Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditianata
"Pembangunan merupakan salah satu upaya dalam mensejahterakan masyarakat, namun pembangunan memiliki dampak negatif yakni terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah baik antara kawasan indonesia bagian timur dengan bagian barat maupun antar wilayah kepulauan dan wilayah daratan. DKI Jakarta memiliki karakteristik yang sama dengan Indonesia karena DKI Jakarta sebagai ibukota negara juga memiliki pulau-pulau sangat kecil dalam wilayah administrasinya. Pembangunan yang dilakukan di DKI Jakarta juga menimbulkan ketimpangan yakni antara wilayah kepulauan dengan wilayah daratan.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan mix method yang mengkombinasikan metode kuantitatif dan kualitatif. Untuk mengukur ketimpangan digunakan Indeks Williamson, sementara untuk melihat penyebab ketimpangan digunakan pendekatan kualitatif yang menggabungkan metode observasi, wawancara mendalam, dan tinjauan teori serta data sekunder (triangulasi).
Hasil penelitian menemukan bahwa terjadi ketimpangan yang terus meningkat dalam 5 tahun terakhir di wilayah DKI Jakarta terutama antara wilayah daratan dengan wilayah kepulauan. Selain ketimpangan pembangunan yang semakin besar di Wilayah kepulauan, pembangunan di wilayah tersebut juga mengancam keberlanjutan permukiman masyarakat di wilayah kepulauan. Hasil penelitian juga menemukan beberapa faktor yang menjadi penyebab ketimpangan diantaranya adalah faktor geografis, faktor kebijakan pemerintah, faktor lemahnya penataan ruang, faktor Sumberdaya manusia, dan faktor ekonomi. Kemudian faktor-faktor yang dapat mengurangi ketimpangan adalah faktor kebijakan, perencanan, dan faktor kelembagaan.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian tersebut maka kebijakan untuk mengurangi ketimpangan pembangunan dapat dilakukan dengan kebijakan dan perencanaan yang mempertimbangkan konsep ekoregion dan antroporegion dalam kebijakan pembangunan wilayah kepulauan seribu. Kemudian pendekatan pembangunan yang berorientasi daratan harus mulai dirubah menjadi paradigma pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada pulau-laut sehingga kebijakan yang diambil dapat berpihak kepada kondisi dan karaktersitik wilayah kepulauan mikro yang rentan terhadap perubahan. Penyusunan tata ruang laut yang terintegrasi dengan ruang daratan dapat menjadi titik awal dalam mengurangi ketimpangan wilayah kepulauan dan daratan.

Development is one of the efforts in the welfare of society, but the development has a negative impact that the development of inter-regional inequality between the eastern Indonesian region with the west and between the islands and mainland territories. Jakarta has the same characteristics as the Indonesian capital of Jakarta as the country also has a very small islands within its jurisdiction. Development is done in Jakarta also cause the imbalance between the islands with the mainland region.
The study was conducted with a mixed method approach that combines quantitative and qualitative methods. Index used to measure inequality Williamson, while to look at the causes of inequality used a qualitative approach which combines the method of observation, in-depth interviews, and reviews the theory and secondary data (triangulation).
The study found that there was inequality increasing in the last 5 years in Jakarta especially among the archipelago's land area. Besides inequality greater development in the islands region, development in the region also threatens the sustainability of public housing in the islands. Research has found several factors that cause imbalances include geographic factors, government policy factors, factors of weak spatial planning, human resource factors, and economic factors. Then the factors that can reduce inequality is a factor of policy, planning, and institutional factors.
Based on the research findings, a policy to reduce inequality can be done with policy development and planning that considers the concept of eco-regional and regional development policy antroporegion thousand islands. Then the land- oriented approach to development should start changed the paradigm of sustainable development-oriented sea island that measures taken to favor the conditions and the characteristics of micro archipelago are susceptible to change. Marine spatial planning integrated with land space can be a starting point in reducing inequality of the islands and the mainland.
"
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grizzly Pradipta Singhasana Enshito
"Pemanasan global memiliki penyebab antara lain adalah hilangnya vegetasi untuk pembangunan. Kota Depok adalah salah satu kota penyangga Ibukota DKI Jakarta dan terjadi pembangunan yang menyebabkan berkurangnya tutupan vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran suhu permukaan daratan dan hubungannya dengan kerapatan vegetasi. Data kedua variabel didapat dengan pengolahan citra Landsat OLI-TIRS.
Hasil penelitian menunjukkan suhu permukaan daratan yang tinggi di Kota Depok memiliki pola persebaran yang dipengaruhi oleh penutup lahan rendahnya kerapatan vegetasi. Suhu permukaan daratan yang tinggi menyebar dan mengumpul pada bagian pusat, selatan, dan utara pada wilayah penelitian. Tutupan lahan yang memiliki suhu tinggi adalah lahan terbangun dan tutupan lahan yang memiliki suhu rendah adalah vegetasi.

Global warming has a cause which one of them is loss of vegetation for the development. Depok City as one of the city buffer of DKI Jakarta and having development that causing loss of vegetation. This study aims to determine the pattern of land surface temperature distribution and its relation to vegetation density index. The data of both variables were obtained by Landsat 8 OLI TIRS image processing.
The results showed that high land surface temperature in Depok City rsquo s distribution pattern was influenced by land cover and low vegetation density index. High surface temperature were spreading over all areas and gathered at north, center, and south of study area. Land cover that have high temperature are built up and low temperature is vegetation.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiral Rahadian Ilham
"Tren kenaikan suhu permukaan daratan akibat pemanasan global berdampak pada kondisi iklim di level mikro yakni perkotaan. Kenaikan suhu permukaan daratan berdampak pada semakin cepatnya laju evaporasi badan air dan transpirasi dari tumbuh-tumbuhan. Tingginya kadar uap air di atmosfer memicu terjadinya potensi hujan ekstrem di wilayah-wilayah yang mengalami pemanasan. Fenomena hujan ekstrem yang terbentuk dari hasil pemanasan permukaan bumi dikenal dengan istilah hujan konvektif. Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara suhu permukaan daratan dengan frekuensi hujan konvektif dengan rentang tahun pengamatan 10 tahun yakni 2013 – 2022. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sebaran suhu permukaan daratan dan dampak kenaikannnya terhadap frekuensi hujan konvektif di Tangerang Raya. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis spasial dan korelasi. Hasil penelitian didapatkan sebaran suhu permukaan daratan di Tangerang Raya ditunjukkkan dengan semakin tinggi nilai suhu permukaan daratan diikuti dengan penutup lahan berupa permukiman dan industri sedangkan semakin rendah nilau suhu permukaan daratan maka nilai tersebut menunjukkan wilayah penutup lahan berupa vegetasi. Kemudian hasil uji korelasi menunjukkan suhu permukaan daratan dan frekuensi hujan konvektif memiliki hubungan dengan 2 stasiun hujan di sisi selatan Tangerang Raya yang beradius 30 km dari laut. Hubungan tersebut berupa semakin tinggi luasan areal suhu permukaan daratan kelas sangat tinggi maka akan semakin tinggi frekuensi hujan konvektif. Hubungan antara kedua variabel memiliki nilai korelasi sebesar 0,597 dan koefisien determinasi sebesar 0,357.

The increase in land surface temperature due to global warming has an impact on micro-level climate conditions, particularly in urban areas. The increase in land surface temperature has an impact on the accelerated rate of evaporation of water bodies and transpiration from plants.. The high humidity in the atmosphere triggers the potential for extreme rainfall in regions experiencing warming. The phenomenon of extreme rainfall formed as a result of surface warming is known as convective rainfall. This research was conducted to investigate the relationship between land surface temperature and the frequency of convective rainfall over a 10-year observation period, from 2013 to 2022. The objective of this study is to analyze the distribution of land surface temperature and its impact on the frequency of convective rainfall in Tangerang Raya. Data analysis in this research was performed using descriptive, spatial, and correlation analyses. The research findings reveal the distribution of land surface temperature in Tangerang Raya, indicating that higher land surface temperature values are associated with land covers such as settlements and industries, while lower values indicate areas covered by vegetation. The correlation analysis results show a relationship between land surface temperature and the frequency of convective rainfall in two rain stations on the southern side of Tangerang Raya, located within a 30 km radius from the sea. This relationship indicates that as the extent of high-temperature land surface area increases, the frequency of convective rainfall also increases. The correlation value between the two variables is 0.597, with a coefficient of determination of 0.357."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iko Panji Rukmana
"Kabupaten Bengkulu Utara memiliki tingkat deforestasi tertinggi pada fungsi hutan lindung mencapai 6.000,7 ha/tahun, dan fungsi hutan konservasi mencapai 2.789,4 ha/tahun yang disebabkan oleh teralih fungsikannya hutan serta bertambahnya jumlah penduduk sebesar 315,5 ribu sampai tahun 2020. Citra satelit Landsat tahun 1995, 2010, dan 2016 Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu digunakan untuk analisis.
Penelitian ini mengidentifikasi pola suhu permukaan daratan dan pola kelembaban tanah pada periode yang sudah ditentukan dengan menggunakan metode analisis spasial, serta menunjukkan hubungan antar variabel seperti kerapatan vegetasi dan ketinggian terhadap suhu permukaan daratan serta ketinggian dan lereng terhadap kelembaban tanah. Hubungan antar variabel diidentifikasi menggunakan korelasi.
Hasil menunjukkan suhu permukaan daratan di Kabupaten Bengkulu memiliki pola menyebar dengan pusat panas di ibu kota kabupaten, dan area pertambangan, serta memiliki hubungan berbanding terbalik dengan kerapatan vegetasi dan ketinggian. Kemudian, kelembaban tanah di Kabupaten Bengkulu Utara cenderung mengering ke arah dataran tinggi, serta memiliki hubungan berbanding lurus dengan ketinggian dan lereng.

Bengkulu Utara District, Bengkulu Province was the area which had the highest deforestation toward protected forest up to 6000,7 ha year and conservation forest up to 2789,4 ha year cause land use change and increase of the population almost 315.5 thousands until 2020. Landsat satellite images of 1995, 2010, and 2016 of Bengkulu Utara Regency, Province Bengkulu area used for analysis.
This research identified pattern of land surface temperature between the specified time using spatial analysis methods, and showed the correlation between variables such as vegetation density and elevation against land surface temperature then elevation and slope against soil moisture. Relation between variables identified using correlation analysis.
The result that land surface temperature of Bengkulu Utara District has a spread pattern with a center in the capital city of the district, and mining areas, then has inverse relationship with vegetation density and elevation. The distribution pattern of dry soil moisture tends to expand to high ground, and has directly proportional with elevation and slope.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian pengangkatan daratan dan dampaknya terhadap ekosistem pesisir akibat gempa Aceh, Desember 2004 dan gempa Nias, Maret 2005 telah dilakukan di Pulau Weh, Pulau Simeulue dan Pulau Nias pada akhir JUli hingga awal Agustus 2005
."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Paramitha Putri
"Permukaan daratan memainkan peran penting dalam banyak proses lingkungan. Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan suhu permukaan daratan adalah perubahan tutupan lahan termasuk perubahan tutupan lahan vegetasi menjadi tutupan lahan non vegetasi. Penelitian ini ditujukan untuk dapat menganalisis pengaruh tutupan lahan dan ketinggian terhadap sebaran suhu permukaan di Gunung Karang secara spasial dan temporal.
Penelitian ini menggunakan data citra Landsat pada tahun 1994, 2000, 2010, dan 2018 dengan menggunakan parameter indeks karakteristik lahan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Enhanced Built-Up and Bareness Index (EBBI), dan Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) serta suhu permukaan daratan. Parameter ketinggian didapatkan dari citra ALOS. Verifikasi dengan survei lapang dilakukan pada 50 titik yang dipilih secara random sampling.
Hasil analisis komparatif spasial menunjukkan bahwa kelas suhu permukaan daratan yang dominan mengalami perubahan dengan selisih rata-rata 4°C dari tahun 1994 menuju 2018 terjadi khususnya pada bagian kaki Gunung Karang. Hasil uji statistik menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengaruh kerapatan vegetasi, lahan terbangun dan lahan kosong, badan air, serta ketinggian terhadap suhu permukaan daratan adalah sebesar 78,5% dari tahun 1994 hingga 2018.

Land surface temperature play a vital role in many environmental processes. One of the contributing factor that cause the increase of land surface temperature is changes of land cover including the conversion from vegetation to non vegetation. This research aims to analyze the influence of land cover and elevation on distribution of the land surface temperature on Mount Karang spatially and temporally.
This research uses Landsat imagery data on 1994, 2000, 2010, and 2018 analyzed by Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Enhanced Built-Up and Bareness Index (EBBI), and Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI) also land surface temperature. Elevation is obtained from ALOS imagery. Verification was done with field survey on 50 location which selected by random sampling.
Analysis with spatial comparative showed that the dominant class of land surface temperature changes with total difference of 4,26°C higher from 1994 to 2018 and its occurs especially at the foot of Mount Karang. The results of statistic test with multiple linear regression showed that the influence of vegetation density, built-up and bare land, water body, and elevation on land surface temperature was 78,5% from 1994 to 2018.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safirah Timami
"Kota Metropolitan Bandung Raya mengalami perkembangan cukup pesat yang menyebabkan berkurangya lahan bervegetasi. Selain itu, perbedaan curah hujan pada setiap musim di tahun 2014 ndash; 2016 dapat mempengaruhi tingkat kehijauan vegetasi. Minimnya lahan bervegetasi menunjukan tingkat kehijauan yang rendah sehingga dapat memicu kenaikan suhu permukaan daratan. Pengolahan citra Landsat 8/OLI dengan menggunakan algoritma Land Surface Temperature LST untuk mengetahui suhu permukaan daratan dan Nomalized Difference Index Vegetation NDVI untuk kehijauan vegetasi. Data curah hujan harian selama 15 hari sebelum waktu perekaman citra dikaji untuk menunjukan variasi kehijauan vegetasi dan suhu permukaan daratan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode overlay peta dan perhitungan statistik.
Hasil penelitian menunjukan variasi suhu permukaan daratan di bagian utara merupakan wilayah suhu rendah. Pada bagian tengah merupakan wilayah dengan suhu tinggi, sementara di bagian selatan merupakan wilayah suhu yang lebih rendah. Suhu permukaan daratan yang diperoleh paling rendah ialah 0,5 dan paling tinggi >35 C dengan nilai NDVI.

Metropolitan Bandung Raya experienced a rapid growth that caused the decreasing of vegetated land. In addition, rainfall differences in each season in 2014 2016 can affect the greenness of vegetation. The lack of vegetated land shows a low greenishness that can trigger an increase in surface temperatures. Landsat 8 OLI image processing using Land Surface Temperature LST algorithm to determine surface temperature of the land and Nomalized Difference Index Vegetation NDVI for green vegetation. Daily rainfall data for 15 days before the image recording time is examined to show variations of green vegetation and surface temperatures. The analysis is done by using map overlay and statistical calculation.
The results showed that the temperature of the mainland surface in the north is the low temperature region. In the middle is a region with high temperatures, while in the southern part is the region of lower temperatures. The lowest surface temperature of the land obtained is 0,5 and at most 35 C with NDVI value.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Utama Manggala
"ABSTRAK
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 16.056 pulau terdaftar dengan luas wilayah laut mencapai 5.9 juta km2. Letaknya yang strategis ditandai dari hadirnya beberapa titik sumbat perdagangan dunia di wilayah Indonesia, yakni Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok. Dimana kini, sekitar 2/3 perdagangan minyak dunia dan lebih dari setengah total pelayaran kapal container dengan nilai 5.4 trilyun USD melewati jalur Selat Malaka untuk menuju ke Laut Tiongkok Selatan. Namun demikian, Indonesia seakan abai terhadap nilai strategis wilayah maritimnya dengan berbagai kebijakan yang disebut Prof. Geoffrey Till sebagai sea blindness. Salah satu yang terlihat adalah dari kebijakan postur pertahanan Indonesia yang dijalankan dengan mengadopsi sistem pertahanan territorial. Pemahaman mendasar ini diperlukan guna membenahi dan menata ulang sistem pertahanan Indonesia yang sesuai dengan realitas letak geografis Indonesia, sebagai Poros Maritim Dunia."
Lengkap +
Jakarta: Policy Analysis and Development Agency, 2018
300 JHLN 4:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Utama Manggala
"ABSTRAK
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 16.056 pulau terdaftar dengan luas wilayah laut mencapai 5.9 juta km2. Letaknya yang strategis ditandai dari hadirnya beberapa titik sumbat perdagangan dunia di wilayah Indonesia, yakni Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok. Dimana kini, sekitar 2/3 perdagangan minyak dunia dan lebih dari setengah total pelayaran kapal container dengan nilai 5.4 trilyun USD melewati jalur Selat Malaka untuk menuju ke Laut Tiongkok Selatan. Namun demikian, Indonesia seakan abai terhadap nilai strategis wilayah maritimnya dengan berbagai kebijakan yang disebut Prof. Geoffrey Till sebagai sea blindness. Salah satu yang terlihat adalah dari kebijakan postur pertahanan Indonesia yang dijalankan dengan mengadopsi sistem pertahanan territorial. Pemahaman mendasar ini diperlukan guna membenahi dan menata ulang sistem pertahanan Indonesia yang sesuai dengan realitas letak geografis Indonesia, sebagai Poros Maritim Dunia."
Lengkap +
Jakarta: Policy Analysis and Development Agency, 2018
300 JHLN
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Aliza
"Kabupaten Majalengka dinilai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu prioritas pembangunan infra struktur untuk menopang percepatan pembangunan seperti Bandara Internasional Jawa Barat, Kertajati Aero City, permukiman, rumah sakit, pusat perbelanjaan, bussines center, resort, sarana hiburan. Alih fungsi lahan dari tutupan vegetasi menjadi lahan terbangun akan memengaruhi suhu permukaan daratan yang memicu adanya fenomena urban heat island.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis distribusi spasial dan temporal urban heat island serta asosiasi tutupan lahan, kerapatan bangunan, dan kehijauan vegetasi terhadap suhu permukaan daratan di Kabupaten Majalengka tahun 2013, 2016 dan 2019. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa tutupan lahan, kehijauan vegetasi, kerapatan bangunan, dan suhu permukaan daratan yang didapatkan dari hasil pengolahan Citra Landsat 8 Tahun 2013, 2016, dan 2019 yang divalidasi dengan data survei lapang pada 98 titik yang dipilih dengan metode randomsampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai suhu permukaan daratan Kabupaten Majalengka berada antara 15,26 derajat celsius hingga 39,99 derajat celcius. Fenomena urban heat island mendominasi bagian tengah hingga utara Kabupaten Majalengka dengan tutupan lahan berupa lahan terbangun, kehijauan rendah, dan kerapatan bangunan tinggi. Bagian selatan suhu permukaan daratan semakin rendah dengan tutupan lahan vegetasi, kehijauan vegetasi tinggi, dan kerapatan bangunan rendah. Suhu permukaan daratan rendah berasosiasi dengan kehijauan vegetasi tinggi dan kerapatan bangunan rendah sedangkan suhu permukaan tinggi berasosiasi dengan tutupan lahan terbangun dengan kerapatan bangunan tinggi.

The Majalengka Regency considering by The Government of West Java Province is one of the priorities of infrastructure development to sustain the accelerate of development such as West Java International Airport, Kertajati Aero City, settlements, hospitals, shopping centres, business centres, resorts, entertainment facilities. The conversion function of agricultural land into non-agricultural or industrial will affect land surface temperature, which triggers the urban heat island phenomenon.
The purpose of this study was to analyze the spatial and temporal distribution of urban heat island and the effect of land cover, building density, and vegetation greennesson land surface temperatures in Majalengka in 2013, 2016 and 2019. Variables used in this study were land cover, vegetation greenness, building density, and land surface temperature obtained from the processing of Landsat Image 8 of 2013, 2016, and 2019 are validating survey at 98 points selected by random sampling method.
The results showed that the land surface temperature values of Majalengka areas were between 15.26°C to 39.99°C. The phenomenon of urban heat island dominates the north to the Majalengka Regency. The Areas with low land surface temperatures found in areas with land cover in the form of built land, low greenness, and high building density. The southern of Majalengka Regency of the land surface temperature is getting lower with vegetation land cover, high vegetation greenness, and low building density. Low land surface temperature is associated with high vegetation greenness and low building density while the highest surface temperature associated with build up area with high building density.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>