Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rusdi Hartono
"ABSTRAK
Tesis mengenai Pembinaan kelompok sadar kamtibmas oleh Babinkamtibmas di Kelurahan Kelapa Gading Barat bertujuan untuk menunjukan peran dari Babinkamtibmas untuk memberdayakan peran serta masyarakat dalam rangka pencegahan kejahatan dengan fokus pada kegiatan Babinkamtibmas dalam pembinaan kelompok sadar kamtibmas di Kelurahan Kelapa Gading Barat.
Untuk memperoleh data di lapangan, metodologi yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan, pengamatan terlibat, wawancara berpedoman, serta data sekunder diperoleh melalui penelusuran dokumen.
Seiring dengan adanya fenomena kehidupan masyarakat dengan mobilitas warganya yang sangat tinggi, maka tuntutan masyarakat terhadap polisi dalam memberikan pelayanan keamanan lingkungan semakin tinggi. Mencermati tuntutan masyarakat yang demikian, maka tugas polisi dalam membina keamanan dan ketertiban masyarakat di lingkungan warga masyarakat untuk mewujudkan situasi dan kondisi kamtibmas yang mantap di masa yang akan datang tidaklah semakin ringan.
Polisi harus memberdayakan dirinya bersama masyarakat dalam pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat, sebab kepedulian masyarakat untuk melakukan pencegahan kejahatan ini sangat signifikan untuk mencegah agar tidak berkembang menjadi suatu tindak kejahatan.
Implementasi diwujudkan dengan dibentuk kelompok sadar kamtibmas, dengan kegiatan yang telah dilakukan sangat membantu tugas-tugas kepolisian. Dan dalam pembinaan terhadap kelompok sadar Kamtibmas dilakukan oleh seorang Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas).
Dalam pelaksanaan tugas pembinaan yang dilakukan oleh Babinkamtibmas, telah terjadi interaksi sosial antara Babinkamtibmas dengan anggota kelompok sadar Kamtibmas yang ditandai adanya hubungan sosial. Dan berlangsungnya suatu proses interaksi sosial antara Babinkamtibmas dengan anggota kelompok sadar Kamtibmas ditentukan oleh faktor kontak sosial dan faktor komunikasi.
Efektivitas tugas yang dilaksanakan oleh Babinkamtibmas telah meningkatkan peran serta anggota kelompok sadar kamtibmas dalam berpartisipasi untuk mencegah kejahatan di Iingkungannya. Kesadaran untuk berperan aktif dalam rangka pencegahan kejahatan secara signifikan akan membantu operasional petugas kepolisian dalam memberikan pelayanan keamanan kepada warga masyarakat. Sebab adanya kendala dan keterbatasan sumber daya yang terdapat dalam organisasi kepolisian dapat teratasi oleh warga melalui kepedulian terhadap situasi keamanan dan ketertiban lingkungannya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 2478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Sudiadi
"Masalah pencegahan kejahatan adalah masalah yang sangat penting untuk dikaji. Hal ini selain karena merupakan salah satu perwujudan dari adanya reaksi sosial terhadap kejahatan juga karena pencegahan kejahatan ini adalah salah satu upaya untuk mencegah agar kejahatan tidak terjadi, sehingga apabila suatu kejahatan tidak terjadi, maka aktifitas sosial, ekonomi politik dan budaya akan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Singkatnya individu dalam masyarakat dapat beraktifitas dan berekspresi untuk melakukan peranannya masing-masing.
Pemikiran awal dari penyusunan tesis ini adalah karena banyaknya penelitian dalam bidang Kriminologi di Indonesia yang menggunakan teori hanya untuk menjelaskan fenomena kejahatan. Padahal menurut pemahaman penulis teori tersebut dapat dikaji dan dipahami, sehingga berdasarkan pemahaman tersebut dapat dirumuskan suatu strategi untuk melakukan pencegahan kejahatan. Banyak teori, seperti Differential Association, Social Structure and Anomie, Differential Identification, The Conflict of Conduct Norm dan lain-lain tidak hanya dapat digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena kejahatan tetapi juga dapat dikaji dan digunakan untuk menentukan strategi pencegahan kejahatan. Namun akhirnya penulis hanya mempunyai kemampuan untuk menerapkan salah satu model pencegahan kejahatan, yang merupakan hasil kajian dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pars pakar yang tergabung dalam The Chicago School, yaitu konsep Defensible Space dari Newman, yang mengajukan empat indikator, yaitu Territoriality, Natural Surveillance, Image and Melieu dan Safe Area.
Konsep Newman ini penting untuk dapat diterapkan dalam suatu lingkungan pemukiman, karena konsep ini mengakui pentingnya penggunaan barrier secara fisik, berupa penghalang-penghalang fisik maupun barrier sosial seperti tingginya tingkat kohesi sosial. Namun temyata kompleks-komplek perumahan yang dibangun, banyak yang kurang memperhatikan konsep ini, bahkan mungkin belum pemah mengenal konsep ini. Oleh karena itu penulis berupaya untuk meneliti apakah suatu kompleks perumahan telah mencerminkan konsep Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi dan test case. Wawancara mendalam dilakukan terhadap Ketua RW 022 (Komplek Perumahan Pesona Depok I), Sekretaris RW 022, Koordinator Keamanan RW 022, Komandan Satpam, Anggota Satpam, penghuni kompleks, seorang warga Kampung Mangga, seorang penjaga rumah yang tidak tinggal di dalam kompleks perumahan tersebut, seorang pengurus masjid, dan seorang pembantu rumah tangga.
Observasi dilakukan untuk melihat barrier-barrier fisik serta penerangan dan tata letak rumah dan jalan serta untuk melakukan mapping dan untuk melihat kohesi sosial yang terjalin di antara penghuni, observasi dilakukan pada siang hari dan juga pada malam hari. Sedangkan test case dilakukan untuk melihat sensitifitas penghuni dan anggota Satpam terhadap orang luar serta untuk menguji mekanisme kerja dari anggota Satpam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara fisik indikator-indikator defensible space telah tercermin di kompleks ini, seperti adanya portal yang terpasang di pintu gerbang, polisi tidur, pos-pos jaga yang terlihat jelas, adanya benteng dan tebing tinggi yang memisahkan kompleks perumahan dengan dua kampung di sekitarnya, serta pagar hidup berupa tanaman bambu yang ditanam rapat disepanjang sungai yang memisahkan kompleks ini dengan Perumahan Depok II Tengah dan Pesona Depok II. Keberadaan barrier-barrier tersebut menunjukkan bahwa indikator territoriality, secara fisik, telah diterapkan.
Begitu juga dengan Natural Surveillance dan Image and Melieu, secara fisik relatif telah diterapkan, walaupun belum diterapkan dengan baik, seperti masih banyaknya pos-pos jaga yang terlihat kosong dan banyaknya lampu penerangan jalan yang sudah tidak berfungsi lagi. Selain dari itu di kompleks ini tidak ada pengaturan anus lalu-lintas, sehingga setiap orang babas menggunakan lajur jalan. Kondisi ini kurang baik bila dikaitkan dengan upaya pencegahan kejahatan, khususnya dalam rangka terselenggaranya Natural Surveillance. Namun secara sosial, indikator-indikator defensible space tersebut belum tercermin dengan baik, Hal ini terjadi karena penghuni kompleks perumahan ini sangat heterogen dengan tingkat mobilitas yang tinggi dan kebanyakan di antara mereka tidak terlalu perduli dengan lingkungan sosialnya, hal ini karena individualitas diantara mereka cukup tinggi. Sebagai bukti dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan sosial dan keagaman yang hanya diikuti oleh beberapa orang saja, bahkan pengajian ibu-ibu, hanya diikuti oleh sekitar 6-12 orang saja. Bukti lainya adalah adanya pola penyampaian informasi dan anjuran partisipasi bagi penghuni dengan melalui surat edaran Padahal kekuatan dari konsep defensible space ini, secara sosiologis-kriminologis terletak pada diterapkannya indikator-indikator defensible space secara sosial. Namun karena mayoritas penghuni perumahan Pesona Depoki I dapat dikekatagorikan sebagai memiliki karakteristik kehidupan perkotaan, menurut Clinard dan Meier., hal ini sulit untuk dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library