Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dendy Dhamier Moeljadi
"Arsitektur selalu berkembang mengikuti perubahan yang terjadi di sekitarnya. Revolusi internet merupakan perubahan besar yang sedang dialami manusia. Revolusi ini menyebabkan terjadinya fenomena dematerialisasi, yaitu penyerapan bentuk fisik ke arah dimensi digital yang menyebabkan arsitektur bercampur dengan benda non-fisik. Tulisan ini mempelajari perubahan seperti apa yang terjadi pada arsitektur di era digital. Melalui analisa teori dan studi fenomena yang berhubungan dengan teknologi digital, kita dapat mengetahui posisi ruang arsitektur yang bersinggungan dengan teknologi digital.

Architecture is always evolved based on its surroundings. Internet Revolution has been affecting our life since its emergence and leading us into dematerialization phenomenon (absorption of matter into digital dimension). Dematerialization makes architecture unite with non-physical material. This writing discusses the transformation of architecture on Digital Age. Through the study of theory and digital technology, we could understand the position of architectural space that intersects with digital technology.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Kartika Maharani
"Berdasarkan data PT KSEI, sampai dengan 30 April 2021, masih terdapat 2.724.008.172.889 saham dalam bentuk warkat. Dalam rangka mendorong likuiditas perdagangan, PT KSEI berupaya untuk memenuhi rekomendasi CPSS-IOSCO untuk melakukan dematerialisasi secara menyeluruh bagi efek bersifat ekuitas di pasar modal Indonesia. Penerapan dematerialisasi efek akan mengubah bentuk efek menjadi tidak berwujud dan dialihkan ke dalam sistem pemindahbukuan. Saat ini, bukti kepemilikan saham dalam bentuk warkat masih dimungkinkan dalam Undang-Undang Pasar Modal karena tidak mewajibkan Emiten dan/atau Perusahaan Publik untuk mencatatkan Efeknya di Bursa Efek dan masih memungkinkan penyelesaian transaksi dengan serah terima fisik efek. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) mengenai Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal terdapat kewajiban melakukan pencatatan efek bersifat ekuitas di Bursa Efek dan pendaftaran di penitipan kolektif oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), sehingga Efek tidak lagi diterbitkan dalam bentuk warkat. Sedangkan bagi efek warkat yang telah terbit dilakukan dengan melakukan konversi atas Efek warkat ke pencatatan elektronik. Dalam proses pengalihan saham kepada bentuk pencatatan elektronik, Efek warkat yang dititipkan di Kustodian (Perusahaan Efek dan Bank Kustodian) dengan status unclaimed assets merupakan tantangan dalam penerapan dematerialisasi efek secara penuh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan bersifat deskriptif analisis, sumber data yang dipergunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tertier. Konsep dematerialisasi efek belum dapat diselenggarakan secara menyeluruh, sehingga perlu dilakukan harmonisasi pada tingkat Undang-Undang. Penanganan dan pengelolaan unclaimed assets yang menjadi hambatan penerapan dematerialisasi membutuhkan penguatan peran Balai Harta Peninggalan yang secara Undang-Undang diberikan kewenangan untuk mengurus dan menyelesaikan aset yang tidak diketahui pemiliknya serta peran Otoritas Jasa Keuangan yang berdasarkan kewenangannya dapat mengatur penanganan dan pengelolaan unclaimed assets.

Based on data from PT KSEI, as of April 30, 2021, the scrip form of shares was 2,724,008,172,889 shares. In order to encourage trading liquidity, PT KSEI strives to comply with the CPSS-IOSCO recommendation to carry out a complete dematerialization of equity securities in the Indonesian capital market. Principles of Financial Market Institution principle 11 stated that the Central Securities Depository (CSD) must maintain securities in an immobilised or dematerialised form for their transfer by book entry. The implementation of securities dematerialization will change the form of securities to become intangible and be transferred to the book-entry system. Currently, the scrip form is still possible under the Capital Market Law because it does not require registration on the Stock Exchange and allows securities settlement with physical handover. In the Regulation of the Financial Services Authority (POJK) regarding the Implementation of Activities in the Capital Market Sector, there is an obligation to register equity securities on the Stock Exchange and on the collective registration by the Central Securities Depository (LPP), so that securities are no longer issued in scrip form. Meanwhile, for scrip securities that have been issued, it is done by converting the scrip form into electronic records. In the implementation, the scrip form deposited in Custodians (Securities Companies and Custodian Banks) with unclaimed assets status is a challenge to fully implement the securities dematerialization. This study uses normative juridical research methods and descriptive analysis. The data source used is secondary data consisting of primary, secondary, and tertiary legal materials. The concept of dematerialization has not been fully implemented, so it is deemed necessary to regulate at the level of the law. The handling and management of unclaimed assets require strengthening the role of the Balai Harta Peninggalan which is authorized to manage unclaimmed assets and strengthening the role of the Otoritas Jasa Keuangan that authorized to regulate the handling and management of unclaimed assets."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhafina Khansa Azzahra
"Enigma merupakan sebuah strategi spasial yang dapat menggeser pendekatan tektonik. Pendekatan tektonik dalam arsitektur kontemporer cenderung mengalami krisis dan kontradiksi dalam representasi bentuk final dan wujud materialnya. Arsitektur perlu hadir secara lebih performatif untuk memperkaya pengalaman dan sensori. Konsep ini melanjutkan sekaligus melawan konsep tektonika konvensional yang dibangun melalui pendekatan fungsi dan aturan. Oleh karena itu, spasial anti-tektonik perlu ditelusuri strategi pembentukannya. Enigma sebagai konsep yang berlawanan, tetapi saling berkaitan, bersifat kontradiktif tetapi memiliki kausalitas. Strategi ini dapat melanjutkan keteraturan tektonik menjadi bertumpuk aturannya. Enigma bekerja sebagai ruang berpikir, pemicu dematerialisasi, serta perspektif yang spekulatif. Arsitektur anti-tektonik kemudian hadir sebagai proses atau peristiwa ruang, fluktuasi data dalam ranah digital, serta representasi yang berlapis. Studi ini dilakukan pada proyek arsitektur interaktif untuk menunjukkan implementasi enigma sebagai strategi spasial anti-tektonik. Dengan menelusuri enigma, arsitek dapat menghadirkan konsep arsitektur kontemporer yang eksperimental dan eventual. Arsitek juga dapat melanjutkan serta membongkar keseragaman tektonik sehingga menjadi lebih fleksibel dan adaptif dalam mewadahi ruang yang kaya akan pengalaman.

Enigma is a spatial strategy that shifts the tectonic strategy. Tectonic strategy in contemporary architecture tends to face crisis and contradiction in the representation of its final form and material manifestation. Architecture needs to be more performative to enrich experience and sensory engagement. This both continues and contradicts the conventional concept of tectonics, which is constructed through functional and rule-based approaches. Thus, the spatial condition of anti-tectonics needs to be studied through its formative strategies. Enigma, as a concept that is contradictory yet interrelated, holds tension but also causality. This strategy can continue the logic of tectonic order into disorder. Enigma operates as a subjective precondition space, a force of dematerialization, and a speculative perspective. Anti-tectonic architecture is then present as a process or spatial becoming, a fluctuation of data in the digital realm, and a complex yet layered representation. This study is conducted through an interactive architectural project to demonstrate the implementation of enigma as a spatial strategy of anti-tectonics. By studying enigma, architects may present a more experimental and eventual concept of contemporary architecture. Architects can continue and deconstruct tectonic uniformity, so it becomes more flexible and adaptive in accommodating rich spatial experiences. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library