Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riry Ambarsarie
"Latar Belakang: Model pengembangan staf pengajar akan membantu mengidentifikasiprogram pengembangan yang dapat mengakomodasi keinginan staf pengajar, kebutuhanakademik dan kebutuhan institusi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasimodel pengembangan staf pengajar yang dibutuhkan oleh suatu fakultas kedokteranmelalui tinjauan kepustakaan sistematik dan eksplorasi persepsi panel ahli.
Metode: Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologiyang didahului dengan tinjauan kepustakaan sistematik yang menggunakan duapangkalan data, yaitu PubMed dan ERIC, dilanjutkan dengan proses wawancara denganpanel ahli bidang pendidikan kedokteran sebagai informan yang berasal dari beberapafakultas kedokteran yang dipilih berdasarkan keterwakilan wilayah Asosiasi InstitusiPendidikan Kedokteran Indonesia AIPKI dan keterwakilan institusi pendidikan negeridan swasta di Indonesia.
Hasil: Terdapat 10 kepustakaan yang dilibatkan dalam proses tinjauan kepustakaansistematik yang mendasari penyusunan konsep model pengembangan staf pengajar danterdapat 10 wawancara dengan pakar bidang pendidikan kedokteran. Seluruh informanmenyepakati sebagian besar komponen dalam model dan memberikan sejumlahmasukan untuk menyempurnakan model tersebut. Informan menyepakati tigakomponen utama dalam model pengembangan staf, yaitu komponen sistem, proses dankonten. Informan juga mengemukakan gambaran proses pengembangan staf pengajarsaat ini di Indonesia serta tantangan yang akan dihadapi dalam implementasi model.
Diskusi: Tiga komponen utama dalam model menjadi salah satu syarat yang harusdipenuhi institusi pendidikan kedokteran jika ingin meningkatkan kualitas pendidikanmelalui program pengembangan staf yang komprehensif. Komponen konten yang terdiridari pengembangan instruksional, profesional, softskill, kepemimpinan dan spiritualmenjadi panduan penentuan konten atau materi yang diperlukan dalam suatupengembangan staf pengajar. Komponen proses menggambarkan berbagai aspek yangmempengaruhi program pengembangan akan mempermudah institusi dalammempersiapkan program pengembangan secara berkelanjutan. Komponen sistemmerupakan gambaran peran sistem pendidikan yang mempengaruhi pelaksanaanprogram pengembangan, terdiri dari aspek pimpinan, kebijakan institusi danketersediaan tenaga ahli.
Kesimpulan: Model pengembangan staf pengajar yang disusun peneliti merupakanmodel yang ideal dan mampu diterapkan di Indonesia. Selain karena sifatnya yangkomprehensif, model ini juga disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan sistematik,yang didukung oleh tinjauan para ahli dari perwakilan berbagai fakultas kedokteran diIndonesia yang membuat model ini sesuai dengan karakteristik pendidikan kedokterandi Indonesia. Melalui model ini, diharapkan institusi dapat mempersiapkan programpengembangan staf pengajar secara lebih komprehensif dan berkelanjutan.

Background: Faculty development model will helping to identify developmentprograms that can accommodate faculty, academic and institutional needs. The purposeof this study is to explore the faculty development model that needed by a medicalschool through systematic literature review and expert panel perception exploration.
Methods: This qualitative study with phenomenology approach is preceded by asystematic literature review that using two database, Pubmed and ERIC followed by aninterview process with panel expert as informant from several medical school thatselected based on representation of region of Association of Indonesian Medical School AIPKI and representation of public and private medical school in Indonesia.
Results: There are 10 literatures involved in systematic literature review that underliesthe drafting of faculty development model and supported by 10 interviews with panelexpert. All informants agree on three main components of the model, that consist ofsystem, process and content components. The informants also presented an overview ofthe current faculty development process in Indonesia as well as the challenges that willbe faced in model implementation.
Discussion: The three main components become one of the condition that medicalschool must be fulfilled if they want to improve their educational quality through acomphrehensive faculty development programs. Content component consist ofinstructional, professional, softskill, leadership and spiritual development, it will helpthe determination of content that needed in faculty development. The processcomponent describe the various aspects that will affecting the development program itwill help the institution to preparing the sustainable development program. The systemcomponent describe the role of education system that influences the implementation offaculty development program, consist of leader aspect, institutional policy and theavailability of experts.
Conclusion: Faculty development model that construct by the author is an ideal modeland can be applied in Indonesia. Beside the comphrehensiveness, developing based on asystematic literature review and supported by a review expert that represented variousmedical school in Indonesia made this model appropriate with Indonesia medical schoolcharacteristics. Through this model, the institutions are expected to prepare the facultydevelopment program more comphrehensive and sustainable.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58567
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evron Asrial
"ABSTRAKSI
Ptnglitlan ini berlangswg dl kawasan pertambakan udang Kecamatan Stippa Kabupattn Pinrang selama Mei - Juli 2001. Tujuannya adalah untuk mengetahuipermasalahan dan potensi produksi budidaya udang w/«efcj/Tiger Prawn (Penaeus monodon), serta untuk membantu pemerintah daerah setempat merencanakan pembangunan masyarakat desa melalui pengembangan pertambakan udang sebagai alternatif kegiatan perekonomian yang handal, stabil dan sinambimg bagi masyarakat desapantai.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dalam bentuk kitantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data primer menggunakan metoda simple random sampling melalui wawancara terhadap petani tambak udang selaku responden sebanyak 82 orang (n = 82). Analisis data primer mengunakan metoda SWOT, dan Multiple Regression and Correlation
Hasil analisis SWOT memtnjukkan bahwa stakeholder utama untuk meningkatkan PDRB tambak udang adalah Dinas Eksphrasi Laut dan Perikanan Kabupaten Pinrang, Rencana strategisnya berupa Peningkatan Nilai Produksi (total revenue) tambak udang rakyat melalui Pembentukan Sentra Perekonomian desa pantai. Untuk itu, perlu diupayakan peningkatan dan kesinambungan produksi maupnn hargajual udang tambak.
Analisis multiple regression menghasilkan model pendugaan kapasitas produksi tambak udang rakyat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh 6 (enam) variabel bebas (explanatory variables) yang dapat dikendalikan. Variabel-variabel tersebut terdiri dari tinggi pematang, tinggi air tambak, jumlah tebar benur, pemakaian urea & TSP, konsumsi pakan, dan tinggi ganti air. Analisis multiple correlation memperlihatkan nilai R2 - 0,693 yang berarti 69,3% variasi Y dapat dijelaskan oleh model, sehingga model dianggap cukup untuk membuatpendugaan/peramalan (forecasting).
OS423
Gwa meningkatkan PDRB tambak udang, disarankan menjadikan kawasan pertambakan udang sebagai sentra perekonomian desa pantai dengan mengupayakan agar tambak udang rakyat menghasilkan output yang sinambimg dan menguntungkan. Program-program yang perlu dilakukan untuk itu adalah (I) penyusunan, uji coba, validasi dan sosialisasi model peningkatan nilai volume produksi tambak udang, (2) peningkatan kemampuan SDM (PPL dan petani tambak), (3) perencanaan dan pembangunan fasilitas produksi dan fasilitas ekonomi, (4) pembentukan perseroan terbatas usaha/bisnis milik bersama, dan (5) peningkatan modal kerj a petani tambak melalui fasilitas perbankan.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sayyid Al-Bahr Maulana
"Sustainable Development Goals (SDGs) yang diajukan oleh PBB sebagai acuan pembangunan global dapat menjadi indikator pembangunan yang objektif bagi negara, kota, termasuk desa karena mengandung 17 tujuan dengan spektrum dan indikator yang luas. Kerangka SDGs yang menyeimbangkan elemen sosial, ekonomi, dan lingkungan dapat memandu pembangunan jangka menengah desa untuk mencapai tujuan keberlanjutannya, terutama ketika di Indonesia, pemerintah telah memberikan otonomi kepada setiap desa untuk pembangunannya dengan anggaran langsung untuk dikelola. Situasi ini menuntut tanggung jawab yang lebih besar bagi pemerintah desa untuk dapat mencapai pembangunan yang ideal dan berkelanjutan. Namun kewenangan nasional tersebut tidak bisa lepas begitu saja setelah memberikan dana desa dengan melihat kompleksnya permasalahan pembangunan desa. Kerangka kerja ini harus diterjemahkan ke dalam model pembangunan yang dapat digunakan oleh pemerintah desa, pemerintah kabupaten/kota, atau para ahli untuk memandu perencanaan jangka menengah desa. Model tersebut mencegah subyektivitas dan fokus yang salah pada prioritas pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah desa. Model tersebut juga dapat mengurangi potensi perencanaan pembangunan kabupaten/kota yang tidak sesuai dengan kebutuhan desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan terfokus dengan membandingkan kondisi saat ini dengan kerangka pembangunan ideal menggunakan kerangka sistematis berbasis Soft Systems Methodology (SSM). Kesenjangan yang ditemukan akan dilanjutkan sebagai rekomendasi dan keluaran dari penelitian ini. Rekomendasi tersebut akan diuji secara efisien menggunakan pemodelan System Dynamic (SD). Ini akan memungkinkan pemangku kepentingan terkait untuk bersama-sama membahas tujuan dan prioritas setiap desa untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan

The sustainable development goals (SDGs) proposed by the United Nations as a reference for global development can be an objective development indicator for countries, cities, including villages because they contain 17 goals with a vast spectrum and indicators. The SDGs framework of balancing social, economic, and environmental elements could guide the village's medium-term development to achieve its goal of sustainability, especially when in Indonesia, the government has given each village autonomy for its development with a direct budget to manage. This situation demands more responsibility for village governments to be able to achieve ideal and sustainable development. However, the national authority cannot be hand-out after giving the village funds by observing the complex problem of the village's development. This framework should be translated into a development model that the village government, regional government, or the experts can use to guide the village's medium-term planning. The model should prevent subjectivity and the wrong focus on the development priorities set by the village government. The model could also reduce the pressure from regional development planning programs that can be inconsistent with village needs. This research aims to identify the focused gap by comparing current conditions with the ideal development framework using a systematic framework based on Soft Systems Methodology (SSM). The gaps found would be resumed as recommendations and output of this research. It would enable relevant stakeholders to collectively discuss the goals and priorities for each village to achieve more sustainable development. The recommendations will be test using System Dynamic (SD) modeling to evaluate the recommendations which will efficiently works in reality."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Atik Nurwahyuni
"Saat ini perkembangan dunia industri kesehatan telah maju pesat. Masyarakat telah menyadari akan arti pentingnya asuransi kesehatan. Disaat seperti ini perusahaan asuransi kesehatan harus memperluas jaringan providernya demi kepuasan pesertanya. Oleh karena itu perusahaan asuransi bekerjasama dengan provider, salah satunya adalah rumah sakit. Begitu pula dengan rumah sakit, satu rumah sakit dapat bekerjasama dengan banyak asuransi. Dengan kerjasama ini maka rumah sakit akan mengajukan klaim kepada perusahaan asuransi atas pelayanan yang telah diberikan kepada peserta asuransi.
Pengajuan klaim ini biasanya menggunakan formulir klaim yang disediakan oleh perusahaan asuransi dan formulir tersebut berbeda untuk tiap asuransi. Selain syarat administratif dalam formulir klaim yang berbeda, biaya untuk satu penyakit di rumah sakit juga berbeda sehingga hal ini akan menghambat proses klaim baik di rumah sakit dan juga di asuransi kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model formulir klaim standard yang meliputi syarat administratif dan syarat biaya khususnya untuk penyakit demam tifoid bagi asuransi kesehatan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli yang berlokasi di Rumah Sakit Haji Jakarta, Rumah Sakit Mediktra dan Rumah Sakit Haji Jakarta dan 8 (delapan) perusahaan asuransi yaitu PT. Asuransi Kesehatan cabang Jakarta Timur, PT. Jamsostek Kanwi III, PT. Gobal Asistensi Manajemen Indonesia, PT. AXA Assistance, PT. Asuransi Tugu Mandiri, PT. Asuransi BNI Jiwasraya, PT. Asuransi Brigin Jiwa Sejahtera, PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk. untuk memperoleh data dan informasi administratif standard. Khusus untuk mengetahui rata-rata utilisasi dan biaya pelayanan medik rawat inap demam tifoid dilakukan di Rumah Sakit Haji Jakarta dan PT. Asuransi Kesehatan cabang Jakarta Timur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa syarat administratif yang diperlukan saat proses klaim adalah kepesertaan (nama pasien, nomor kartu peserta, nama perusahaan, Status PISA, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, kepesertaan di asuransi lain) tepatnya batas waktu pengajuan, data PPK (nama PPK, alamat, dokter, spesialisasi, dokter konsultan, lokasi pelayanan, dokter yang merujuk), benefit (diagnosis, jenis tindakan, kelas kamar, plafon biaya), kelengkapan berkas klaim (kuitansi asli, rincian biaya, surat jaminan, resume medik, hasil pemeriksaan, surat rujukan)
Biaya rawat inap demam tifoid lebih kecil dibandingkan dengan biaya rawat inap demam tifoid dengan penyerta ataupun penyulit. Semua komponen biaya akan meningkat seiring dengan peningkatan kelas kamar kecuali biaya obat dan alat kesehatan.
Dalam pengumpulan data, khususnya untuk menetapkan utilisasi dan biaya penyakit demam tifoid ada banyak keterbatasan terutama catatan rekam medik yang tidak lengkap oleh karena itu untuk penetapan biaya penyakit standard untuk suatu penyakit perlu dilakukan persiapan rancangan rekam medik sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih konkrit sehingga perhitungan biaya dapat lebih mudah.
Kami sarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut khususnya untuk penetapan biaya penyakit standard sehingga diperoleh biaya standar yang dapat diterima oleh lebih banyak lagi asuransi kesehatan dari rumah sakit.
Daftar bacaan : 41 (1984 - 2004)

Development Model for Standard In-patient Claim Form on Diagnosis Basis for Health Insurance in Jakarta 2004 (Case Study for Typhoid Fever at Haji Jakarta Hospital and PT Asuransi Kesehatan Branch Office of East Jakarta in 2004)Nowadays the health industry has been developing progressively. Community has been aware about the important of health insurance. So the heath insurance companies should enlarge the networking to their providers in order to fulfill their member satisfaction in which one of them is hospital. A hospital collaborates with many insurance companies. Such collaboration makes the hospital proposes the claim to insurance companies for the provided health care to their insurance members.
The proposed claim usually used claim form that provided by insurance companies. The claim form differs for every insurance companies, not only different on the administrative requirement but also on the cost of treatment for each disease. So it would delay the claim process both in hospital and insurance company.
The objective of the study was to develop the model for standard in-patient claim form deal with the administrative and cost requirements in health insurance companies, particularly for typhoid fever disease.
The study was conducted during February until July 2004 located in Jakarta Haji Hospital, Medistra Hospital, Pertamina Pusat Hospital, and 8 (eight) insurance companies i.e. PT Asuransi Kesehatan Branch Office of South Jakarta, PT Jamsostek Kanwil III, PT Global Asistensi Manajemen Indonesia, PT AXA Assistance, PT Asuransi Tugu Mandiri, PT Asuransi BNI Jiwasraya, PT Asuransi Bringin Jiwa Sejahtera and PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk, to obtain the administrative standard information and data. Especially for assessing the average of utilization and cost of in-patient medical expense for typhoid fever, the study was conducted at Haji Jakarta Hospital and PT Asuransi Kesehatan Branch Office of East Jakarta.
The study result showed that needed administrative requirement in processing claim were membership (patient's name, insured's ID number, employer's name, patient relationship to insured, patient's age, patient's birth date, patient's sex, other health benefit plan) , due date, benefit (diagnosis, treatment, room class, maximum amount payable), provider data (provider's name, provider's addresses, physician, referring physician, place of service), and document completeness(receipt, guarantee letter, medical resume, and billing form, referring letter). For that reason, not only the standardized claim form that should be standardized, but also the additional document such as in-patient letter to request the guarantee letter, guarantee letter, medical resume, and billing form.
Cost of treatment for in-patient typhoid fever was lower than cost of treatment for in-patient typhoid fever with co morbidity or complication. All cost components would, increase in line with the upper room class, for exception drug cost and medical equipment usage.
The limitation of the study to determine utilization and cost of treatment for typhoid fever particularly is incompleteness of medical records. So the determination for standard cost of treatment needs to a preparation to design medical record in order to get accurate information and the analysis of cost of treatment is easier to do.
It is recommended to conduct further study mainly to determine the standard cost of treatment in order to obtain the claim form that can be accepted by more health insurance companies and hospitals.
References: 41 (1984-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library