Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Ezza Azmi Fuadiyah
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular akibat virus dengue yang ditularkan oleh vektor Aedes spp. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian DBD adalah faktor iklim. Kota Cimahi merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang setiap tahun mempunyai angka kejadian DBD yang lebih tinggi dari target nasional. Penelitian ini merupakan studi ekologi yang dilakukan untuk mendapatkan model prediksi kasus DBD berdasarkan faktor iklim di Kota Cimahi Tahun 2004 - 2013.
Hasil analisis bivariat menyatakan bahwa suhu, kelembaban, curah hujan dan lama penyinaran matahari mempunyai hubungan yang signifikan dengan kasus DBD. Hasil uji regresi linier ganda membentuk model prediksi dengan persamaan Kasus DBD = 238,769 - 22,320(Suhu) + 5,117(Kelembaban) + e dengan nilai R2 = 0,198. Dinas Kesehatan Kota Cimahi dapat menggunakan model prediksi tersebut dalam perencanaan upaya pengendalian DBD.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a communicable disease caused by dengue virus and spread by Aedes spp as vector. Climate factors are included in factors that influencing DHF cases. Kota Cimahi is a city in West Java that always has higher incidence rate of DHF than national target. This is an ecological study conducted to get a DHF case prediction model based on climate factors in Kota Cimahi 2004 - 2013.
The result shows that temperature, humidity, rainfall and duration of solar radiation are significantly related to DHF cases. Multiple linier regression test resulting a prediction model equation DHF cases = 238,769 - 22,320(temperature) + 5,117(humidity) + e with R2 = 0,198. The model can be used by the health authority of Kota Cimahi in the DHF control program planning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Opyn Mananta
"Penelitian ini membahas tentang gambaran tingkat kesamaan diagnosis klinis kasus DBD oleh petugas medis di puskesmas dan RSUD Cilacap serta faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi penetapan diagnosis klinis kasus DBD di Kabupaten Cilacap Provinsi. Desain penelitian ini adalah studi potong lintang. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kesepakatan diagnosis klinis kasus DBD antara petugas medis di Puskesmas dan RSUD Cilacap tergolong sangat baik (nilai kappa 0,82), dimana pelatihan, pengetahuan, sikap dan motivasi merupakan faktor yang berhubungan dalam penetapan diagnosis klinis kasus DBD. Untuk itu perlu di lakukan sosialisasi, pelatihan dan supervisi serta penyediaan sarana untuk pemeriksaan diagnostik kasus DBD.

This study about reliability of DHF diagnosis in PHC and Cilacap Hospital and determinant of DHF diagnosis in Cilacap District. The study was cross sectional study. This study found that the agreement of clinical diagnosis of dengue cases among the medical doctors in PHC and Cilacap hospital classified as verry good (kappa value 0.82). training, knowledge, attitude and motivation factor of the most were determinant of the agreement of clinical diagnosis of DHF cases. The study recommended to socialize the results of the study,conducting training on clinical diagnosis and condunting supervision regularly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30705
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cendrawirda
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena penyebaran yang cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit DBD ini sampai saat ini masih banyak menyerang anak-anak. Sejak tahun 2003 - 2006 di Kota Tembilahan dari 359 totai kasus 341 kasus adalah anak-anak (95 %). Untuk mengetahui apa penyebabnya penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan faktor individu anak dan faktor lingkungan dengan kejadian DBD pada anak di Kota Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau.
Jenis Pcnelitian ini disain Case Comrol dan menggunakan data primer meialui wawancara., pengukuran dan observasi lingkungan. Populasi penelitian adalah seluruh anak-anak berusia dibawah 12 tahun yang tinggal dan menetap di Kota Tembilahan. Sampel adalah anak berusia dibawah 12 tahun yang menderita DBD yang dirawat di RSUD Puri Husada Tembilahan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kab. Indragiri Hilir sebagai kasus dan kontrol adalah anak bemsia dibawah I2 tahun yang bebas dari semua gejala DBD dan tinggal dalarn radius 100 meter dari rumah kasus. JumlaI1 sampel dalam penelitian ini 99 kasus dan 99 kontrol. Entri data dengan program Epi ~ info versi 6.0, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan SPSS versi 13.0.
Variahel yang berhubungan dengan kejadian DBD pada anak yaitu: kebersihan Iingkungan (OR = 31.11, 95 % CI 10.09 - 95.95), upaya mencegah gigitan nyamuk (OR = 16.33, 95 % CI 5.69 - 46.88), kepadatan hunian (OR = 14.48, 95 % CI 4.82 - 43.49), upaya mencegah berkembang biaknya nyamuk (OR = 8.45, 95 % Cl 2.33 ~ 3058) dan keberadaan jentik (OR = 3.55, 95 % CI 1.04 - l2.l4) Variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian DBD pada anak: umur anak, jenis kekamin anak, persepsi status gizi anak, spend time anal: dan riwayat keluar kota dalam masa inkubasi yang diiakukan anak, umur ayah, pendidikan ayah, pekerjaan ayah, umur ibu, pendidikan ibu, pekeljaan ibu dan pengeluaran/sosial ekonomi keluarga, jenis kontainer.
Dari temuan pada penelitian ini disamnkan: untuk keluarga dan masyarakat: menycdiakan tempat sampah di alias rumah masing-masing, mengubur barang-barang bekas yang tidak bisa masuk ke dalam tempat, pemasangan kawat kassa pada setiap ventilasi mmah, menutup dinding rumah, tidak menggantung pakaian di dalam rumah, aktiiitas siang hari di dalam rumah selalu: memakai obat nyamuk bakar/pakai repellenr, tidur pakai kelambu, menutup rapat tempat penampungan air, menaburkan bubuk abate minimal 3 bulan sekali, perbaikan konstruksi rumah/ luas rumah, upayakan satu rumah satu keluarga. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir melakukan kegiatan pemantauanjentik dan pemberantasanjentik, dan pcnyuluhan kesehatan masyarakat.

Dengue Haemomghic Fever is one of the infectious diseases which are still until now become problem of Indonesian community health because of its rapid spread which can cause death, Generally disease under the age of 15 usual be major population whose infected to disease. This study is made to know the children individual factor and Dengue Haemoraghic Fever suffered by the children in Tembilahan city, indragiri Hilir District, Riau Province.
This study used design case control study is analytical study which used. The study population is all children under the age of I2 living in Tembilahan. The samples are the children under the age of I2 years who diagnosed as Dengue haemoraghic Fever case cure hospitalized in Regional Hospital of Puri Husada Tembilahan. All the cases reported to Distric Health Oftice of Indragiri Hilir. All the case considered as the case and of the study the control will be randomly selected for their neighbor. As sample in this study is 99 (ninety nine) case and 99 (ninety nine) control.
The study found the following variable of study have significantly related to the occurred of the depend are the environmcnt sanitation (OR = 31,3l, 95 % CI 10.09 - 95,95), effort to prevent the mosquito bite (OR = l6,33, 95 % CI 5,69 - 4638), the household crowding index (OR = l4,48, 95 % Cl 4,82 ~ 43.49), effort to prevent the mosquito reproduction (OR = 8,45, 95 % CI = 2,33 - $50.58) and larvae availability in the container (OR = 3,55, 95 % CI = 1,04 - l2.l4).
Based on this study result, it is recommended that for household and community to clean cnvironment, to all the time prevent the mosquito bites especially on the day, and community should cultivate in their daily life the 3 M activities (to bury, to close and to flush) of the water reservoir at least once a week For dense population area, it is recommended not make travel to the endemic area in the secondary infection in the household. It is recommended that the Health Office oflndragiri Hilir District and Public Health Center in Tembilahan to improve the health extension program through the clean Friday movement, mosquito nest combat.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T31590
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Astarina
"Demam berdarah dengue di Kota Administrasi Jakarta Selatan mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir dan pada tahun 2016 angka insiden naik lebih dari 3 kali lipat dari tahun sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim curah hujan, kelembaban, suhu dan kepadatan penduduk dengan angka insiden DBD. Studi ini merupakan studi ekologi time series dan dianalisis dengan uji korelasi. Data angka insiden DBD diperoleh dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Data iklim bulanan diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Jakarta. Data kepadatan penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistika DKI Jakarta. Hasil penelitian menyatakan bahwa suhu dan kepadatan penduduk tidak memiliki hubungan bermakna dengan angka insiden DBD p > 0,05 . Angka insiden DBD memiliki hubungan yang bermakna dengan curah hujan r = 0,384 ; p = 0,002 , kelembaban r = 0,496 ; p = 0,000.

Dengue hemorrhagic fever DHF in South Jakarta Administration City was fluctuating during 2012 2016 and in 2016 the incidence rate IR was more than tripled from the previous year. This study aims to determine the relationship between climatic factors rainfall, humidity, temperature and population density with the incidence rate IR of DHF. This study is a time series ecology study and was analyzed by correlation test. Incidence rate IR data was obtained from the South Jakarta District Health Office. Monthly climate data was obtained from the Meteorology, Climatology and Geophysics Department of Jakarta. Population density data was obtained from the Central Statistics Department of DKI Jakarta. The results demonstrate that temperature and population density have no significant correlation with dengue incidence rate p 0,05 . The incidence rate IR had a significant correlation with rainfall r 0.384 p 0.002 , humidity r 0.496 p 0,000."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rismala Dewi
"Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan yang penting di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Penyakit ini termasuk dalam 10 penyebab utama kesakitan dan kematian di antara 8 negara I tropis di Asia. Di dunia diperkirakan sekitar 50.100 juta kasus infeksi dengue terjadi setiap tahunnya, dengan jumlah kematian mencapai 24.000 kasus.
Di Indonesia, epidemi DBD terjadi setiap tahun disertai peningkatan jumlah kasus serta penyebaran yang makin meluas. Sejak tahun 1968, insidens DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 35,19 (1998) per 100.000 penduduk. Sebaliknya, angka kematian di Indonesia cenderung menurun, dengan Case Fatality Rate (CFR) berkisar 42,8% (1968) menjadi 2% (1998). Awal tahun 2004 ini terjadi kejadian luar biasa (KLB) di sebagian besar propinsi di Indonesia, tercatat sekitar 52.013 kasus DBD yang dirawat dan kematian terjadi pada 603 kasus.
Menegakkan diagnosis DBD pada fase dini sangat sulit, hal ini akan menimbulkan masalah bila penanganannya terlambat terutama pada kasus dengan renjatan. Kematian pada DBD dengan renjatan 3-10 kali lebih banyak dibandingkan dengan kasus tanpa renjatan. Walaupun demikian terdapat faktor lain yang mempengaruhi kematian pada DBD yang berhubungan dengan beratnya penyakit. Berbagai aspek DBD banyak diteliti baik secara epidemiologis, klinis, laboratoris, patofisiologis, patogenesis, virologis dan imunologis untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam memprediksi terjadinya DBD yang berat. Sedangkan di Indonesia, penelitian tentang faktor prediktor ini telah dilakukan pula sebelumnya di Jakarta, Bali, Yogyakarta dengan variabel dan hasil yang bervariasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Prayitno
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, penularannya melalui vektor nyamuk serta ditemukan di daerah tropis dan sub tropis. Transmisi penularan penyakit DBD tergantung pada populasi vektor (Aedes Aegypti dan Ades Albopictus) yang dipengaruhi oleh kondisi iklim dan tutupan/penggunaan lahan. Kondisi iklim di Kota Batam merupakan kondisi ideal untuk perkembangbiakan dan transmisi penyakit DBD. Perubahan tutupan lahan juga diduga menjadi penyebab tingginya insiden DBD di kota Batam. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor iklim dan tutupan lahan dengan insiden DBD di Kota Batam. Studi ini merupakan studi ekologi dengan menggunakan data bulanan selama 10 tahun (2005-2014). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa suhu berhubungan signifikan (p=0.021) dengan insiden DBD pada lag 0 dengan korelasi lemah dan negatif (r=-0,211). Kelembaban signifikan dengan insiden DBD pada lag 1 dan lag 2 (p=0.003 dan p=0,001) dengan korelasi sedang dan positif (r=0,270 dan r=0,290). Analisis spasial menunjukkan adanya pola hubungan antara suhu, luas lahan terbangun dan luas lahan ber-vegetasi dengan insiden DBD.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by dengue virus, transmitted through mosquito vectors and is found in tropical and sub-tropical regions. Dengue transmission depends on vector populations (Aedes aegypti and Aedes albopictus) that are influenced by climate conditions and land cover/use types. Climate conditions in Batam is an ideal conditions for breeding and transmission of dengue disease. Changes in land cover is also thought to be the cause of the high incidence of DHF in Batam. The aimed of this study to analyze climate factors and land cover with DHF incidence in Batam. This is an ecological study using monthly data for 10 years (2005-2014). Statistic analysis showed that temperature significantly associated (p=0.021) with the DHF incidence in the time lag 0 with a weak and negative correlation (r=-0.211). Humidity significantly with the DHF incidence in the time lag 1 and time lag 2 (p=0.003 and p=0.001) with moderate and positive correlation (r=0.270 and r=0.290). Spatial analysis showed a pattern of relationships between temperature, habitations land and vegetation land with incidence of dengue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriyetti
"Penelitian ini bertujuan mencari pola hubungan variasi cuaca secara spasial dengan kejadian DBD. Studi ini merupakan studi ekologi campuran berdasarkan tempat dan waktu yang dilakukan di DKI Jakarta, mengunakan data sekunder kasus DBD dan data cuaca/iklim (curah hujan, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari) tahun 2000-2009. Dilakukan analisis spasial menurut tahun, bulan, kota administrasi dan kecamatan. Pengolahan data spasial yaitu dengan overlay peta antara variabel cuaca hasil interpolasi dengan kasus DBD per kecamatan, dengan grafik untuk data per kota administrasi dan didukung dengan uji statistik korelasi.
Korelasi antara curah hujan, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari dengan kasus DBD, masing-masing r nya adalah 0,515, 0,304, 0,396, -0,082, -0,392 dengan p< 0,05. Berdasarkan kota administrasi Jakarta Pusat, masing-masing memiliki r 0,615, -0,329, 0,378, 0,274, -0,499; Jakarta Utara masing-masing 0,438, -0,360, 0,618, -0,414, 0,320; Jakarta Selatan, masing-masing 0,441, -0,289, 0,392, 0,091, -0,414; Jakarta Barat dan Jakarta Timur hanya menganalis curah hujan, suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin, r untuk Jakarta Barat masing-masing 0,497, -0,042, 0,136, -0,280; Jakarta Timur masing-masing 0,502, 0,522. -0,148, 0,293.
Berdasarkan analisis spasial dengan model grafik dan peta overlay, curah hujan dan kelembaban menunjukkan pola hubungan yang sama dengan pola kasus DBD dan suhu udara, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari menunjukkan pola hubungan yang berbeda dengan pola kasus DBD. Disimpulkan bahwa variasi cuaca memiliki pola hubungan secara spasial dan berkorelasi secara statistik dengan kejadian DBD di DKI Jakarta.

This study aims to find patterns of weather variations in spatial relationship with the incidence of DHF. This study is based on a mixture of ecology and which takes place in Jakarta, using secondary data of DHF and weather/climate data (rainfall, air temperature, humidity, wind speed and solar radiation) in 2000-2009. Spatial analysis by year, month, city and district administration. Spatial data processing is to overlay a map of interpolated weather variables with DHF cases per district, with graphs for data per city administration and supported by statistical correlation.
Correlation between rainfall, air temperature, humidity, wind speed and solar radiation with DHF cases, each with its r is 0.515, 0.304, 0.396, -0.082, -0.392 with p <0.05. Based in Central Jakarta city administration, each having r 0.615, -0.329, 0.378, 0.274, -0.499; North Jakarta respectively 0.438, -0.360, 0.618, -0.414, 0.320; South Jakarta, respectively 0.441, -0.289 , 0.392, 0.091, -0.414; West Jakarta and East Jakarta only to analyzed the rainfall, air temperature, humidity and wind speed, r for West Jakarta respectively 0.497, -0.042, 0.136, - 0.280; East Jakarta respectively 0.502, 0.522. -0.148, 0.293.West Jakarta respectively 0.497, -0.042, 0.136, -0.280; East Jakarta respectively 0.502, 0.522. - 0.148, 0.293.
Based on spatial analysis with charts and map overlay model, rainfall and humidity showed the same pattern of relations with the pattern of dengue cases and the air temperature, wind speed and solar radiation showed a different pattern of relationships with the pattern of DHF cases. It is concluded that weather variation in spatial patterns and relationships are statistically correlated with the incidence of dengue in Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30820
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaeri
"Keberadaan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia yang sudah hampir setengah abad yang lalu sejak pertama kali di temukan kasusnya di Surabaya pada tahun 1968 belum dapat di berantas secara tuntas dari bumi Indonesia, bahkan jumlah kasus cenderung meningkat setiap tahunnya. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh / membasmi virus demam berdarah sehingga cara yang paling tepat dan efektif adalah dengan cara memotong mata rantai penularan dengan membasmi nyamuk Aedes-nya, dan cara yang paling tepat guna adalah dengan membasmi jentik / larva yang ada di tempat perkembangbiakannya yang sudah di kenal dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) dengan cara 3M.
Dari kondisi tersebut dapat di ketahui bahwa peran serta masyarakat yaitu perilaku masyarakat terutama perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat termasuk kebersihan lingkungan pada umumnya mempunyai kontribusi yang cukup besar di dalam keberhasilan pemberantasan DBD.
Penelitian ini ingin mengetahui perilaku masyarakat terutama faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan non eksperimen sedangkan pengumpulan data di lakukan secara Cross Sectional (potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada pada 4 kelurahan yang paling endemis di Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung yaitu: (Kedaton, Perum Way Halim, Labuhan Ratu, dan Sepang Jaya), pengambilan sampel di lakukan pada 400 kepala keluarga dengan cara Systematic Random Sampling, sedangkan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian di ketahui bahwa sebanyak 57 % responden mempunyai perilaku baik dalam pencegahan DBD, dan sebanyak 43 % responden mempunyai perilaku kurang baik dalam pencegahan DBD. Hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi Square di dapatkan kelima variabel independen (pendidikan, pengetahuan, sikap, ekonomi, dan keterpaparan informasi / penyuluhan) masing-masing menghasilkan p-value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan formal, pengetahuan, sikap, ekonomi, dan keterpaparan informasi / penyuluhan dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan DBD. Sedangkan pada analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik ganda model prediksi di ketahui bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya / paling dominan terhadap perilaku masyarakat terhadap pencegahan DBD adalah variabel pengetahuan, di dapatkan Odd Ratio (OR) dari variabel pengetahuan adalah 7,667 artinya responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang PSN-DBD mempunyai peluang melakukan pencegahan DBD sebesar 7,667 kali lebih tinggi di banding yang mempunyai pengetahuan rendah / kurang setelah dikontrol variabel pendidikan, sikap, status ekonomi dan keterpaparan.
Perilaku masyarakat di ketahui memiliki kontribusi yang cukup besar di dalam pemberantasan DBD, dari penelitian ini diketahui bahwa faktor pengetahuan responden tentang pencegahan dan pemberantasan DBD merupakan faktor yang paling dominan untuk terjadinya perilaku pencegahan dan pemberantasan DBD. Perlu di pikirkan bentuk sosialisasi yang lebih efektif agar pengetahuan tentang pencegahan dan pemberantasan DBD dapat di miliki secara merata pada seluruh lapisan masyarakat, dengan demikian masyarakat akan lebih mudah di dalam melakukan pencegahan DBD / perilaku pencegahan ke arah yang lebih baik.

In Indonesia, Dengue Fever (DF) has been acknowledged in almost half a century as its first case was found at Surabaya in 1968. Since then, the disease cannot be completely eradicated and the cases are more likely to increase from year to year. Until now, there is no cure that be able to kill or destroy the dengue virus. Therefore, the effective way on dealing with the disease is to detach the chain of transmission by eradicating the Aedes mosquitoes. And the most proper way to eliminate the mosquitoes is by terminating its larva at its breedingplaces, which is known by a program called Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) with 3M or the Dengue's Mosquito Breedingplace Eradications Program (DM-BEP).
To meet the condition, community participation has played an important role, especially the community behavior on healthy and clean life in keeping a healthy environment. This, in general, will contribute to a successful program of Dengue eradication.
The study has an aim on describing the community behavior for factors that related to the dengue prevention behavior at Kedaton Sub-district of Kota Bandar Lampung.
The study is a quantitative research with a non-experiment design, and data is gathered by a cross-sectional approach. The population is all household at 4 most endemic villages (kelurahan) at Kedaton Sub-district, namely: Kedaton, Perum Way Halim, Labuhan Ratu, and Sepang Jaya. Method of sampling is using a systematic random sampling, and 400 household has drawn. Data is collected by using questionnaire.
The result of the study found that there are 57% of respondents have a good behavior in term of dengue fever prevention. From bivariate analysis, with Chi Square Test, showed that five variables, namely: formal education level, knowledge, attitude, level of economic, and IEC exposures, have a p-value less than 0.05. This indicates that those variables have a significant relationship with the community behavior on the prevention of the disease. While its multivariate analysis, with a double logistic regression, found that the most dominant variable at the prediction model for community behavior on the dengue prevention is knowledge, with an OR in 7.667. This means that respondents who have a good knowledge on DM-BEP will have a probability 7.667 times to do the dengue prevention, compare to those who have low or less knowledge on DM-BEP. The value of OR is resulted after the variable is controlled with variables of education, attitude, economic status, and exposures.
To conclude, community behaviors have a great contribution on the effort of eradicating the DF, and the study found that factor of respondent?s knowledge on DMBEP is the most dominant factors on creating the behavior on preventing and eradicating the DF. It is suggested that there is a need on constructing an effective form of socialization in order to raise the awareness and increase the community knowledge on DM-BEP in all level, in such that the community will easily applying the way to prevent the disease, as well as having a better prevention behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41327
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Dea Plasenta
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut dengan pendarahan minor atau mayor, trombositopenia, dan kebocoran plasma yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. WHO mencatat sejak tahun 1968-2009, Indonesia menjadi negara urutan pertama di Asia Tenggara dengan kasus DBD terbanyak dan urutan kedua di dunia. Di tahun 2015, Kemenkes RI telah mencatat peningkatan jumlah Kabupaten/Kota yang terjangkit DBD di Indonesia. Dari 384 Kabupaten dan Kota meningkat menjadi 446 Kabupaten dan Kota. Salah satu Kabupaten/Kota dengan kasus DBD yang tinggi adalah Kota Tangerang Selatan. Bahkan, pada tahun 2014, Kota Tangerang Selatan menjadi penyumbang kasus DBD terbanyak di Provinsi Banten dengan 768 kasus. Terdapat faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab tingginya kasus DBD, yaitu faktor iklim, kepadatan penduduk, dan populasi nyamuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim, kepadatan penduduk, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ecological time series dengan metode kuantitatif dan analisis korelasi dan regresi linear ganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan; Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan; dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara suhu, kelembaban, dan ABJ dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 (p = 0,016; r = -0,282) (p = 0,000; r = 0,506) (p = 0,000; r = -0,558), sementara untuk curah hujan dan kepadatan penduduk menunjukkan hasil tidak signifikan dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 (p = 0,064; r = 0,220) (p = 0,759; r = -0,037). Dari hasil regresi linear ganda, didapatkan hasil bahwa variabel yang masuk model akhir adalah variabel kelembaban dan ABJ dan dapat menjelaskan 39,9% variasi variabel dependen kejadian DBD (R square = 0,399). Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 adalah variabel kelembaban.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute febrile disease with minor or major bleeding, thrombocytopenia, and plasma leakage caused by the dengue virus and transmitted by the Aedes aegypti mosquito vector. WHO noted that from 1968-2009, Indonesia became the first country in Southeast Asia with the most dengue cases and the second in the world. In 2015, the Indonesian Ministry of Health has recorded an increase in the number of districts/cities infected with dengue fever in Indonesia. From 384 regencies and cities, it increased to 446 regencies and cities. One of the districts/cities with high dengue cases is South Tangerang City. In 2014, South Tangerang City became the largest contributor to DHF cases in Banten Province with 768 cases. There are factors that can be the cause of high dengue cases, namely climate factors, population density, and mosquito populations. The purpose of this study was to determine the relationship between climatic factors, population density, and larval free rate (LFR) with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021. This research uses an ecological time series design study with quantitative methods and correlation analysis and multiple linear regression. This study uses secondary data from the South Tangerang City Health Office; Central Bureau of Statistics of South Tangerang City; and the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG). The results of this study are that there is a significant relationship between temperature, humidity, and LFR with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 (p = 0.016; r = -0.282) (p = 0.000; r = 0.506) (p = 0.000 ; r = -0.558), while rainfall and population density showed insignificant results with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 (p = 0.064; r = 0.220) (p = 0.759; r = -0.037). From the results of multiple linear regression, it was found that the variables that entered the final model were humidity and LFR variables and could explain 39.9% of the variation in the dependent variable of DHF incidence (R square = 0.399). The most influential variable on the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016- 2021 is the humidity variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Adrian
"Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang seringkali melanda Indonesia dan disebabkan oleh virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi. Iklim merupakan salah satu faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kejadian DBD. Selama tahun 2014-2020, Kabupaten Bogor menjadi wilayah dengan jumlah kasus meninggal akibat DBD tertinggi di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor iklim dengan kejadian DBD di Kabupaten Bogor pada tahun 2017-2021 dengan desain studi ekologi. Hasil penelitian dengan uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa faktor kelembaban (r=0,351; p=0,006) dan curah hujan (r=0,258; p=0,046) memiliki hubungan berkekuatan sedang dengan kejadian DBD, sedangkan suhu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian DBD (p>0,05).

Dengue haemorrhagic fever (DHF) is a disease that frequently affects Indonesia and caused by the dengue virus from infected Aedes aegypti mosquitoes. Climatic factors are known to affect DHF incidence. In 2014-2020, Bogor Regency became the region with the highest DHF deaths in West Java. This study aims to analyze several climatic factors with DHF incidence in Bogor Regency in 2017-2021 using an ecological study design. Using Spearman’s rank correlation coefficient, the results indicate that humidity (r=0,351; p=0,006) and rainfall (r=0,258; p=0,046) have a moderate effect on DHF incidence, while temperature has no effect on DHF incidence (p>0,05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>