Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Heru Dias Pambudhi
"Hasil survei SANS-INSTITUTE, menyatakan bahwa terdapat kenaikan signifikan pada jumlah perusahaan yang mengembangkan kapabilitas cyber threat intelligence (CTI). Hingga saat ini terdapat urgensi akan sebuah cara untuk mengukur efektifitas program CTI. Penerapan model maturitas merupakan salah satu cara untuk mengukur efektivitas dari sebuah proses atau program. Terdapat beberapa model maturitas yang berfokus pada domain CTI, namun belum terdapat penelitian yang mengevaluasi model-model tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi model maturitas CTI dari sisi teoretis dan praktikalnya. Hasil evaluasi teoretis menyimpulkan bahwa model maturitas CTIM merupakan model yang paling komprehensif dibandingkan model-model maturitas CTI lainnya. Dari evaluasi secara praktikal, model maturitas CTIM juga mendapatkan umpan balik positif pada saat diterapkan di PT. XYZ. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model CTIM dapat dijadikan referensi untuk perusahaan yang ingin mengukur tingkat maturitas program CTInya. Penelitian ini juga menghasilkan enam poin rekomendasi perbaikan untuk model maturitas CTIM agar kualitasnya dapat lebih baik lagi.
The SANS-INSTITUTE survey showed a significant increase in companies developing cyber threat intelligence (CTI) capabilities. Until now, there is an urgency for a way to measure the effectiveness of the CTI program. The application of the maturity model is one way to measure the effectiveness of a process or program. Several maturity models focus on the CTI domain, but there needs to be research that evaluates these models. This study evaluates the CTI maturity model from a theoretical and practical perspective. The results of the theoretical evaluation concluded that the CTIM maturity model is the most comprehensive compared to other CTI maturity models. The CTIM maturity model received positive feedback from practical evaluations when implemented at PT. XYZ. This study concludes that the CTIM model can be used as a reference for companies that wish to measure the maturity level of their CTI program. This study also produced six recommendations for improving the CTIM maturity model so that the quality could be even better."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Satriyo Adipratomo
"Data World Bank menunjukkan bahwa dari tahun 2010 hingga 2021 terjadi kenaikan sebesar 51% pada angka persentase populasi yang menggunakan akses internet di Indonesia. Kondisi ini belum dibarengi dengan penjagaan cybersecurity yang maksimal. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah ini adalah dengan perumusan strategi cybersecurity berdasarkan cyber threat intelligence. Salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk mencari cyber threat intelligence adalah melalui open source intelligence atau OSINT. OSINT merupakan suatu metode pengumpulan dan analisis data yang tersedia secara terbuka; artinya sumber informasi dan datanya harus dapat diakses oleh siapapun, kapanpun. Pada penelitian ini, Twitter dipilih sebagai sumber OSINT dengan pertimbangan kemampuan Twitter untuk menghasilkan data yang volumenya besar, jumlah akun yang banyak dan beragam, aksesibilitas, dan popularitas di komunitas cybersecurity. Data dari Twitter akan diproses melalui enam skenario untuk menghasilkan cyber threat intelligence. Hal ini dilakukan dengan menghitung persentase jumlah kemunculan istilah terkait cyber threat dan threat actor atau software yang sering dibicarakan di Twitter. Kemudian hasil dari tiap skenario akan dibandingkan. Didapatkan hasil bahwa isu paling berbahaya di Indonesia adalah dark web: 40,12%, kebocoran data: 31,48%, dan ransomware: 12,35%; dnegan LockBit sebagai threat group yang paling berbahaya dengan persentase kemunculan 27,27%. Informasi tersebut digabungkan dengan hasil banding strategi cybersecurity dari negara Malaysia, Belgia, Inggris, dan Amerika Serikat menjadi dasar perancangan rekomendasi Strategi Cybersecurity Indonesia yang terbagi menjadi sebuah narasi, 4 komitmen, dan 17 tugas untuk mencapai tujuan tersebut.
World Bank data shows that from 2010 to 2021 there will be an increase of 51% in the percentage of the population using internet access in Indonesia. This condition has not been accompanied by maximum cybersecurity. One way to overcome this problem is to formulate a cybersecurity strategy based on cyber threat intelligence. One method that can be used to search for cyber threat intelligence is through open source intelligence or OSINT. OSINT is an openly available data collection and analysis method; meaning that sources of information and data must be accessible to anyone, at any time. In this study, Twitter was chosen as the OSINT source by considering Twitter's ability to generate large volumes of data, the large and varied number of accounts, accessibility, and popularity in the cybersecurity community. Data from Twitter will be processed through six scenarios to generate cyber threat intelligence. This is carried out by calculating the percentage of terms related to cyber threats and threat actors or software that are frequently discussed on Twitter. Then the results of each scenario will be analyzed and compared with each other. The results show that the most dangerous issues in Indonesia are the dark web: 40.12% occurrence, data breach: 31.48% occurrence, and ransomware: 12.35% occurrence; with LockBit being the most dangerous threat group with an occurrence percentage of 27.27%. This information is combined with the results of a comparison of cybersecurity strategies from Malaysia, Belgium, the United Kingdom, and the United States of America to form the basis for designing the recommendations for the Indonesian Cybersecurity Strategy which are divided into a narrative, 4 commitments, and 17 tasks to achieve this goal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sigiro, Farlin Hottua
"Lanskap ancaman siber global dan nasional telah mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, ditandai dengan serangan yang semakin canggih, kompleks, dan persisten, yang memengaruhi berbagai sektor strategis. Pemerintah Indonesia, melalui Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), telah merespons dengan membentuk lembaga keamanan siber, yaitu Computer Security Incident Response Team (CSIRT), untuk memperkuat pertahanan ruang digital. Namun, pendekatan reaktif yang masih dominan dalam pemantauan dan respons serangan terbukti kurang efektif dalam menghadapi dinamika ancaman yang semakin kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tren ancaman siber di tingkat nasional dan global serta mengidentifikasi strategi yang efektif dalam penanganannya, khususnya melalui kolaborasi antar lembaga keamanan siber. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, data diperoleh melalui wawancara mendalam, tinjauan pustaka, dan observasi langsung. Konsep-konsep seperti teori ancaman, Intelijen Ancaman Siber (Cyber Threat Intelligence/CTI), dan koordinasi lintas lembaga menjadi landasan analisis untuk memahami pola ancaman dan potensi kolaborasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan ancaman siber membutuhkan kerja sama lintas lembaga dalam berbagi intelijen ancaman untuk menghadapi ancaman bersama. Sebagai langkah strategis, penelitian ini mengusulkan pembentukan model berbagi informasi intelijen ancaman yang kolaboratif serta tata kelola lintas lembaga yang terintegrasi guna memperkuat operasi keamanan siber nasional sekaligus meningkatkan ketahanan siber nasional.
The global and national cyber threat landscape has significantly evolved in recent years, marked by increasingly sophisticated, complex, and persistent attacks that impact various strategic sectors. The Indonesian government, through the National Cyber and Crypto Agency (BSSN), has responded by establishing a cybersecurity institution, namely the Computer Security Incident Response Team (CSIRT), to strengthen digital space defences. However, the dominant reactive approach in monitoring and responding to cyber incidents has proven inadequate in addressing the dynamic and complex nature of emerging threats. This study aims to analyze cyber threat trends at both national and global levels and to identify effective strategies for addressing these threats, particularly through collaboration among cybersecurity institutions. Using a qualitative approach, data were collected through in-depth interviews, literature reviews, and direct observation. Concepts such as threat theory, Cyber Threat Intelligence (CTI), and interagency coordination serve as the analytical foundation to understand threat patterns and potential collaboration mechanisms. The findings indicate that the increasing cyber threats necessitate interagency cooperation in sharing threat intelligence to tackle common challenges. As a strategic measure, this study proposes the establishment of a collaborative threat intelligence-sharing model and integrated interagency governance to enhance national cybersecurity operations and bolster national cyber resilience."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library