Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Media Nofri
Abstrak :
Penelitian yang manggunakan beberapa sample kawat baja karbnn rendah tipa K5 1005 Q C = 0,08 1 ], K5 1008 ( C = 0,10 i ) dan K5 1015 ( 0 = 0,10 % ), bertujuan untuk menyelidiki pangarun aifat deformasi Ferrit dan pearlit yang tarkandung dalam material (sample) sehagai akibat dari proaes penarikan dingin (cold drawing). Untuk mengindentifikasi sifat deformasi tersehut diatas, dilakukan beherapa pengujian terhadap berbagai ukuran diameter kawat haail penarikan. Pengujian-pengujian tersebut adalah : Uji metallografi, Uji Kekerasan dan Uji Tarik. Dari hasil panelitian tarlihatbahwa besarnya kadar karbon sangat berpengaruh terhadp sifat-sifat mekanis dari material yang diuji, karena kawat baja tipa KS 1015 (C= 0,18 %) mempunyai kekuatan dan kekerasan yang lebih besar dibandingkan dengan kawat baja tipe lain. Dan juga terlihat bahwa semakin_besar tingkat drawing strain (reduksi), maka semakin tinggi pula kekuatan tariknya. Sebaliknya, keliatan (ductility) akan manurun seiring dengan kanaikan drawing strain. Selain itu juga didapatkan hubungan antara deformasi makroskopik d) clan mikroakopik (Ed ), dima-na terlihat bahwa dangan meningkatnya e;d akan mengakibatkan harga (Ed)candarung mendekati kaadaan deformasi humogan. Sementara, dari uji kekaraaan nampak bahwa aemakin besar drawing strain, make makin bartambah nilai kakerasannya. Terlihat pula bahwa fasa P adalah yang paling keras, kemudian berturut-turut disusul oleh fase (alpha) + P dan fase (alpha). Dan akhirnya, akibat meningkatnya drawing strain, maka ratio kekerasan fase P terhadap fase (alpha) cenderung mendekati harga yang sama (H p/h (alpha)=1). Dengan kata lain kecepatan kenaikan kekerasan fase (alpha) lebih tinggi dari fase P).
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonifacius SI Aziz
Abstrak :
Baja austenitik bentuk pipa dengan spesifikasi ASTM A376 TP347H merupakan komponen tube dan dapur destilasi minyak pada unit Hydractacking. Material ini didisain berdasarkan ketahanan mulur untuk temperatur 570°C dan tegangan 20 MPa, diperkirakan mantra dioperasikan selama 100.000 jam dengan kerusakan deformasi plastis 1%. Untuk mengetahui karakteristik material dilakukan pengujian mulur putus pada temperatur 610-650°C dan tegangan 280-325 MPa, pengujian mulur tidak putus pada 640°C dan 295 MPa serta inelakukan uji pendukung seperti uji komposisi, uji tarik, uji kekerasan dan pengamatan struktur mikro. Pada pengujian mulur putus didapat : - Perumusan spesifikasi ketahanan dan kekuatan putus mulur dari hubungan antara variabel-variabel mulur. - Bentuk lain dari perumusan spesifikasi kekuatan putus mulur yang ditinjau dengan parameter White-LeMay paling sesuai dibandingkan metoda parameter Larson-Miller, Manson-Haferd, Orr-Sherby-Dorn dan Goldhoff-Sherby. Fungsi tegangan terhadap parameter dilakukan dengan pendekatan regresi polinom orde dua. - Kekerasan dan ukuran butiran rneningkat dengan naiknya tegangan dan/atau temperatur. - Bentuk patah mulur intergranular dengan retak tipe W. Pada pengujian mulur tak putus bertujuan untuk menentukan sisa umur dengan pendekatan kuantifikasi rongga dan parameter A yang meningkat cepat mulai dari akhir tahap sekunder wiring dengan waktu pembebanan, sedang dengan pendekatan pengukuran kekerasan tidak ada perubahan kekerasan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rajab Priharsanto
Abstrak :
InSAR merupakan suatu teknik penggunaan sensor radar yang terintegrasi dengan satelit atau pesawat terbang dalam memetakan permukaan bumi dari ketinggian dan rentang waktu tertentu. Kesulitan pada daerah yang akan diamati, seperti daerah yang terkena longsor atau permukaan di sekitar pegunungan, dapat diatasi dengan bantuan metode InSAR yang memiliki keunggulan dalam mengukur deformasi pada daerah yang sangat luas. Metode DInSAR yang digunakan dalam penelitian ini merupakan salah satu teknik yang dirancang untuk mengatasi deformasi tersebut. Diperlukan setidaknya dua gambar SAR di area yang sama untuk menerapkan metode ini. Metode ini akan mereduksi (membedakan) antara interferogram yang dihasilkan dari data yang dibentuk oleh dua citra SAR berupa master dan slave, dengan interferogram yang dibentuk dari DEM. Hasil pengurangan ini akan menunjukkan ada tidaknya deformasi yang terjadi dalam rentang waktu citra SAR yang digunakan. Dari hasil pemetaan terlihat adanya penurunan muka tanah sebesar 16 cm pada periode pascabencana hingga 12 Januari 2017. ......InSAR is a technique of using radar sensors that are integrated with satellites or aircraft to map the earth's surface from a certain height and time span. Difficulties in the area to be observed, such as areas affected by landslides or the surface around mountains, can be overcome with the help of the InSAR method which has the advantage of measuring deformation over a very large area. The DInSAR method used in this study is a technique designed to overcome this deformation. At least two SAR images in the same area are required to apply this method. This method will reduce (differentiate) the interferogram generated from the data formed by two SAR images in the form of master and slave, with the interferogram formed from the DEM. The results of this reduction will show whether or not there is deformation that occurs within the time span of the SAR image used. From the mapping results, it can be seen that there is a land subsidence of 16 cm in the post-disaster period until January 12, 2017.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Polukhin, P.
Moscow: Mir, 1982
620.1 633 POL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Septianto Nugroho
Abstrak :
Pemakaian material high tensile pada komponen otomotif semakin marak seiring dengan tuntutan cost reduction dalam dunia industri. Permasalahan mengenai besarnya tonnase proses dan sifat mampu bentuk material menjadi dasar dikembangkanya proses warm forming. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan parameter optimal untuk proses warm forming sehingga bisa dihasilkan produk sesuai dengan standard komponen tanpa terjadinya kerusakan. Proses warm forming material SAPH 400 dengan variasi temperatur pre-heat menunjukkan bahwa besarnya pengurangan tonnase terbesar dihasilkan pada saat material dipanaskan pada temperatur pre-heat sebesar 600?C, dimana pengurangan tonnase proses mencapai 27% (4 Ton) dari tonnase cold forming (5,5 Ton). Semakin tinggi temperatur pre-heat, maka semakin mudah butiran dalam material terdeformasi, sehingga bentukan butir dari sample setelah dikenai proses warm forming menjadi pipih. Besarnya deformasi yang diterima oleh material membuat kerapatan antar butir meningkat serta menyebabkan pergerakan dislokasi akan terhambat, hal ini akan menyebabkan sample dengan variasi pre-heat sebesar 600?C mengalami kenaikan tensile strength sebesar 13% (menjadi 408 MPa dari 361 MPa), akan tetapi mengalami penurunan elongation sebesar 25% (menjadi 39,1% dari 52,4%). Penambahan air di cooling channel dalam dies menyebabkan kenaikan cooling rate menjadi 2 kali lipat menjadi 30?C/s, sehingga sample dengan media cooling menggunakan air yang mengalami kenaikan tensile strength sebesar 13% (menjadi 408 MPa dari 361 MPa). Sample yang dilakukan proses warm forming tanpa proses anil hanya mengalami kenaikan tensile strength sebesar 5%, karena material hanya mengalami proses tempering saja tanpa mengalami perubahan fasa, sehingga hal ini menyebabkan sample tanpa proses anil tetap susah ditingkatkan tensile strength-nya walaupun sudah dilakukan deformasi plastik dan proses cooling saat proses warm forming ......In the industral, high tensile materials used for automotive components generaly increase due to of the cost reduction requirement. Issues concerning the amount of tonnage process and formability of material becomes warm forming process of developing basic. This study aimed to obtain the optimal parameters for warm forming process so that products can be produced in accordance with standard components without damage. The warm forming process of SAPH 400 steel with a pre-heat temperature variation indicates that the magnitude of the largest tonnage reductions generated when the material is heated at 600?C of a pre-heat temperature, where the tonnage reduction reached 27% (4 Ton) from cold forming tonnage (5.5 Ton). The higher the preheat temperature, the more easily deformed grains in the material, so that the formation of grain samples after subjected to warm forming process becomes flat. The amount received by the material deformation made ??between grain density increases and causes the movement of dislocations is inhibited, this will cause the sample to the variation of preheat of 600?C tensile strength increased by 13% (from 361 MPa to 408 MPa), but the elongation decreased by 25% (to 39.1% from 52.4%). The addition of water in the cooling channels in the dies causes an increase in cooling rate become twice to 30 ?C/s, so the sample by using water cooling media that tensile strength increased by 13% (from 361 MPa to 408 MPa). Samples were subjected to warm forming process without annealing process is only increased tensile strength by 5%, because the material only experienced tempering process without phase transformation, so this causes the sample without annealing process remains difficult improved its tensile strength despite tight plastic deformation and cooling process when the warm forming process
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra
Abstrak :
Getaran sering kita temui pada kehidupan sehari-hari. Ada getaran yang disebabkan oleh alam dan ada juga yang disebabkan oleh manusia, di mana keduanya merupakan akibat sampingan dari sebuah proses dinamik. Oleh karena itu pengetahuan yang baik mengenai perilaku dinamik suatu struktur sangat dibutuhkan dalam perencanaan sebuah struktur baru, ataupun dalam usaha pemecahan masalah-masalah getaran pada struktur yang sudah ada. Dalam hal ini, perilaku dinamik suatu struktur dapat dijelaskan secara lengkap dengan menentukan parameter modus getamya yang terdiri dari frekuensi alami, redaman viskus (viscous damping), dan bentuk modus getar (mode shape). Penentuan parameter modus getar ini dapat dilakukan secara analitis (teoritis) ataupun secara eksperimen (percobaan). Sehubungan dengan hal diatas, maka dalam Skripsi ini akan dilakukan suatu percobaan dan pendekatan numerik untuk mendapatkan frekuensi alami dan respons struktur pada satu balok dengan perletakan sederhana. Dalam percobaan ini, benda uji diberi gaya eksitasi (input force) dengan palu sehingga menghasilkan suatu percepatan (response) yang diukur dengan menggunakan accelerometer. Dengan diketahuinya percepatan struktur, maka dapatlah diketahui besarnya frekuensi alami dan respons perpindahan. Langkah selanjutnya adalah menentukan frekuensi alami dan respons perpindahan secara numerik, sebagai data masukan untuk program numerik adalah besarnya gaya palu pada percobaan dan sifat material benda uji balok beton. Metode numerik yang digunakan disini adalah dengan metoda Jacobi dan metode superposisi modal, yaitu untuk mendapatkan eigenvalues dan eigenvectors yang akan digunakan untuk mendapatkan respons perpindahannya. Pada akhirnya, frekuensi alami dan perpindahan yang diperoleh secara numerik akan dibandingkan dengan yang diperoleh secara eksperimen.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iryan Anugrah Putra
Abstrak :
Gunung Guntur merupakan salah satu gunungapi yang aktif di Indonesia dengan tipe A yang memiliki sejarah erupsi yang sudah lama tidak tercatat sejak 1887 sampai dengan saat ini (PVMBG, 2014). Dilakukan pengolahan data citra satelit sejak 2017 hingga 2021 dan pengambilan data sampel batuan di delapan stasiun. Fokus penelitian adalah untuk mengetahui kondisi deformasi Gunung Guntur dalam 5 tahun terakhir dan kondisi aktivitas vulkanik berdasarkan karakteristik magma pada Gunung Guntur saat ini. Metode penelitian yang digunakan berupa InSAR dan analisis petrografi. Hasil analisis InSAR menunjukan bahwa ditemukannya pola deformasi permukaan di daerah penelitian berupa inflasi pada awal tahun 2017 hingga awal tahun 2019 dan deflasi pada awal tahun 2019 hingga pertengahan 2020 yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik berupa gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam. Berdasarkan analisis petrografi, didapatkan bahwa pada kedelapan sampel didominasi oleh mineral plagioklas dengan beberapa tekstur khas pada mineral yaitu glomerophyric, sieve texture, dan oscillatory zoning yang menunjukan proses aktivitas vulkanik yang terjadi berupa proses konveksi, fraksinasi dan pelelehan magma kembali pada Gunung Guntur. ......Mount Guntur is one of the active volcanoes in Indonesia with type A which has a long history of eruptions that have not been recorded since 1887 until now (PVMBG, 2014). Satellite image data processing was carried out from 2017 to 2021 and rock sample data were collected at eight stations. The focus of the research is to determine the condition of the deformation of Mount Guntur in the last 5 years and the condition of volcanic activity based on the characteristics of the current magma on Mount Guntur. The research method used is InSAR and petrographic analysis. The results of the InSAR analysis show that patterns of surface deformation were found in the study area in the form of inflation in early 2017 to early 2019 and deflation in early 2019 to mid-2020 caused by volcanic activity in the form of shallow volcanic earthquakes and deep volcanic earthquakes. Based on petrographic analysis, it was found that the eight samples were dominated by plagioclase minerals with several distinctive mineral textures, namely glomerophyric, sieve texture, and oscillatory zoning which showed the process of volcanic activity that occurred in the form of convection, fractionation and magma melting back on Guntur Mountain.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Dhiyaa Fadhlullah
Abstrak :
Gunung Galunggung merupakan salah satu gunungapi aktif dengan tipe A dimana setidaknya telah terjadi erupsi setelah 1600 masehi (ESDM, 2022). Adanya aktivitas pada gunungapi menjadi pertanda aktivitas magmatik dibawah permukaan yang masih terjadi. Untuk memantau aktivitas magmatik dalam waktu yang lama digunakan metode InSAR serta analisis petrografi untuk mengetahui aktivitas magmatik pada Gunung Galunggung. Metode InSAR dapat digunakan dengan memanfaatkan citra satelit Sentinel-1 untuk menangkap gambar perkembangan deformasi pada waktu yang berbeda. Deformasi pada gunungapi dapat mengindikasikan adanya aktivitas magmatik dibawah permukaan dimana deformasi disebabkan dari proses kenaikan permukaan (inflasi) atau penurunan permukaan (deflasi). Dalam mengetahui gambaran aktivitas magmatik pada Gunung Galunggung, analisis petrografi dapat dilakukan melalui identifikasi mineral yang terbentuk pada sampel batuan Gunung Galunggung. ......Mount Galunggung is an active volcano with type A where at least an eruption occurred after 1600 AD (ESDM, 2022). The existence of activity in the volcano is a sign of subsurface magmatic activity that is still happening. To monitor magmatic activity, the InSAR method is used and petrographic analysis is used to determine magmatic activity at Mount Galunggung. The InSAR method can be used by utilizing Sentinel-1 satellite imagery to capture images of deformation developments at different times. Deformation in volcanoes can indicate subsurface magmatic activity where the deformation is caused by a process of surface rise (inflation) or surface subsidence (deflation). In knowing the concept magmatic activity on Mount Galunggung, petrographic analysis can be carried out by identifying the minerals formed in the rock samples of Mount Galunggung.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmed Al Ridho Zulkarnaen
Abstrak :
Klasifikasi tipe gunung api di Indonesia dibagi menjadi tiga berdasarkan sejarah letusannya, yaitu tipe A, B , dan C. Lokasi penelitian merupakan Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Gunung Papandayan merupakan gunung api stratovolcano tipe A, dengan erupsi terakhir pada tahun 2002. Fokus penelitian adalah untuk mengetahui kondisi deformasi Gunung Papandayan dalam 3 tahun terakhir dan kondisi magmatisme Gunung Papandayan saat ini. Untuk mengetahui kondisi deformasi Gunung Papandayan pada tahun 2019 hingga 2021 digunakan metode Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR). Hasil dari pengolahan data mengguakan metode InSAR menunjukan ditemukan adanya deformasi permukaan selama 3 tahun terakhir yang disebabkan oleh aktivitas vulkanisme dan tektonisme yaitu pada tahun 2020 dan 2021, sedangkan pada tahun 2019 tidak ditemukan deformasi permukaan yang disebabkan oleh vulkanisme dan tektonisme. Kemudian untuk mengetahui kondisi magmatisme Gunung Papandayan digunakan metode petrologi berupa petrografi analisis sayatan tipis. Didapatkan hasil yang menunjukan bahwa terjadi proses magma mixing dan pelelehan kembali magma pada Gunung Papandayan, jenis magma juga diketahui yang merupakan magma andesitik. ......The classification of volcano types in Indonesia is divided into 3, based on the history of eruptions, namely types A, B, and C. The research locations are on Mount Papandayan, Garut Regency, West Java Province, respectively. Mount Papandayan is a type A stratovolcano, which last erupted in 2002. The focus of this research is to determine the deformation conditions of Mount Papandayan in the last 3 years and the current condition of magmatism. The Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) method was used to determine the deformation conditions of Mount Papandayan from 2019 to 2021. The results from data processing using the InSAR method showed that there was surface deformation for the last 3 years caused by volcanism and tectonic activity, namely in 2020 and 2021, while in 2019 there was no surface deformation caused by volcanism and tectonicism. Furthermore, to determine the magmatism condition, a petrological method is used in the form of petrographic thin-section analysis. The results showed that there was a magma mixing and re-melting process of magma. The type of magma is also known as andesitic magma.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Angela Patresia
Abstrak :
Gunung Semeru terletak di Provinsi Jawa Timur dengan tipe stratovulkano atau kerucut merupakan salah satu Gunung Api paling aktif di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kaitan antara deformasi Gunung Semeru terhadap aktivitas vulkanik yang terjadi pada tahun 2016 hingga 2022. Deformasi yang terjadi akibat adanya pergerakan magma dapat menimbulkan potensi longsor. Pada penelitian ini digunakan Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) sebagai metode untuk mengetahui pola deformasi yang terjadi di Gunung Semeru akibat aktivitas vulkanik yang cukup padat. InSAR memiliki kemampuan untuk mendeteksi deformasi permukaan yang koheren. InSAR dapat mendeteksi gangguan permukaan melalui pengukuran dekorelasi interferometri. Hasil analisis InSAR selama periode 2016 sampai dengan 2022 menunjukan adanya uplift (kenaikan permukaan tanah) yang terjadi akibat adanya peningkatan aktivitas magma serta subsidence (penurunan permukaan tanah) akibat adanya erupsi yang terjadi. Adanya deformasi yang signifikan berkisar -42,752 mm sampai dengan -25,082 mm ke arah down dan berkisar 26,833 mm sampai dengan 54,229 mm ke arah east juga menimbulkan area dengan potensi longsor yang cukup besar akibat adanya kemiringan lereng yang cukup terjal. ......Mount Semeru is a stratovolcano type, located in East Java Province, which is one of the most active volcanoes in Indonesia. This research was conducted to investigate the relationship between Semeru’s deformation and volcanic activity that occurred from 2016 to 2022. Deformation resulting from magma movement can potentially trigger landslides. In this study, Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) was used as a method to determine the deformation patterns occurring at Mount Semeru due to its intense volcanic activity. InSAR has the capability to detect coherent surface deformations. It also provides a unique perspective on surface disturbances through interferometric decorrelation measurements. The results of InSAR analysis during the period from 2016 to 2022 show uplift (ground surface elevation increase) due to increased magma activity and subsidence (ground surface elevation decrease) resulting from eruptions. The significant deformation ranges from -42.752 mm to -25.082 mm downwards and from 26.833 mm to 54.229 mm eastwards also create an area with a considerable landslide potential due to the steep slope inclination.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>