Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Mousavi, Adel
"Latar Belakang. Virchow pada 1851 mendefinisikan kraniosinostosis sebagai penutupan prematur sutura kranialis. Pasien kraniosinostosis tidak hanya mengalami kelainan kalvaria, tetapi juga gangguan lainnya. Hingga saat ini, belum ada evaluasi baku pascaoperasi. Studi ini bertujuan mengajukan metode evaluasi pascaoperasi menggunakan volume otak dari CT Scan dan aspek tumbuh kembang. Metode. Studi bersifat retrospektif menggunakan data rekam medis dan radiologis pasien kraniosinostosis yang dilakukan operasi. Variabel independen mencakup jenis kelamin, usia saat operasi, jenis kraniosinostosis, dan sutura yang terlibat. Variabel dependen mencakup volume otak dan status perkembangan. Hasil. Terdapat delapan pasien memenuhi kriteria. Nilai median usia pasien saat menjalani operasi adalah 9,5 bulan, terdiri dari lima laki-laki (62%) dan tiga perempuan (38%). Seluruh pasien mengalami peningkatan volume otak dengan rentang 0,4% hingga 29%. Terdapat lima pasien (62%) memiliki volume otak sesuai usianya dan tiga pasien lainnya memiliki volume otak yang tidak sesuai usia pascaoperasi. Tiga pasien dengan volume otak tidak normal ditemukan mencapai volume normal pascaoperasi. Tidak ada perubahan tumbuh kembang pascaoperasi. Kesimpulan. Studi ini dapat menjadi referensi bagi studi lainnya untuk mengevaluasi volume otak dan tumbuh kembang pascaoperasi pasien kraniosinostosis. Evaluasi volume otak berdasarkan CT scan dan status tumbuh kembang pasien dapat digunakan sebagai salah satu pilihan standar dalam manajemen kraniosinostosis.
Background. Craniosynostosis defined by Virchow as premature closure of cranial sutures. These patients not only have abnormal calvaria, but also other disorders. Until now, postoperative evaluation has not been standardized. This study aims to describe postoperative evaluation using brain volume and development aspects of the patients. Methods. This is a retrospective study using records and radiological examinations of patients who underwent surgery. The Independent variables are sex, age of operation, type of craniosynostosis and sutures involved. The dependent variables assessed are brain volume and developmental aspects. Results. This study includes 8 patiens. Age during surgery has median of 9.5 months that consists of 5 male (62%) and 3 female (38%). All patients experienced increased brain volume with changes from 0.4% to 29%. There were 5 patients (62%) with normal brain volume and 3 patients with abnormal brain volume at postoperative control. There were 3 patients that had preoperative abnormal brain volume who achieved normalization. There was no change in developmental aspects postoperatively. Conclusion. This study can be used as reference for assessing brain volume and growth in craniosynostosis. Study of brain volume evaluation based on CT scans and developmental status can be used as standard procedures in management of craniosynostosis."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57682
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Putri Rezkini
"Studi deskriptif ini bertujuan untuk mengevaluasi tatalaksana pasien sindrom Apert di senter kami dan memperhitungkan pendapat orang tua pasien sindrom Apert untuk evaluasi luaran dan urutan pengobatan. Observasi dilakukan pada tiga pasien dengan sindrom Apert yang sudah menjalani pembedahan kraniofasial dan tangan pada periode Januari 2012-November 2018 saat mereka sedang bermain untuk dinilai fungsi tangan, tampilan kraniofasial dan juga penampilan secara umum. Video rekaman kemudian dipertontonkan terhadap kelompok subjek kedua yang merupakan 12 orang tua pasien Apert untuk dievaluasi dengan dipandu wawancara mendalam oleh peneliti. Kelompok subjek orang tua ini diwawancara terkait penentuan keputusan tatalaksana pada pasien Apert, dan 75 persen menyatakan lebih memrioritaskan pembedahan tangan dari pembedahan kraniofasial, sementara 25 persen mengutamakan pembedahan kraniofasial dilakukan sebelum pembedahan tangan. Sepuluh subjek (83.33 persen) tidak berencana melakukan operasi pembedahan sindaktili pada kaki anak mereka kecuali bila mengganggu proses berjalan. Hanya 2 subjek (16.67 persen) mempertimbangkan untuk pembedahan mid-face advancement. Sebagian besar orang tua (66.67 persen) berpendapat penampilan wajah pasien di video cukup memuaskan namun area sepertiga tengah wajah masih mungkin membutuhkan koreksi. Semua orang tua setuju bahwa tangan dengan lima jari tampak sangat baik dan fungsi tangan cukup baik. Rekonstruksi klinodaktili bukan merupakan hal yang diprioritaskan bagi sebagian besar orang tua.
This descriptive study aims to evaluate the treatment management for Apert syndrome patients in our center and take Apert syndrome patients parentsĀ opinionĀ into account on the treatment outcome and treatment orders. Three Apert patients that have undergone craniofacial surgery(s) and hand surgery(s) during January 2012-November 2018 were observed and recorded during their play to observe the hand function, craniofacial appearance and general appearance. The video recordings was then showed to another group consisted of 12 parents of Apert children to be evaluated by a guided in-depth interviews. Parents were also interviewed regarding the treatment decision for their children born with Apert, and 75 percent of the parents prioritize the hand surgery over the craniofacial surgery while the 25 percent prioritize the craniofacial surgery to be performed first. Ten subjects (83.33 percent) do not plan to have feet syndactyly release for their children unless it interferes with the walking. Only 2 subjects (16.67 percent) consider to have mid-face advancement surgery. Most of the parents (66.67 percent) found the childrens facial appearance in the videos are satisfactory but the midface still have some place for reconstruction. All parents agree that five-digits hand looked very well and the hand functions are acceptable. The clinodactyly was not a priority to be reconstructed for most of the parents."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library