differences in the usage. One school can collect the cases on reproductive health and conduct some activities related to information dissemination, while there's also another school that has no cases and tacitness in information dissemination. This difference is surprising, considering that under YPI's School Based Program, those schools have the same opportunity to implement the Teenage Reproductive Health Counselling Service in Highschools.
A Survey was conducted to get an illustration on the usage of Teenage Reproductive Health Counselling Service by the students of Two Vcational Highschools in south Jakarta. Data collectings were conducted through FGD, WM and observation during September - November 2003 in a State Vocational Highschool (X) and a Private Vocational H'ighschool (Y). YPI's staffs, formal counsellors,.non formal counsellors and principals are considered as advanced informants after the highschool students as the main informants."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 11356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Herwanto
"Konseling karier merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan karier yaitu pemberian bantuan secara tatap muka kepada individu ataukelompok dalam hubungan profesional yang dilakukan oleh konselor (bersertifikat dan memiliki asosiasi) kepada konseli agar dapat menyesuaikan diri, memperbaiki tingkahlaku, membantu pencapaian tujuan, penentuan diri dan mengembangkan potensinya kejalur karier yang realistis.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran bimbingan dan konseling karier Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Kepegawaian Negara Pusat Jakarta dan bagaimana memberdayakan peran Bimbingan dan Konseling Karier dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling karier Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Kepegawaian Negara Pusat Jakarta.
Pendekatan penelitian ini adalah post-positivis karena berawal dengan menguji teori konseling karier, dengan menggunakan metode pengumpulan data kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam (data primer) dan juga studi literatur (data sekunder) serta strategi triangulasi digunakan untuk validitas dan keabsahan data.
Hasil analisis bahwa Unit konseling karier BKN melakukan praktek konseling psikologis dan membantu kepada Pegawai yang mengalami masalah gangguan kejiwaan dan tidak terfokus pada layanan konseling karier sehingga perlu diluruskan persepsi dan batasan konseling karier itu sendiri dengan membangun struktur, arah dan tujuan konseling karier yang jelas kemudian memberdayakan peran Sumber Daya Manusia dalam memaksimalkan unit layanan konseling karier untuk mengatasi hambatan karier pegawai dan dapat memberikan manfaat bagi organisasi.

Career counseling is a series of activities the most basic of career guidance that is providing assistance in person to individuals or groups in a professional relationship conducted by counselor to the counselee in order to adapt, improve behavior, help meet the goals, self-determination and potential to develop realistic career path.
The purpose of this study is to analyze the role of guidance and career counseling for Civil Servants and how to empower the role of Career Guidance and Counseling in providing career guidance and counseling services for Civil Servants in the National Civil Service Agency (NCSA).
This research approach is post-positivist because it starts with career counseling theory testing, using the method of data collection in-depth qualitative interviews and literature as well as the strategy of triangulation is used for validity and validity of the data.
The results of the analysis unit career counseling in the NCSA practice psychological counseling and help to Employees who experience problems psychiatric disorders and not focused on service career counseling so that needs to be clarified perceptions and limitations of career counseling itself by building the structure, direction and purpose career counseling clear then empower the role of Human Resources in maximizing unit career counseling services to overcome barriers to employee career and can provide benefits to the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizia Arifianti
"ABSTRAK
Kegiatan praktek kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Pancoran dilakukan agar calon apoteker mampu memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker di puskesmas sesuai dengan ketentuan standar pelayanan farmasi di puskesmas. Selain itu juga, diharapkan agar calon apoteker mempelajari mengenai strategi dan pengembangan praktek profesi di puskesmas. Dalam melakukan pelayanan kefarmasian, petugas depo farmasi wajib mengikuti rangkaian tahap pelayanan resep sesuai prosedur. Pada tugas khusus, dilakukan pelayanan penyuluhan Diabetes Melitus tipe 2. Penyuluhan dilakukan dengan cara mengumpulkan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dan dengan menggunakan powerpoint untuk menjelaskan materi Diabetes Melitus tipe 2.

ABSTRACT
Pharmacist professional practice in Community Health Clinic Pancoran District was conducted for prospective pharmacists to understand the role, duties and responsibilities of pharmacists in Community Health Clinic in accordance with the provisions of the pharmaceutical care standard in Community Health Clinic. It is also expected that the prospective pharmacist learned about strategy and development professional practice in Community Health Clinic. In doing pharmaceutical care, pharmacy officer must follow the stages in prescription service procedure. On special assignment, conducted type 2 diabetes mellitus counseling service. The counseling is done by gathering Diabetes Mellitus Type 2 patient and by using powerpoint to explain the material of Type 2 Diabetes Mellitus."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library