Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ansellia Septarini
"ABSTRAK
Pada tahun 2030, Indonesia memiliki target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6.2 untuk mencapai akses sanitasi yang memadai dan merata serta mengakhiri buang air besar sembarangan (BABS). Sebanyak 94% rumah tangga di Kota Bekasi menggunakan sanitasi setempat dengan fasilitas penampungan tinja berupa tangki septik dan cubluk, namun sebagian besar belum memenuhi standar teknis dan perawatan yang ditetapkan. Hal ini dapat memengaruhi kualitas penampungan tinja dalam mengolah limbahnya, sehingga berpotensi mengkontaminasi air tanah dan tanah, serta berbahaya terhadap kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi penampungan tinja rumah tangga dan pengaruhnya terhadap kualitas efluen di Kota Bekasi. Survei sosial dan teknik dilakukan melalui kuesioner dan observasi langsung terhadap 260 rumah tangga di tiga kelurahan, yaitu Jatiluhur, Sumurbatu, dan Jatirangga, sedangkan pengujian kualitas air limbah penampungan tinja dilakukan pada 8 rumah tangga. Survei sosial dan teknik menilai aspek desain, konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan, sedangkan parameter pada pengujian kualitas efluen air limbah adalah COD, BOD, TSS, amonia, dan E. coli. Data dianalisis dengan statistik deskriptif, Uji Shapiro Wilk, Uji T Paired, serta uji korelasi non-parametrik Somers. Hasil menunjukkan bahwa fasilitas sanitasi di tiga kelurahan termasuk dalam kategori 0,76% dikelola dengan aman; 660% layanan sanitasi dasar 2,29% layanan sanitasi terbatas 29,4%sanitasi tidak berkembang dan 1,53% BABS. Rata-rata efluen melebihi baku mutu, kecuali BOD dengan nilai 10,9±4,14 mg/L. Jumlah pengguna penampungan tinja merupakan faktor yang memiliki hubungan kuat dengan kandungan TSS (p<0,05; d: 0,750) dan amonia (p<0,05; d: 0,818), serta umur penampungan tinja berhubungan kuat dengan kandungan BOD efluen (p<0,05; d: -0,667). Rata-rata parameter efluen melebih baku mutu keculi BOD (10,9±4,14 mg/L). Rasio BOD/COD yang kecil yaitu 3,11×10-2±2,3×10-2 menunjukkan biodegradibilitas rendah dan mengindikasikan efektivitas penampungan tinja dalam mengolah tinja telah menurun. Melalui penelitian ini diidentifikasi kondisi penampungan tinja yang dapat diimplementasikan sebagai dasar dalamupaya peningkatan layanan fasilitas sanitasi dan perencanaan kebijakan di daerah miskin.

By 2030, Indonesia has a target of the Sustainable Development Goal 6.2 to achieve access to adequate and equitable sanitation and hygiene for all and end open defecation (OD). A total of 94% households in Bekasi uses on-site sanitation with septic tank and pour-flush latrine as fecal containment, but compliance with the technical and maintenance standards is still low. Failing and unmanaged containment may affect its performance in treating fecal waste, thus contaminating groundwater and soil and threatening human health. This study is aimed to determine the condition of household fecal containment and the impact on effluent quality in Bekasi City. The social and technical survey were conducted through questionnaires and observations to 260 households in three poor urban village of Jatiluhur, Sumurbatu, and Jatirangga, to obtain the data of design, construction, operation and maintenance. Effluent sample was collected from 8 households to test the quality of chemical oxygen demand (COD), biological oxygen demand (BOD), total suspended solid (TSS), ammonia, and E. coli through laboratory testing. Data were analyzed with descriptive statistics, Shapiro Wilk Test, Paired T-Test, and Somers non-parametric correlation test. Results showed sanitation facilities in three villages are categorized as: 0,76% safely managed; 66% basic sanitation service; 2,29% limited sanitation service; 29,4% unimproved sanitation and 1,53% OD. The average effluent exceeded the quality standard, except BOD with a value of 10,9±4,14 mg/L. The number of fecal containment users was factor that stronglycorrelated with TSS (p<0,05; d: 0,750) and ammonia (p<0,05; d: 0,818), while the age of fecal containment is strongly related to effluent BOD ( p<0.05; d: -0,667). Additionaly, BOD/COD ratio of 3,11×10−2±2,3×10−2 showed low biodegradiability and indicated the performance of fecal containment in treating fecal sludge has decreased. This study can be implemented as a baseline to improve the condition of sanitation facility in poor area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Zakia
"Target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6.2 ialah untuk mencapai akses sanitasi yang memadai dan merata serta mengakhiri buang air besar sembarangan (BABS). Penduduk Kota Depok tahun 2019 berjumlah 2.406.826 jiwa dan penggunaan air tanah mencapai 87,54%. Pelacakan asal kontaminan pada air tanah perlu dilakukan karena adanya indikasi pencemaran yang diakibatkan oleh sanitasi setempat, selain dari aktivitas organisme lain selama pergerakan air di tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis larutan pelacak yang paling optimum dalam mengevaluasi penyebaran pencemar dari sanitasi setempat serta potensi pencemarannya terhadap kualitas air tanah. Penelitian lapangan dilakukan di RT 03 Kelurahan Kukusan sebagai preliminary assesement dengan injeksi pelacak (kafein, sakarin, asesulfam-k, NaCl) pada dua toilet, lalu diamati keberadaannya selama 14 hari di sebuah titik pantau air tanah. Hasil menunjukkan pelacak tidak terdeteksi pada titik pantau. Penelitian dilanjutkan pada skala laboratorium dengan sistem yang dirancang menyerupai aliran air limbah di dalam tanah. Hasil menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan (p>0,05) antara E. coli dengan seluruh zat pelacak sehingga belum ada zat pelacak yang optimum dalam mengidentifikasi pencemar air limbah. Korelasi signifikan (r>0,8; p<0,05) dan positif justru terjadi antar tiap pelacak. Dapat diketahui bahwa nasib dan pergerakan keempat pelacak dalam tanah saling menyerupai satu sama lain. Diperoleh juga potensi pencemar air limbah dapat berjalan pada kecepatan 6,44 cm/menit. Secara keseluruhan, masih diperlukan pengembangan penelitian mengenai pelacak yang berpotensi dalam mengidentifikasi pencemaran sanitasi setempat secara indirect discharge.

The target of Sustainable Development Goals 6.2 is to achieve access to adequate and equitable sanitation and to end open defecation. As of 2019, Depok City had a population of 2.406.826 and up to 87,54% of groundwater usage. Tracing the origin of contaminants, especially in groundwater, is necessary to discover possible contamination that may be caused by local sanitation besides the influence of organisms’ activities during water movement in the soil. This study aims to determine the optimal type of tracer solution in evaluating the spread of pollutants from on-site sanitation and their potential in contaminating groundwater quality. The field research was conducted in RT 03 Kukusan Village as preliminary assessment by injection of tracers (caffeine, saccharine, acesulfame-k, NaCl) in two toilets, followed by 14 days observation for their presence in a groundwater monitoring point. The results showed that no tracers were detected. Further research was conducted on a laboratory scale system resembling wastewater flow in the subsurface. The results revealed a negative and no significant correlation (p>0,05) between E. coli and all tracers, inferring that there is no optimal tracer yet in identifying wastewater contaminants. Significant and positive correlation (r>0,8; p<0,05) was shown between each tracers instead. This indicated the similarity of the tracers’ fate and transport to each other. The results also showed the velocity of potentially contaminating wastewater at 6,44 cm/minute. Overall, more research on potential tracers in identifying on-site sanitation by indirect discharge is needed to be developed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library