Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Waluyo Sugito
"ABSTRAK
Pendahuluan. Pemahaman dan publikasi mengenai aspek biologi sel osteosarkoma manusia di Indonesia masih terbatas, sehingga dibutuhkan suatu penelitian tentang isolasi, kultur dan karakterisasi sel osteosarkoma manusia secara in vitro dan pada model hewan secara in vivo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sel osteosarkoma manusia dapat diisolasi dan dikultur secara in vitro dan secara in vivo pada hewan model tikus Sprague Dawley (SD).
Metode Penelitian. Pada tahap pertama dilakukan isolasi dan kultur sel osteosarkoma dari 6 pasien pre-kemoterapi neoadjuvant dan 4 pasien telah mendapat kemoterapi neoadjuvant. Isolasi dan kultur dengan metode eksplant. Karakterisasi sel osteosarkoma dibuktikan dengan pemeriksaan morfologi sel, reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), immunofluorescence assay (IFA) dan imunositokimia. Tahap kedua menghasilkan model hewan tikus SD dengan inokulasi sel hasil kultur 1.106 sel per ekor ke intramedular femur distal (3 ekor) dan ke intramuskular gastroknemius dan soleus tibia proksimal (3 ekor). Pengukuran Alkali fosfatase serum dilakukan pada minggu ke-0, 4, dan 8, radiologi pada minggu ke-4 dan ke-8 dan histopatologi dilakukan pada minggu ke-8.
Temuan Penelitian. Sitologi menunjukkan sel tumor dengan inti yang pleiomorfik, hiperkromatik, letak di tepi dan anak inti nyata. Pemeriksaan RT-PCR menunjukkan ekspresi gen positif terhadap marker STAT3, Nanog, OCT3/4 dan CD 133. Pada pemeriksaan IFA didapatkan hasil positif terhadap antibodi osteokalsin, alkali fosfatase, dan CD 133. Pada pemeriksaan imunositokimia didapatkan hasil positif terhadap antibodi alkali fosfatase dan osteokalsin. Tahap kedua, evaluasi radiologi tidak menunjukkan gambaran destruksi tulang maupun tumbuhnya massa pada soft tissue. Pada histopatologi gambaran jaringan yang normal.
Simpulan. Sel osteosarkoma dapat diisolasi dan dikultur dari jaringan tumor pasien osteosarkoma serta menunjukkan karakterisasi sel sesuai gambaran osteosarkoma pada pasien penderita osteosarkoma. Belum dapat dilakukan pembuatan hewan model osteosarkoma dari hewan Tikus Sprague Dawley immunocompetent.

ABSTRACT
Introduction. Understanding and publications about biological aspect of human osteosarcoma cells in Indonesia are scarce, so study about isolation, culture and characterization of by in vitro or in vivo are needed. This study aimed to understand whether human osteosarcoma cells could be isolated and cultured by in vitro and in vivo for animal model Sprague Dawley (SD) rat.
Methods. First stage, isolation and culture of osteosarcoma cell from 6 patients with neoadjuvant prechemotherapy and 4 that already received neoadjuvant chemotherapy. Isolation and culture used explant method. Characterization used morphological examination of cells, reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), immunofluorescence assay (IFA) and immunocytochemistry. Objective of second stage was producing animal models experiment by inoculation of 1.106 cells intra medullary distal femur (3 animals) and to intramuscular gastrocnemius and soleus proximal tibia (3 animals). Serum alkaline phosphatase was checked at week 0,4 and 8, radiology week 4 and 8, and histopathology at week 8.
Results. Cytology showed tumor cell with pleiomorphic, hyperchromatic nucleus on the edge and conspicuous nucleoli. RT-PCR examination was positive for gene expression in STAT3 marker, Nanog, OCT 3/4 and CD 133. IFA was positive for osteocalcin, alkaline phosphatase, and CD 133 antibodies. In immunocytochemical examination there were positive result of alkaline phosphatase and osteocalcin antibody. For second stage, radiology evaluation showed no bone destruction or mass growth in soft tissue. Histopathology showed normal tissue.
Conclusions. Osteosarcoma cell could be isolated and cultured from osteosarcoma?s patient and showed cell characterization that corresponded with the picture of osteosarcoma cell in patient with osteosarcoma. Animal model of osteosarcoma in immunocompetent SD rat could not be done.
"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Husna
"Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian utama secara global, dengan angka kematian yang terus meningkat, khususnya pada wanita. Kasus kematian kanker payudara pada umumnya terjadi karena metastasis yang dipengaruhi oleh faktor Epithelial-mesenchymal transition (EMT). Zinc finger E-box binding homeobox 1 (ZEB1) diketahui berperan dalam proses deregulasi EMT. Penggunaan jaringan asli dan kultur primer dari pasien kanker payudara memainkan peran penting dalam memeriksa perilaku kanker payudara, khususnya proses migrasi sel dan karakterisasi molekuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kultur eksplan dalam memprediksi kemampuan migrasi sel kanker payudara in vitro, serta analisis ekspresi gen ZEB1 dari penderita kanker payudara. Penelitian ini menggunakan jaringan dari penderita kanker payudara yang dikultur dengan metode eksplan dan diamati dibawah mikroskop, kemudian gen ZEB1 diisolasi dan dianalisis menggunakan qPCR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel BC02 yang dikategorikan ganas berdasarkan nilai imunohistokimia dan patologi anatomi, membutuhkan waktu kurang dari tujuh hari untuk bermigrasi dari tumor primer, sedangkan BC01 yang dikategorikan jinak membutuhkan waktu 21 hari. Laju migrasi sel dari jaringan diperkirakan bergantung pada status keganasan jaringan. Ekspresi gen ZEB1 pada jaringan dan hasil kultur primer tidak berbeda nyata (p>0.05). Ekspresi ZEB1 pada S04 dan S09 yang dikategorikan sel ganas berdasarkan nilai imunohistokimia dan patologi anatomi berkorelasi positif dengan kemampuan migrasi berdasarkan tingkat keganasan sel kanker payudara. Penelitian ini menunjukkan bahwa kultur eksplan dapat digunakan untuk mempelajari karakteristik migrasi sel kanker. Selain itu, berdasarkan penelitian ini diketahui adanya hubungan ekspresi ZEB1 dengan tingkat keganasan sel kanker.

Breast cancer is one of the leading causes of death globally, with cases of death increasing, especially in women. Cases of death in breast cancer occur due to metastases mediated by Epithelial-mesenchymal Transition (EMT) factors. Zinc finger E-box binding homeobox 1 (ZEB1) has been reported to play a role in the EMT deregulation process. The use of patient-derived primary cultures from breast cancer patients plays an important role in examining the behavior of breast cancer, in particular the process of cell migration and molecular characterization. This study aims to determine the potential of explant culture in predicting the migration ability of breast cancer cells in vitro, and molecular characterization by studying the expression of the ZEB1 gene in breast cancer patients. The results showed that BC02 cells took less than seven days to migrate from the primary tumor, while BC01 cells took 21 days. The rate of cell migration from the tissue was found to depend on the malignant status of the tissue. ZEB1 gene expression in tissue and primary culture were not significantly different (p>0.05). ZEB1 expression in S04 and S09 which were was positively correlated with migration ability based on the malignancy level of breast cancer cells. Furthemore, ZEB1 expression was found to be correlated with the grade of malignancy of breast cancer cells"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhim, Johng S., editor
"This text explores the latest progress in cell transformation model systems, and explores molecular and cellular changes at work in the transformation of normal cells into neoplastic cells. Also covers stem cells, and the role of microenvironments in cancer."
New York: Springer, 2011
e20417644
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Altaf Aaron Zakaria
"Circulating tumor cell (CTC) merupakan intermediet proses metastasis kanker yang dapat dimanfaatkan untuk diagnosis, prognosis, dan target pengobatan kanker. Pengembangan pemanfaatan CTC dapat dilakukan dengan penelitian yang umumnya melibatkan proses kultur. Medium bebas serum dinilai lebih baik dibanding medium berserum karena dapat menghasilkan data yang lebih konsisten, sehingga lebih cocok digunakan untuk penelitian yang mengkaji aktivitas fisiologi sel dan persinyalan molekular. Namun, medium bebas serum memerlukan suplemen agar sel dapat tumbuh optimum. Penambahan suplemen insulin-transferrin-selenium (ITS) telah diketahui memiliki peran penting dalam kultur sel keratosit, ovarium, dan keratinosit. Namun, belum diketahui peran ITS dalam medium bebas serum untuk kultur CTC. Penelitian ini mengkaji perbedaan efek FBS dan ITS dengan konsentrasi 1X dan 10X dalam medium bebas serum terhadap CTC yang diisolasi dengan metode eritrolisis. Kultur dilakukan selama 18 hari. Dinamika CTC dan leukosit diamati dengan meninjau viabilitasnya pada 6 hari pertama kutur. Selain itu, observasi morfologi dilakukan seiring dengan pengukuran morfometri sel. Pada hari ke-18, keberadaan CTC diverifikasi dengan imunofluoresens menggunakan marka cytokeratin 20 (CK20) dan plastin 3 (PLS3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa CTC yang dikultur pada medium dengan penambahan 10X ITS memiliki diameter sel yang lebih besar dari yang dikultur pada medium dengan penambahan 1X ITS dan 10% FBS. Hal tersebut menunjukkan bahwa ITS memiliki peran penting dalam kultur CTC dalam medium bebas serum dan dalam konsentrasi 10X dapat meningkatkan pertumbuhan CTC kanker kolorektal.

Circulating tumor cells (CTCs) are intermediates in the cancer metastasis process and hold potential for use in cancer diagnosis, prognosis, and treatment targeting. The development of CTC applications typically involves research incorporating cell culture processes. In cell culture, serum-free media are considered superior to serum-containing media as they yield more consistent data, making them more suitable for studies examining cell physiological activity and molecular signaling. However, serum-free media require supplementation to ensure optimal cell growth. The addition of insulin-transferrin-selenium (ITS) supplements is known to play a crucial role in the culture of keratocytes, ovarian cells, and keratinocytes. However, the role of ITS in serum-free media for CTC culture remains unknown. This study investigates the differential effects of fetal bovine serum (FBS) and ITS at concentrations of 1X and 10X in serum-free media on CTCs isolated via erythrolysis. Cultures were maintained for 18 days, with CTC and leukocyte dynamics observed by assessing cell viability during the first six days of culture. Additionally, morphological observations and cell morphometric measurements were conducted. On the 18th day, the presence of CTCs was verified using immunofluorescence with cytokeratin 20 (CK20) and plastin 3 (PLS3) markers. The results indicated that CTCs cultured in media supplemented with 10X ITS exhibited larger cell diameters compared to those cultured with 1X ITS and 10% FBS. This finding suggests that ITS plays a critical role in the successful culture of CTCs in serum-free media and that a 10X concentration of ITS can enhance the growth of colorectal cancer CTCs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library