Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heriyanto Khiputra
Abstrak :
Kanker kolorektal merupakan kanker keempat paling umum di dunia. Azoxymethane dan dextran sodium sulfate umumnya digunakan untuk menginduksi kanker kolorektal pada tikus tetapi zat ini dapat menyebabkan nekrosis, steatosis mikrovesikular dan pembentukan nodul tumor pada jaringan hati. Ekstrak kedelai yang disebut lunasin dapat mencegah kanker terjadi tetapi masih sedikit atau tidak ada bukti pengaruhnya terhadap hati. Tujuan Untuk mengetahui efek dari lunasin pada histopatologi hati yang diinduksi dengan AOM dan DSS. Metode Sebuah penelitian eksperimental dilakukan menggunakan 20 tikus Balb c laki-laki disuntik dengan AOM dan DSS. Ada 4 kelompok kontrol, 20 mg kgBB dosis lunasin, 30 mg kgBB dosis lunasin dan 40 mg kgBB dosis lunasin. Sampel dari setiap hati tikus yang selamat kemudian diamati di bawah mikroskop dengan kekuatan pembesaran 400 kali. Jumlah fokus nekrotik, fokus steatosis dan fokus displastik kemudian dikuantifikasi. Hasil dalam percobaan ini ekstrak lunasin dengan dosis 30 mg kgBB menghasilkan nekrosis yang lebih rendah 9,0 3,4 dibandingkan dengan kelompok kontrol 14,0 0,8 p 0,017 dan juga fokus steatosis yang lebih rendah 3,8 1,3 dibandingkan dengan kelompok kontrol 11,5 1,9 p 0,002. Tidak ada fokus displastik ditemukan pada sampel tikus. Kesimpulan lunasin dapat mencegah perkembangan fokus nekrotik dan steatosis pada hati tikus yang diinduksi dengan AOM dan DSS. ......Background Colorectal cancer is the fourth most common cancer in the world. Azoxymethane and dextran sodium sulfate are commonly used to induce colorectal cancer on mice but these substances could cause necrosis, microvesicular steatosis and formation of tumour nodule in liver tissue. An extract of soybean called lunasin could prevent cancer from happening but there is still little to no evidence of its effect on liver. Aim To know the effect of lunasin on liver's histopathology induced with AOM and DSS. Method An experimental study is carried out using 20 male Balb c mice injected with AOM and DSS. There are 4 groups control, 20 mg kgBW dose of lunasin, 30 mg kgBW dose of lunasin and 40 mg kgBW dose of lunasin. The sample of each surviving mice's liver is then observed under microscope with magnification power of 400 times. The number of necrotic foci, steatotic foci and dysplastic foci are then quantified. Result in this experiment lunasin extract with dose of 30 mg kgBW resulted in lower necrotic foci 9,0 3,4 compared to control group 14,0 0,8 p 0.017 and also lower steatotic foci 3,8 1,3 compared to control group 11,5 1,9 p 0.002 . No dysplastic foci is found on mice's sample. Conclusion lunasin could prevent the development of necrotic and steatotic foci on liver of mice induced with AOM and DSS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Anthony Halim
Abstrak :
Latar belakang: Azoxymethane AOM dan dextran sodium sulfate DSS adalah senyawa kimia yang sering digunakan untuk menginduksi kanker kolorektal pada tikus. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa azoxymethane dan DSS juga menyebabkan nefrotoksisitas. Omega 3 yang ditemukan pada minyak ikan diketahui memiliki efek protektif pada ginjal. Namun, omega 3 minyak ikan kaya masih sangat kurang dimanfaatkan di Indonesia. Untuk mempelajari fitur histopatologi ginjal pada tikus yang diinduksi AOM DSS setelah pemberian omega 3 minyak ikan kaya. Metode: Mencit eksperimental yang telah diinduksi menggunakan AOM 10 mg kg dan DSS 2 selama 2 minggu dialokasikan secara acak ke dalam 4 kelompok sebagai berikut. Kelompok Kontrol tikus tidak menerima minyak ikan, tikus Kelompok Dosis Rendah menerima 1,5 mg minyak ikan, tikus kelompok Dosis Menengah menerima 3 mg minyak ikan, tikus Kelompok Dosis Tinggi menerima 6 minyak ikan mg hari. Minyak ikan kaya omega 3 diberikan selama 12 minggu. Pemeriksaan patologi dilakukan untuk menilai degenerasi tubular dan kongesti vaskular. Hasil: Gambaran histopatologis yang ditemukan di ginjal adalah peradangan, degenerasi tubular, nekrosis, dan kongesti vaskular. Persentase 3 tubular degenerasi berat pada kelompok yang diberi minyak zaitun kaya omega 3 rendah, menengah, dan tinggi lebih rendah sebesar 17,5, 25, dan 37,5 masing-masing dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pemberian omega 3 minyak ikan kaya menunjukkan persentase yang lebih sedikit dari tingkat kongesti 2 pembuluh darah moderat dibandingkan dengan kelompok kontrol namun, peningkatan dosis omega 3 minyak ikan kaya tidak menunjukkan persentase yang berbeda dari kemacetan pembuluh darah moderat di antara kelompok-kelompok. Kesimpulan: Hasil menunjukkan efek omega 3 minyak ikan kaya untuk mencegah nefrotoksisitas pada tikus yang diinduksi oleh azoxymethane dan DSS. ......Background: Azoxymethane AOM and dextran sodium sulfate DSS are chemical compounds frequently used to induce colorectal cancer in mice. Previous studies have shown that azoxymethane and DSS also cause nephrotoxicity. Omega 3 found on fish oil is known to have protective effect on kidney. However, omega 3 rich fish oil is still very underutilized in Indonesia.Aim To study the histopathologic features of kidney on mice induced AOM DSS after the administration of omega 3 rich fish oil. Method: The experimental mice that had been induced using AOM 10 mg kg and DSS 2 for 2 weeks were allocated randomly into 4 groups as follows Control Group mice recieved no fish oil, Low Dose Group mice recieved 1.5 mg day fish oil, Medium Dose Group mice recieved 3 mg day fish oil, High Dose Group mice recieved 6 mg day fish oil. The omega 3 rich fish oil were given for 12 weeks. Pathology examination was done to grade tubular degeneration and vascular congestion. Result: The histopathologic features found in the kidney were inflammation, tubular degeneration, necrosis, and vascular congestion. The percentage of severe 3 tubular degeneration on groups given low, medium, and high dose omega 3 rich olive oil were lower by 17.5 , 25 , and 37,5 respectively compared to control group. The administration of omega 3 rich fish oil showed less percentage of moderate 2 vascular congestion degree compared to control group however, increasing dose of omega 3 rich fish oil did not show different percentages of moderate vascular congestion among groups. Conclusion: The result indicates the effect of omega 3 rich fish oil on preventing nephrotoxicity in mice induced by azoxymethane and DSS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsanul Azizi
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan tingkat mortalitas kedua di dunia pada tahun 2020. MMP-9 adalah protein yang mendegradasi matriks ekstraseluler agar sel kanker dapat bermetastasis. Penelitian terbaru menemukan ekstrak kedelai kaya lunasin memberikan efek antikanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah lunasin dapat menurunkan ekspresi protein MMP-9 pada sel kanker kolon. Metode: Mencit Swiss Webster sebanyak 30 ekor dibagi ke dalam enam kelompok. Lima dari enam kelompok tersebut diinduksi dengan azoksimetan (AOM) dan dekstran sodium sulfat (DSS) selama dua minggu. Setelah itu, ekstrak kedelai kaya lunasin diberikan pada kelompok mencit yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB selama empat minggu. Selain itu, satu kelompok diberikan aspirin 150 mg/kgBB sebagai kontrol positif. Selanjutnya, dilakukan pewarnaan imunohistokimia MMP-9 terhadap jaringan kolon distal mencit yang telah dikorbankan, lalu diamati di bawah mikroskop. Hasil interpretasi ekspresi MMP-9 dinyatakan dalam indeks H-score menggunakan aplikasi ImageJ dengan plugin IHC profiler. Hasil: Terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok negatif dengan kelompok intervensi pemberian ekstrak kedelai kaya lunasin dosis 250 mg/kgBB (p = 0,048) dengan nilai indeks H-score rata-rata 120,55% dan 350 mg/kgBB (p = 0,001) dengan indeks HScore rata-rata 113,25%. Kesimpulan: Pemberian ekstrak kedelai kaya lunasin menurunkan ekspresi MMP-9 pada sel epitel kripta jaringan kolon distal mencit yang diinduksi oleh AOM/DSS. Penurunan ekspresi MMP-9 terjadi pada kelompok ekstrak kedelai kaya lunasin dosis 250 mg/kgBB dan 350 mg/kgBB. ......Introduction: Colorectal cancer is one of the cancers with the second mortality rate in the world in 2020. MMP-9 is a protein that degrades the extracellular matrix so that cancer cells can metastasize. Recent studies have found that lunasin-rich soybean extract has an anticancer effect. The purpose of this study is to determine whether lunasin can reduce the expression of MMP-9 protein in colon cancer cells. Method: 30 Swiss Webster mice were divided into six groups. Five of the six groups were induced with azoximethane (AOM) and dextran sodium sulfate (DSS) for two weeks. After that, soybean extract rich in lunasin was given to a group of mice which were divided into three groups, namely 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW, and 350 mg/kgBW for four weeks. In addition, one group was given aspirin 150 mg/kgBW as a positive control. Furthermore, immunohistochemical staining of MMP-9 was performed on the distal colon tissue of the sacrificed mice, then observed under a microscope. The results of the interpretation of the MMP-9 expression were expressed in the form of an H-score index using the ImageJ application with the IHC profiler plugin. Result: There was a significant difference between the negative group and the intervention group with 250 mg/kgBW of soybean extract (p = 0.048) with an average H-Score index value of 120.55% and 350 mg/kgBW (p = 0.001) with an average H-Score index of 113.25%. Conclusion: Administration of lunasin-rich soybean extract decreased MMP-9 expression in crypt epithelial cells of the distal colon tissue of mice induced by AOM/DSS. The decrease in MMP-9 expression occurred in the soybean extract group rich in lunasin at doses of 250 mg/kgBW and 350 mg/kgBW.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afra Intan Nurlaili
Abstrak :
ABSTRAK Insidensi kolitis ulseratif di Indonesia mulai meningkat. Sedangkan etiologi penyakit tersebut masih belum jelas sehingga pengobatan saat ini masih bersifat simptomatik, jangka panjang, dan menimbulkan banyak efek samping. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan efek antiinflamasi ekstrak daun Ficus deltoidea pada kolon mencit yang diinduksi dekstran sodium sulfat (DSS). Penelitian dilakukan dengan menggunakan 24 sampel materi biologik tersimpan dari penelitian sebelumnya yang dibagi menjadi empat kelompok: kontrol negatif (DSS), kontrol positif (aspirin), ekstrak daun Ficus deltoidea dosis 25 mg, dan ekstrak daun Ficus deltoidea dosis 50 mg. Preparat histologis jaringan kolon diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) dan diamati pada perbesaran 400x. Terdapat peningkatan sel goblet secara signifikan (p < 0,001) pada kelompok ekstrak daun Ficus deltoidea dosis 50 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada parameter fokus inflamasi dan angiogenesis.
ABSTRACT The incidence of ulcerative colitis in Indonesia is increasing. While its etiology is still unknown, the current treatment is still symptomatic, long term, and causes many side effects. The purpose of this study is to confirm that Ficus deltoidea leaf extract has an antiinflammatory effect on DSS-induced mice colon. This study was conducted using 24 stored tissue samples from previous study which are divided into four groups: negative control (DSS), positive control (aspirin), Ficus deltoidea leaf extract at a dose of 25 mg, and Ficus deltoidea leaf extract at a dose of 50 mg. Colon tissue histology sample is stained with hematoxylin-eosin (HE) staining and examined on magnification of 400x. There is a significant increase number of goblet cells (p < 0,001) on the Ficus deltoidea leaf extract group at a dose of 50 mg compared to negative control group. However, there is no significant effect of Ficus deltoidea leaf extract on inflammation focus and angiogenesis.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vannessa Karenina
Abstrak :
Latar belakang : Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan peningkatan insidensi yang paling pesat dalam dekade terakhir. Peningkatan terbesar diperkirakan akan terjadi di negara berkembang akibat perubahan gaya hidup. Pilihan tata laksana kanker kolorektal yang ada saat ini, seperti pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi, diketahui belum mampu memberikan efek yang diinginkan. Dengan mempertimbangkan ketersediaan, harga, dan efek toksik, kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang berpotensi menjadi terapi adjuvan. Hal ini dikarenakan zat aktif yang terkandung dalam kedelai, yaitu protein lunasin, diketahui memiliki efek antiinflamasi dan antikanker yang bermanfaat pada kasus kanker kolorektal. Metode : Sebanyak 30 ekor mencit Swiss Webster dipisahkan menjadi enam kelompok. Lima dari enam kelompok mencit diinduksi dengan azoksimetan (AOM) dan dekstran sodium sulfat (DSS). Ekstrak kedelai kaya lunasin dengan dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB diberikan pada tiga kelompok mencit selama 6 minggu. Pewarnaan imunohistokimia terhadap COX-2 kemudian dilakukan pada jaringan kolon distal mencit yang telah dikorbankan, lalu diamati di bawah mikroskop. Hasil interpretasi ekspresi COX-2 dinyatakan dalam bentuk optical density score (ODS). Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok negatif dengan kelompok intervensi ekstrak kedelai kaya lunasin pada dosis 300 mg/kgBB (p=0,047) dan 350 mg/kgBB (p=0,016). Kesimpulan : Pemberian ekstrak kedelai kaya lunasin menghambat ekspresi COX-2 pada sel epitel kripta kolon distal mencit yang diinduksi AOM dan DSS. ......Background : Colorectal cancer is one of the fastest growing incidences of cancer in the past decade. The highest increase is expected to occur in developing countries due to lifestyle changes. The choice of colorectal cancer management currently available, such as surgery, radiation therapy, and chemotherapy, is known to have not been able to give the desired effect. Taking into account the availability, price and toxic effects, soybeans are one of the food ingredients that have the potential to become adjuvant therapy. This is because the active substance contained in soybeans, namely lunasin protein, is known to have anti-inflammatory and anticancer effects that are beneficial in colorectal cancer cases. Method : A total of 30 Swiss Webster mice were separated into six groups. Five of the six groups of mice were induced with azoximethane (AOM) and dextran sodium sulfate (DSS). Extracts of lunasin-rich soybean with a dose of 250 mg / kgBB, 300 mg / kgBW, and 350 mg / kgBB were given to three groups of mice for 6 weeks. Immunohistochemical staining of COX-2 was then carried out on the distal colon tissue of mice that had been sacrificed, then observed under a microscope. The results of interpretation of COX-2 expression are stated in the form of optical density score (ODS). Result : There was a significant difference between the negative group and the intervention group of lunasin-rich soybean extract at a dose of 300 mg/kgBW (p = 0.047) and 350 mg/kgBW (p = 0.016). Conclusion : Administration of lunasin-rich soy extracts inhibit COX-2 expression in cryptic epithelial cells of distal colon of mice induced by AOM and DSS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Saleh Al huraebi
Abstrak :
Latar Belakang: Radang usus merupakan salah satu penyakit yang pengobatannya menggunakan antiinflamasi. Konsumsi obat antiinflamasi berkepanjangan dapat menyebabkan organ hati mengalami Hepatotoksisitas Imbas Obat. Tumbuhan mahkota dewa yang dilaporkan memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini menguji toksisitas pada hati mencit yang diinduksi dekstran sodium sulfat akibat pemberian ekstrak daun mahkota dewa dalam/tanpa nanopartikel kitosan. Tujuan: Mengetahui efek pemberian ekstrak mahkota dewa dalam bentuk nanopartikel kitosan terhadap gambaran nekrosis pada hati mencit. Metode: Penelitian dilakukan selama lima minggu dengan menggunakan 24 sampel jaringan tersimpan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya. Hewan uji merupakan mencit jantan Swiss Webster yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok: kelompok normal (N), kelompok mencit yang diberi larutan dekstran sodium sulfat (DSS), kelompok mencit yang diberi ekstrak daun mahkota dewa dosis 25 mg/hari dan 12,5 mg/hari (MD 25 dan MD 12,5), dan kelompok mencit yang diberi ekstrak daun mahkota dewa dalam bentuk nanopartikel kitosan dosis 12,5 mg/hari dan 6,25 mg/hari (NPMD 12,5 dan NPMD 6,25). Kemudian jaringan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE), lalu mengukur luas area nekrosis tiap jaringan mencit dalam lima lapang pandang. Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,06) pada pengamatan rerata luas nekrosis untuk seluruh kelompok uji. Seluruh kelompok uji menunjukan terjadinya nekrosis. Namun, kelompok DSS, MD 25, dan MD 12,5 menunjukan rerata luas nekrosis yang lebih rendah dari kelompok Normal, NPMD 12,5, dan NPMD 6,25. Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun mahkota dewa dalam nanopartikel kitosan menunjukan rerata luas nekrosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa nanopartikel kitosan.
Background: Inflammatory Bowel Disease is a disease whose treatment uses anti-inflammation. Continous consumption of anti-inflammation can induce damage to the liver, known as Drug-induced Liver Injury. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) has been reported to have anti-inflammation activity. This study tested the toxicity to the liver of dextran sodium sulfate-induced mice due to administration of the extract of Mahkota Dewa’s leaves in /without chitosan nanoparticles. Objective: To discover the effect of Mahkota Dewa's leaf extract in chitosan nanoparticles against necrosis view on mice liver. Methods: The study was conducted for five weeks using 24 stored tissue samples from previous studies. The animals used for this study were Swiss Webster mice randomized into 6 groups: normal (N) group, dextran sodium sulfate (DSS) group, 25 and 12,5 mg leaf extract of Mahkota Dewa (MD 25, MD 12.5) group, 12,5 and 6,25 mg leaf extract of Mahkota Dewa in chitosan nanoparticles (NPMD 12,5 and NPMD 6,25) group. Subsequently, 24 samples is stained with Hematoxylin-eosin staining. Then, the area of necrosis of each sample is measured in five visual fields Results: There was no significant difference (p = 0.06) in observing the mean area of necrosis for all test groups. The entire test group showed necrosis. However, the DSS, MD 25, and MD 12.5 groups showed a lower mean necrosis area than the Normal, NPMD 12.5, and NPMD 6.25 groups. Conclusion: The administration of the Mahkota Dewa’s leaf extract in chitosan nanoparticles showed a higher mean necrosis area compared to the group without chitosan nanoparticles
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meuthia Deandri Azizah
Abstrak :
Alga coklat (S. polycystum) yang diekstraksi dengan berbagai macam pelarut diketahui memiliki aktivitas sitotoksik pada sel kanker kolon HCT-116. Nilai IC-50 paling baik ditunjukkan pada alga coklat (S. polycystum) yang diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek ekstrak alga coklat (S. polycystum) dalam menghambat kolitis terkait kanker kolon secara in vivo. Sebanyak 30 ekor mencit jantan galur Balb/C dibagi acak dalam 5 kelompok yaitu normal, negatif, dosis 1 (18 mg/kgBB), dosis 2 (90 mg/kgBB), dosis 3 (450 mg/kgBB). Hewan model dibuat dengan mengadministrasikan Dekstran Sodium Sulfat (DSS) selama 24 hari secara berturut-turut dengan konsentrasi 2% selama 7 hari, konsentrasi 1% selama 10 hari, dan konsentrasi 2% selama 7 hari. Pemberian ekstrak alga coklat (S. polycystum) diberikan pada hari ke-8 berlanjut hingga 14 hari setelah induksi. Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran berat badan hewan, kemampuan bertahan hidup, dan penilaian Disease Activity Index (DAI). Setelah pengorbanan hewan dilakukan isolasi kolon untuk mengukur panjang, berat kolon, kerusakan jaringan, jumlah sel goblet dengan metode histopatologi kolon serta analisis ekspresi Caspase-3 pada jaringan kolon menggunakan metode ELISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak alga coklat (S. polycystum) pada dosis 1 (18 mg/kgBB), menunjukkan perbaikan kerusakan jaringan kolon paling optimal dan memiliki konsentrasi Caspase-3 paling tinggi dibandingkan kelompok dosis lainnya. ......Brown algae (S. polycystum) extracted with various solvents is known to have cytotoxic activity on HCT-116 colon cancer cells. IC-50 value is best shown in brown algae (S. polycystum) extracted using ethyl acetate solvent. This study aims to prove the effect of brown algae extract (S. polycystum) in inhibiting colitis associated with colon cancer in vivo. Thirty male mice Balb/C strain were randomly divided into 5 groups: normal, negative, dose 1 (18 mg/kgBB), dose 2 (90 mg/kgBB), dose 3 (450 mg/kgBB). Animal models were made by administering Dextran Sodium Sulphate (DSS) for 24 consecutive days with a concentration of 2% for 7 days, 1% concentration for 10 days, and 2% concentration for 7 days. Brown algae extract (S. polycystum) was given on the 8th day and continued until 14 days after induction. During the study, animal body weight, survival ability, and Disease Activity Index (DAI) were measured. After animal sacrifice, colon isolation was carried out to measure the length, weight of the colon, tissue damage, number of goblet cells using the colon histopathology method and analysis of Caspase-3 expression in colon tissue using the ELISA method. The results showed that brown algae extract (S. polycystum) at dose 1 (1.8 mg/kg BW) showed the most optimal colonic damage improvement and had the highest concentration of Caspase-3 compared to the other dose groups.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Saleh Alhuraebi
Abstrak :
Latar Belakang: Radang usus merupakan salah satu penyakit yang pengobatannya menggunakan antiinflamasi. Konsumsi obat antiinflamasi berkepanjangan dapat menyebabkan organ hati mengalami Hepatotoksisitas Imbas Obat. Tumbuhan mahkota dewa yang dilaporkan memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini menguji toksisitas pada hati mencit yang diinduksi dekstran sodium sulfat akibat pemberian ekstrak daun mahkota dewa dalam/tanpa nanopartikel kitosan. Tujuan: Mengetahui efek pemberian ekstrak mahkota dewa dalam bentuk nanopartikel kitosan terhadap gambaran nekrosis pada hati mencit. Metode: Penelitian dilakukan selama lima minggu dengan menggunakan 24 sampel jaringan tersimpan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya. Hewan uji merupakan mencit jantan Swiss Webster yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok: kelompok normal (N), kelompok mencit yang diberi larutan dekstran sodium sulfat (DSS), kelompok mencit yang diberi ekstrak daun mahkota dewa dosis 25 mg/hari dan 12,5 mg/hari (MD 25 dan MD 12,5), dan kelompok mencit yang diberi ekstrak daun mahkota dewa dalam bentuk nanopartikel kitosan dosis 12,5 mg/hari dan 6,25 mg/hari (NPMD 12,5 dan NPMD 6,25). Kemudian jaringan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE), lalu mengukur luas area nekrosis tiap jaringan mencit dalam lima lapang pandang. Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,06) pada pengamatan rerata luas nekrosis untuk seluruh kelompok uji. Seluruh kelompok uji menunjukan terjadinya nekrosis. Namun, kelompok DSS, MD 25, dan MD 12,5 menunjukan rerata luas nekrosis yang lebih rendah dari kelompok Normal, NPMD 12,5, dan NPMD 6,25. Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun mahkota dewa dalam nanopartikel kitosan menunjukan rerata luas nekrosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa nanopartikel kitosan ......Background: Inflammatory Bowel Disease is a disease whose treatment uses anti-inflammation. Continous consumption of anti-inflammation can induce damage to the liver, known as Drug-induced Liver Injury. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) has been reported to have anti-inflammation activity. This study tested the toxicity to the liver of dextran sodium sulfate-induced mice due to administration of the extract of Mahkota Dewa’s leaves in /without chitosan nanoparticles.. Objective: To discover the effect of Mahkota Dewa’s leaf extract in chitosan nanoparticles against necrosis view on mice liver. Methods: The study was conducted for five weeks using 24 stored tissue samples from previous studies. The animals used for this study were Swiss Webster mice randomized into 6 groups: normal (N) group, dextran sodium sulfate (DSS) group, 25 and 12,5 mg leaf extract of Mahkota Dewa (MD 25, MD 12.5) group, 12,5 and 6,25 mg leaf extract of Mahkota Dewa in chitosan nanoparticles (NPMD 12,5 and NPMD 6,25) group. Subsequently, 24 samples is stained with Hematoxylin-eosin staining. Then, the area of necrosis of each sample is measured in five visual fields. Results:. There was no significant difference (p = 0.06) in observing the mean area of necrosis for all test groups. The entire test group showed necrosis. However, the DSS, MD 25, and MD 12.5 groups showed a lower mean necrosis area than the Normal, NPMD 12.5, and NPMD 6.25 groups. Conclusion: The administration of the Mahkota Dewa’s leaf extract in chitosan nanoparticles showed a higher mean necrosis area compared to the group without chitosan nanoparticles
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library