Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muthia Siti Nurjilan
"Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak menuju dewasa, dimana harus diperhatikan dan diperlukan perhatian khusus mengenai perilaku seksualnya. Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pacaran berisiko pada siswa SMA di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif menggunakan kuesioner dan desain studi cross sectional. Variabel independen yang digunakan yaitu jenis kelamin, pengetahuan pubertas, pengetahuan hak - hak reproduksi, pengetahuan HIV/AIDS, pengetahuan Infeksi Menular Seksual, pengaruh teman sebaya dan sumber informasi keluarga, teman sebaya, sekolah, media massa, dan media sosial. Variabel dependen yang digunakan adalah perilaku berpacaran remaja pada siswa SMA di Jakarta. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI sebanyak 175 sampel. Teknik yang digunakan adalah Simple Random Sampling dengan analisis univariat, bivariat menggunakan chi square, serta multi-variat menggunakan regresi logistik biner. Data dikumpulkan antara bulan Juni – Juli menggunakan kuesioner online. Berdasarkan hasil analisis, variabel pengaruh teman sebaya memiliki hubungan signifikan dan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi perilaku pacaran berisiko. (OR: 3.341, 95% CI; 1.546 – 6.993).

Adolescence is a transition from childhood to adulthood, where special attention must be paid to sexual behavior. The purpose of this study is to see what factors influence risky dating behavior in high school students in Jakarta. The research method used is a quantitative method using a questionnaire and a cross sectional study design. The independent variables used were gender, knowledge of puberty, knowledge of reproductive rights, knowledge of HIV/AIDS, knowledge of sexually transmitted infections, peer influence and family information sources, peers, schools, mass media, and social media. The dependent variable used is adolescent dating behavior in high school students in Jakarta. The sample in this study were students of class XI and XII as many as 175 samples. The technique used is Simple Random Sampling with univariate analysis, bivariate using chi square, and multi-variate using binary logistic regression. Data were collected between June – July using an online questionnaire. Based on the results of the analysis, the peer influence variable has a significant relationship and is the dominant factor influencing risky dating behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Ariyanto
"Pada saat remaja, seorang individu mengalami berbagai perubahan yang menyangkut aspek fisik, kognitif, serta psikososial. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara citra tubuh dengan perilaku seksual dalam berpacaran. Rice (1999) menjelaskan bahwa pada tahap remaja individu lebih memperhatikan tubuhnya dibandingkan tahap perkembangan lain. Seiring dengan perubahan pada tubuhnya tersebut, kebutuhan emosional remaja juga beralih dari orang tua kepada peer, sehingga muncul pengalaman jatuh cinta melalui proses berpacaran. Berpacaran sendiri menyediakan kesempatan besar kepada individu untuk melakukan perilaku seksual. Jenis perilaku seksual yang dilakukan menurut Duvall dan Miller (1985) adalah: touching, kissing, petting, dan sexual intercourse.
Dalam memilih pasangan untuk berpacaran, faktor citra tubuh memegang peranan penting. Menurut Scharlot dan Christ (dalam Thompson, 1996) individu yang memiliki penampilan menarik akan menerima ajakan berpacaran lebih banyak dibandingkan individu yang berpenampilan tidak menarik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pacaran menyediakan kesempatan besar untuk melakukan perilaku seksual. Menurut Garner (1997), perilaku seksual dan citra tubuh saling mempengaruhi. Ackard, Kearney-Cooke dan Peterson (2000) menjelaskan bahwa wanita yang merasa senang dengan bentuk tubuhnya lebih sering melakukan hubungan seksual, mencapai orgasme, lebih sedikit berpura-pura orgasme, merasa lebih nyaman mencoba aktivitas seksual yang baru, serta merasa lebih yakin dalam kemampuan mereka dalam memuaskan pasangan.
Meskipun demikian, penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang sama. Dengan mengambil sampel 138 mahasiswi UI dari 12 fakultas dengan rentang usia 18-22 tahun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan perilaku seksual dalam berpacaran. Meskipun demikian, jumlah berapa kali partisipan berpacaran serta lama berpacaran menunjukkan hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual dalam berpacaran. Dengan kata lain, semakin banyak jumlah pengalaman berpacaran individu, atau semakin lama hubungan pacaran tersebut berlangsung, maka akan semakin banyak pula jenis perilaku seksual dalam berpacaran yang dilakukan.

During adolescent period, a person would face many changes, include changes in physical, cognitive, and psychosocial aspects. This research tried to see the correlation between body image and sexual behavior in dating among adolescent. Rice (1999) explained that during adolescent, a person pays more attention to his or her body than other period in life. Along with those body changes, adolescent emotional need shift from their parents to their peers. With their peers, adolescent would face experience with love throughout dating that provides opportunity for adolescent to engage in sexual behavior. There are four types of sexual behavior according to Duvall and Miller (1985): touching, kissing, petting, and sexual intercourse.
In choosing their partner for dating, body image plays an important role. Scharlot and Christ (in Thompson, 1996) explained that person who look better would receive more dating offer than those who look less. Earlier has been said that dating provide opportunity for engaging in sexual behavior. Garner (1997) explained that body image and sexuality influence each other. According to Ackard, Kearney-Cooke and Peterson (2000) a person who feel that they have positive body image would engage in more sexual intercourse, reach orgasm more often, less faking, more comfortable in engaging new sexual experience, and more confident in satisfying their partner. This research however, show a different results. Subjects are 138 students from 12 faculties in Universitas Indonesia with age ranging from 18 to 22 years old.
The result indicates that there is no significant correlation between body image and sexual dating behavior. But other result indicates that the number of dating participants had been through and participants dating period have significant correlations with sexual dating behavior. In other words, more often the person had been dating and the longer their period of dating, there would be more type of sexual behavior they?re engaging."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.2 ARI h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library