Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Socia Prihawantoro
Abstrak :
Penilitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya laju deforestasi di Indonesia, baik Itu diukur antar waktu, maupun dibandingkan dengan Iaju deforestasi di negara lain. Mengingat pentingnya hutan bagi perekonomian, maka perlu dilakukan tindakan Pengereman terhadap laju deforestasi yang tinggi tersebut. Berbagai kebijaksanaan di bidang kehutanan telah dilakukan oleh pemerintah. Namun demikian laju deforestasi indonesia tetap tinggi. Hal ini Menimbulkan pertanyaan: ?Apakah deforestasi juga dipengaruhi oleh kegiatan bukan Kehutanan?? Seianjutnya, ?apabila memang demikian, selain sektor kehutanan, sektor-sektor ekonomi apa saja yang mempengaruhi terjadinya deforestasi di Indonesia? Dengan menggunakan kerangka metodologi Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh struktural kegiatan ekonomi terhadap deforestasi di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pertama-tama dilakukan pengembangan terhadap data SNSE Indonesia 1993, sehingga didalamnya tercakup sektor-sektor ekonomi yang berpengaruh terhadap deforestasi. Dan SNSE yang sudah dikembangkan tersebut dihitung angka-angka pengganda yang dapat menjadi indikator pengaruh kegiatan ekonomi terhadap deforestasi, baik secara Iangsung maupun tidak Iangsung; baik dalam arti global, transfer open loop, maupun closed loop. Dari angka-angka pengganda tersebut dapat dlilakukan anailsis tentang keterkaitan struktural keglatan ekonomi terhadap deforestasi. Hasil perhitungan angka-angka pengganda menunjukkan bahwa secara Iangsung, sektor-sektor Industri berbasis kayu merupakan sektor-sektor utama yang memberikan dorongan terhadap terjadinya deforestasi. Sementara itu dl blok institusi, sector rumah tangga yang berbasis pertanian dan pedesaan merupakan sector yang pengaruhnya terhadap deforestasi paling besar. Secara transfer-hal ini hanya Lerjadi di blok kegiatan produksi saja? sektor ekonomi yang memberikan dorongan paling kuat terhadap deforestasi adaiah sektor - sektor industri berbasis kayu. Secara open loop? hal ini terjadi pada blok faktor produksi dan institusi-sektor ekonomi yang membedakan tekanan paling kuat terhadap deforestasi adalah faktor produksi berbasis pertanian dan rumah tangga berbasis pertanian dan pedesaan. Secara closed loop-hal ini hanya tarjadi di blok kegiatan produksi saja? sektor ekonomi yang memberikan tekanan paling kuat terhadap deforestasi adalah sektor sektor produksi berbasis pertanian. Secara global, sektor ekononmi yang berpengaruh kuat terhadap detorestasi adalah sektor industri berbasis kayu, faktor produksi berbasis pertanian dan pedesaan, serta rumah tangga berbasis pertanian dan pedesaan. Secara tidak langsung?dalam hal ini pengaruh tidak langsung adalah pengaruh global dikurangi pengaruh langsung?sektor ekonomi yang berpengaruh kuat terhadap deforestasi adalah sektor industri berbasis kayu, sektor produksi berbasis pertanian, faktor produksi berbasis pertanian dan pedesaan, serta rumah tangga berbasis pertanian dan pedesaan. Dengan menggunakan structural pada analysis, dapat diketahui bahwa sektor industri berbasis kayu berpengaruh terhadap deforestasi terutama melalui sektor lndustri Kayu Gergajian dan Awetan. Sedangkan keglatan produksi berbasis pertanian berpengaruh terhadap deforestasi terutama melalui tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di pedesaan yang diteruskan oleh rumah tangga pengusaha pertanian dengan lahan 0-0,5 ha. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa selain dipengaruhi oleh sektor-sektor Industri berbasis kayu, deforestasi juga dipengaruhi oleh sektor-sektor ekonomi berbasis pertanlan dan pedesaan. Oleh karena itu kebijakan untuk mengurangi lalu deforestasi, selain melalul kebijakan kehutaflan, perlu pula dilakukan melalui sector pertanian dan pedesaan.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mujiono
Abstrak :
Penelitian bertujuan untuk membuat model spasial deforestasi tahun 1996 ndash; 2007, 2007 ndash; 2016, 1996 ndash; 2016 dan prediksi deforestasi periode 2016 - 2035. Selain itu, penelitian juga dimaksudkan untuk mengetahui biomassategakan dan cadangan karbon. Metode pendekatan yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan deskriptif berbasis spasial. Deforestasi yang berlangsung selama periode 1996 hingga 2016 menyebabkan Kabupaten Bengkulu Utara kehilangan hutan seluas 27.154 ha. Pada periode tersebut umumnya deforestasi terjadi pada kawasan hutan produksi di kecamatan Pinang Raya dan Giri Mulya. Kemudian, berdasarkan analisis NDVI pada citra Landsat tahun 2016, kawasan hutan dengan karakteristik NDVI rendah, sedang dan tinggi secara berturut-turut memiliki biomassategakan 132,23 ton/ha, 287,59 ton/ha, dan 560,20 ton/ha. Sedangkan cadangan karbon pada NDVI rendah 62,15 ton C/ha, NDVI sedang 135,17 ton C/ha, dan NDVI tinggi 263,29 ton C/ha. Hasil perhitungan ini cukup valid karena sesuai dengan catatan Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan KLHK RI yang mengatakan bahwa cadangan karbon pada berbagai kelas tutupan lahan di hutan alam berkisar antara 7,5 ndash; 264,70 ton C/ha. Sementara itu, berdasarkan model spasial prediksi deforestasi tahun 2016 - 2035 Bengkulu Utara terancam kehilangan hutan seluas 21.345 ha. Deforestasi semakin meluas ke arah hutan lindung dan konservasi. Ketinggian dan lereng merupakan faktor pendorong deforestasi pada periode ini.Kata kunci: Model spasial, deforestasi, cadangan karbon. ......The study aimed to create spatial deforestation models 1996 2007, 2007 2016, 1996 2016 and predicted deforestation period 2016 2035. In addition, the study also aimed to determine biomass and carbon stock. The approach method used is spatial based quantitative and descriptive analysis. Deforestation that lasted from 1996 to 2016 caused the North Bengkulu Regency to lose 27,154 ha of forest. In that period, generally deforestation occurred in production forest area located in Pinang Raya and Giri Mulya sub districts. Then, based on NDVI analysis on Landsat image 2016, forest area with low, moderate and high NDVI characteristic biomass 132,23 ton ha, 287,59 ton ha and 560,20 ton ha respectively. While carbon stocks in low NDVI was 62.15 ton C ha, moderate NDVI was 135.17 ton C ha, and high NDVI was 263.29 ton C ha. The results of this calculation was quite valid because in accordance with the record of the Center for Climate Change Policy KLHK RI said that carbon stocks in various classes of land cover in natural forests ranged from 7.5 to 264.70 tons C ha. Meanwhile, based on the spatial model of prediction of deforestation in 2016 2035 North Bengkulu threatened loss of forest area of 21,345 ha. Deforestation is increasingly widespread towards protected forests and conservation. Elevation and slope are the drivers of deforestation in this period. Keywords Spatial model, deforestation, carbon stock
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Sulistyo
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang kelestarian lingkungan pada Kampung Adat Sunda Kawasan Gunung Halimun Selatan. Kampung Adat Cengkuk adalah salah satu kampung pengikut yang mengikuti tradisi atau Kasepuhan Ciptagelar dalam pengelolaan lingkungan. Faktor dari dalam dan luar kampung menyebabkan deforestasi hutan alam rata-rata sekitar 6-8% per tahun. Pertambahan penduduk kampung mencapai rata-rata 5,35% per tahun dikategorikan sangat padat. Tradisi atau adat Kasepuhan masih dianut warga kampung dengan menjaga hutan tutupan (leuweung tutupan) di sebelah selatan Kampung hanya untuk kegiatan subsistensi. Perubahan sosio-kultur terjadi pada masyarakat dengan tidak melakukan kegiatan berladang di hutan (outer island agriculture)tetapi lebih kepada kegiatan bertani di sawah (wet rice cultivation). Pengurangan pada proses dan kegiatan upacara, yang semula delapan upacara daur ladang menjadi lima upacara daur sawah. Kegiatan yang profan lebih banyak pada pengembangan komoditas tanaman ekonomi di kebun-talun. Pola keruangan dalam aspek kelestarian lingkungan juga masih menempatkan posisi; gunung-pemukiman-sungai; kampung inti-kampung pengikut. Kampung yang secara geografis lebih tinggi memiliki tradisi yang lebih ketat dibandingkan dengan kampung yang lebih rendah.
This research focused on the etemality of environment of indigenous Sunda Village of Kasepuhan Ciptagelar at Southem Halimun Mountain. The indigenous of Cengkuk Village was one compose of several cluster villages who still follow the tradition or Kasepuhan Ciptagelar in environmental management. There were internal factors and external factors led to deforestation of natural forests on average around 6-8% per year. The growth of population which was rise up until 5,35% per year was categorized as extremely dense. Kasepuhan indigenous tradition in people at the south of the village is still practicing by protecting forestland (leuweung tutupan) only for their subsistence. Social-culture changes were occurring in the community with no agricultural activities in the forest (outer island agriculture), but agricultural activities in the field (wet rice cultivation). Reduction ln process and ceremonial activities also happened, which was originally held eight ceremonial outer island agriculture rituals into five ceremonial of wet rice cultivation. More profane activities were developing economic crops in kebun-talun. The spatial pattern in environmental aspect was still having position; mountain-settlement-river; the main indigenous village of Kasepuhan-and the compose of several cluster villages. Indigenous villages that were geographically higher usually have more stricted tradition than the lower one.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T33237
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Barkah Ilham Purnawan
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas kebijakan moratorium kehutanan dalam mengurangi deforestasi di Indonesia dan mengukur dampaknya terhadap industri perkebunan kelapa sawit. Untuk tujuan ini, model regresi data panel digunakan dengan menggunakan data panel 14 provinsi di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Hasilnya mengungkapkan bahwa kebijakan moratorium kehutanan dapat mengurangi deforestasi dengan sedikit meningkatkan kawasan berhutan di Sumatera dan Kalimantan. Peningkatan temporal di kawasan hutan ini dihasilkan melalui industri perkebunan hutan yang akan lebih aktif dalam melakukan penanaman kembali pada area konsesi. Selain itu, kebijakan moratorium juga tampaknya mempengaruhi industri perkebunan hutan untuk secara intensif menggunakan input mereka untuk mempertahankan / meningkatkan output industri; oleh karena itu, industri perkebunan kelapa sawit akan lebih memilih untuk menghasilkan produk akhir yang memiliki nilai tambah tinggi dibandingkan produk yang memiliki nilai tambah yang rendah. Selain itu, kebijakan moratorium ini ternyata tidak terbukti memberikan dampak negatif yang signifikan pada industri perkebunan kelapa sawit. ......This study examines the effectiveness of the Forest Moratorium Policy (FMP) in reducing deforestation in Indonesia and measures its impact on the palm oil industry. To this end, panel data regression model is employed with longitudinal data of 14 provinces in Sumatera and Kalimantan Islands. The results reveal that the FMP could reduce deforestation by slightly increasing a trend of forested area. This temporal increase in forested area is generated by the forest plantation industry that would be more active in replanting their concession area under the FMP. Moreover, the FMP also appear to influence the forest plantation industry to intensively utilize their inputs to maintain/increase their output; hence, they would prefer to produce final products that have the high value-added instead of low value-added, while the FMP would not give significant negative impact on the palm oil industry.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T51998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resi Diniyanti
Abstrak :

 

Salah satu tujuan utama dibentuknya kawasan konservasi adalah untuk menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Setiap tahun pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pengelolaan kawasan konservasi, namun degradasi dan deforestasi di sebagian lokasi kawasan konservasi tetap terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anggaran pemerintah untuk pengelolaan kawasan konservasi terhadap pengendalian laju deforestasi di Indonesia. Menggunakan model panel dinamis dengan estimasi System Generalized Method of Moment (GMM), penelitian ini menganalisis perubahan tutupan hutan (deforestasi) dan data anggaran pengelolaan kawasan konservasi di 43 taman nasional yang tersebar di 114 Kabupaten/Kota selama kurun waktu 2013-2017. Hasil estimasi menunjukkan bahwa alokasi anggaran pemerintah untuk kegiatan perlindungan hutan dan tenaga pengamanan hutan berpengaruh dalam mengendalikan laju deforestasi. Namun ditemukan bahwa anggaran untuk pemberdayaan masyarakat ternyata tidak berpengaruh dalam mengendalikan deforestasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu memperhatikan alokasi anggaran pada kegiatan yang berpengaruh secara langsung terhadap pengendalian deforestasi.


One of the main objectives of the establishment of a conservation area is to preserve the ecosystem and biodiversity. The government allocates budget for conservation areas, but in some locations degradation and deforestation still persist. This study aims to examine whether government spending has impact to control deforestation in conservation areas in Indonesia. Utilizing a dynamic panel model with a Generalized Method of Moment (GMM) estimation, this study uses the forest cover data in 43 national parks that lies in 114 districts / cities during 2013-2017. The results show that the government spending for forest protection activities and forest ranger has an effect on controlling the deforestation rate in conservation area. However, there is no evidence showing correlation between the spending for community empowerment to deforestation control. This indicates that the government should consider budget allocation to make deforestation control more effective.

2020
T54996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Roji
Abstrak :
Salah satu kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah deforestasi. Laju deforestasi terus bertambah setiap tahunnya begitupula pertumbuhan penduduk yang juga mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk turut menjadi faktor penyebab deforestasi karena peningkatan kebutuhan terhadap sumberdaya alam. Penelitian ini membahas laju deforestasi dan sebarannya di DA Ci Mandiri serta mencari hubungan antara laju deforestasi dan tekanan penduduk. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis statistik. Dalam kurun waktu lima tahun (2004 - 2009) laju deforestasi sebesar 149,67 hektar per tahun. Laju deforestasi yang tinggi tersebar di sekitar kawasan perkotaan. Hubungan antara deforestasi dan tekanan penduduk kuat dan berbanding terbalik dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,725. Hal ini berarti semakin tinggi tekanan penduduk, maka semakin tinggi penurunan luas hutan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34186
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Indonesia memiliki potensi dan peran yang penting dalam pertarungan global. Selain dengan masih luasnya kawasan berhutan dan potensi pengikatanemisi gas rumah kaca, Indonesia juga penompang kehidupannegara-negara utara...
DIPLU 1 (1-3) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lia Yunita
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Provinsi Lampung dengan menggunakan citra satelit Landsat tahun 1990 dan 2014, data sosial ekonomi dari BPS dan survei untuk memvalidasi deforestasi di TNBBS. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menilai faktor pendorong yang paling dominan terhadap deforestasi di TNBBS periode 1990 sampai 2014. (2) Mengkaji pola spasial distribusi deforestasi di TNBBS periode 1990 sampai 2014. Deforestasi diidentifikasi melalui citra Landsat dengan menggunakan parameter Indeks Vegetasi (NDVI) untuk mengukur perubahan luas hutan dan kerapatan vegetasi. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode overlay peta dan diperkuat dengan metode statistik Regresi Logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pendorong yang paling dominan terhadap deforestasi di TNBBS adalah jarak dari jalan. Pola spasial deforestasi TNBBS periode 1990-2014 tersebar di zona rehabilitasi dengan total luas 5.731,40 hektar atau 54,98% dengan tingkat rata-rata deforestasi secara keseluruhan 0,2% setiap tahun. ......This research was conducted in Bukit Barisan Selatan National Park (TNBBS) Lampung Province using Landsat satellite images in 1990 and 2014, socio-economic data from BPS and surveys to validate of deforestatation in TNBBS. The purpose of this research are: (1) Assess tho most dominant driving factor of deforestation in TNBBS period 1990 to 2014. (2) reviewing the spatial patterns distribution of deforestation in TNBBS period 1990-2014. Deforestation identified by Landsat images with parameter Vegetation Index (NDVI) to measure changes the forest cover and vegetation density. The analyses of deforestation using overlay map and reindforced logistic regresion statistical methods. The results of this research that driving factor of deforestation the most dominant is the distance from the road in TNBBS. The spatial pattern distribution of deforestation in TNBBS period 1990-2014 are scatter in rehabilitation zones with a total area 5.731,40 hectares or 54,98% with an average rate of deforestation 0,2% a year.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi
Abstrak :
ABSTRAK Deforestasi telah terjadi di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Apabila deforestasi terus terjadi di TNKS, maka akan berdampak negatif bagi kawasan TNKS sebagai ekosistem hutan dalam menjaga kestabilan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju deforestasi dan mengetahui faktor- faktor pendorong terjadinya deforestasi di TNKS selama jangka waktu duapuluh empat tahun yang terbagi menjadi empat priode pengamatan. Metode analisis penelitian menggunakan analisis spasial dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan laju deforestasi yang terjadi di TNKS selama priode awal tahun sampai dengan priode ketiga mengalami penurunan, selanjutnya laju deforestasi kembali naik pada priode akhir. Sedangkan faktor pendorong secara bersama- sama berpangaruh terhadap deforestasi, namun terdapat beberapa faktor pendorong yang memiliki peranan penting terhadap kejadian deforestasi di TNKS, Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.
ABSTRACT
Deforestation has occurred in the Kerinci National Park area (TNKS). If deforestation continues at TNKS, it will have a negative impact for the region TNKS as forest ecosystems in maintaining the stability of the environment. This study aims to assess the rate of deforestation and identify factors driving deforestation in TNKS for a period of twenty-four years, divided into four observation period. Research analysis method using spatial analysis and logistic regression. The results showed the rate of deforestation in TNKS during the period up to the beginning of the third period decreased, further deforestation rates go up at the end of the period. While driving factors together influential to deforestation, but there are several driving factors that have an important role on the incidence of deforestation in TNKS, Kerinci District and Sungai Penuh City.
2016
T45392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>