Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fairuz Rabbaniyah
Abstrak :
Pada tahun 2015 terdapat 71 kasus gizi buruk yang terjadi di Kota Bogor. Pada tahun 2016 menurun menjadi 65 kasus gizi buruk dan terdapat 522 kasus balita dibawah garis merah (BGM). Pada tahun 2017 kasus gizi buruk di Kota Bogor 63 kasus, tetapi pada kasus balita dibawah garis merah menurun menjadi 370 kasus. Anggaran kesehatan Kota Bogor mengalami penurunan dari tahun 2015-2017. Anggaran kesehatan Kota Bogor terus menurun dari tahun 2015 hingga tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pembiayaan program perbaikan gizi bersumber publik di Kota Bogor pada tahun 2015-2017. Pada penelitian ini dilakukan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode crossectional yaitu dengan cara membandingkan besaran pembiayaan kesehatan program perbaikan gizi di Kota Bogor pada tahun 2015-2017 dengan pendekatan District Health Account (DHA). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa biaya untuk program perbaikan gizi di Kota Bogor meningkat setiap tahunnya, sumber pembiayaan paling besar berasal dari APBD Kota Bogor. Berdasarkan analisis seluruh dimensi biaya program perbaikan gizi di Kota Bogor paling besar digunakan untuk kegiatan pemberian PMT. ...... In 2016 decreased to 65 cases of malnutrition and there were 522 cases of children under five under the red line (BGM). In 2017 cases of malnutrition in Bogor City 63 cases, but in ix cases of children under five under the red line decreased to 370 cases. Bogor City's health budget has decreased from 2015-2017. Bogor City health budget continues to decline from 2015 to 2017. The purpose of this study is to analyze the financing of publicly sourced nutrition improvement programs in Bogor City in 2015-2017. In this study a quantitative descriptive approach was conducted using a cross-sectional method by comparing the amount of health financing for nutrition improvement programs in Bogor City in 2015-2017 with the District Health Account (DHA) approach. The results of this study found that the cost for nutrition improvement programs in Bogor City increased every year, the largest source of funding came from the Bogor City Budget. Based on the analysis of all dimensions of the cost of nutrition improvement programs in the city of Bogor, the largest is used for PMT giving activities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitia Nugrahanto
Abstrak :
Latar Belakang: Kelahiran preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu lengkap. Secara global, kelahiran preterm menyebabkan morbiditas dan mortalitas bayi yang tinggi. Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2010, Indonesia saat ini termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah kelahiran preterm terbanyak yaitu 15,5 per 100 kelahiran hidup. Berbagai faktor dihubungkan dengan penyebab terjadinya kelahiran preterm, termasuk salah satunya adanya defisiensi asam lemak tidak jenuh rantai panjang selama kehamilan. Tujuan: Mengetahui kadar asam lemak tidak jenuh rantai panjang (ALA, EPA, DHA, LA dan AA) pada ibu hamil dengan kelahiran preterm dan aterm. Metode: Penelitian dilakukan dengan uji potong-lintang dengan subjek penelitian ibu hamil preterm dan aterm yang melakukan persalinan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Budi Kemuliaan Jakarta pada Juli hingga Desember 2019. Hasil: Diperoleh 60 subjek penelitian dengan 30 subjek pada masing-masing kelompok. Hasil dengan kategori rendah didapatkan pada kelompok preterm dengan median kadar ALA 47 μmol/L, AA 491 μmol/L dengan perbedaan yang bermakna dengan kelompok aterm (p=0,03 dan p=0,01). Indeks omega-3 pada masing-masing kelompok juga rendah yaitu 2,5% pada preterm dan 3% pada aterm. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar ALA dan AA pada ibu yang mengalami kelahiran preterm dan aterm. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar EPA, DHA, LA, indeks omega-3, rasio omega-6/ omega-3, dan rasio AA/EPA pada ibu yang mengalami kelahiran preterm dan aterm.
Background: Approximately 15 million babies were born prematurely every year with one million of them dying from preterm birth complications. Indonesia was among the top 10 countries worldwide with the highest number of preterm births, which was 15.5 preterm births per 100 live births. In recent years, several studies have been investigating the role of nutrition in reducing the risk of preterm birth, one that seems promising is long-chain unsaturated fatty acids (LCPUFA). This study was conducted to determine LCPUFA status in pregnant women who undergo preterm and term births in Jakarta, Indonesia. Objective: To determine the levels of long-chain unsaturated fatty acids (ALA, EPA, DHA, LA dan AA) in pregnant women undergoing preterm and term birth. Method: A descriptive study was conducted on 30 pregnant women in each group who experienced preterm and term births at Cipto Mangunkusumo and Budi Kemuliaan Hospital Jakarta between July and December 2019. Maternal blood plasma was examined by measuring the concentration of alpha-linolenic acid (ALA), eicosapentaenoic acid (EPA), docosahexaenoic acid (DHA), linoleic acid (LA), arachidonic acid (AA), omega-3 index, omega-6/ omega-3, and AA/ EPA ratio. Result: The median levels of ALA and AA were low in the preterm birth group with significant differences between the two groups (p= 0,03 and p= 0,01). The median total concentrations of ALA, EPA, DHA, LA, AA, omega-3 index, omega-6/ omega-3, and AA/EPA ratio in preterm birth group were as follows: 47 μmol/L, 18,5 μmol/L, 262 μmol/L, LA 3382 μmol/L, 491 μmol/L, 2,5%, 13 and 26,5. While in the term birth group were as follows 58,5 μmol/L, 19 μmol/L, 262 μmol/L, LA 3382 μmol/L, 491 μmol/L, 2,5%, 13 and 26,5. The median concentration of EPA and DHA on both groups were in a normal range. Most of the subjects had a low omega-3 index, 86,7% from total subjects in preterm and 66,7% in term group. Conclusion: There are significant differences between ALA and AA concentration in women who experienced preterm and term birth. There were no significant differences in levels of EPA, DHA, LA, omega-3 index, omega-6/ omega-3 ratio, and AA/EPA ratio between the two groups.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raphael Kosasih
Abstrak :
Penelitian sebelumnya telah membuktikan adanya korelasi negatif antara kadar asam lemak trans (TFA) dan DHA ASI. Penelitian pada fibroblas manusia menunjukkan bahwa TFA dapat menurunkan availabilitas DHA dengan menghambat proses biosintesis DHA dari alpha-linolenic acid dan inkorporasinya pada lemak membran, termasuk ASI. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui korelasi asupan TFA ibu menyusui terhadap kadar DHA ASI. Studi potong lintang dilakukan dengan menggunakan consecutive sampling yang melibatkan 80 orang subjek ibu menyusui sehat pada 1-6 bulan postpartum berusia 20-35 tahun di Puskesmas Cilincing, Jakarta Utara, dan Puskesmas Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Februari-April 2019 Asupan asam trans, DHA, asam lemak jenuh, dan asam lemak omega-3 dinilai dengan menggunakan food frequency questionnaire semi kuantitatif dan dihitung rasio asupan TFA-DHA. Spesimen ASI diambil secara post-feed pada pagi hari. Kadar DHA ASI diukur dengan menggunakan gas kromatografi tandem spektrometri massa. Korelasi TFA terhadap kadar DHA ASI dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan median asupan TFA adalah 167 (29-849) mg/hari atau >0,08 (0,01-0,38)% total energi. Asupan TFA seluruh subjek masih memenuhi rekomendasi American Heart Association (< 1% total energi). Median asupan DHA adalah 158,5 (13,9-719,7) mg/hari, 67,5% subjek berada dibawah rekomendasi Food and Agriculture Organization (200 mg/hari). Median rasio asupan TFA-DHA adalah 1,08 (0,17-18,06) dan median kadar DHA ASI subjek penelitian adalah >242 (89-865) µmol/l. Tidak didapatkan korelasi antara asupan TFA terhadap kadar DHA ASI (r=0,056, p=0,309), asupan DHA didapatkan memiliki korelasi positif sedang bermakna terhadap kadar DHA ASI (r=0,479, p <0,001), dan terdapat korelasi negatif lemah bermakna rasio asupan TFA-DHA terhadap kadar DHA ASI (r=-0,396, p <0,001). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kadar DHA ASI tidak berkorelasi dengan asupan TFA, namun terdapat korelasi negatif lemah antara rasio asupan TFA-DHA terhadap kadar DHA ASI. ......Previous research has shown an inverse correlation between TFA and DHA in breast milk. Experimental data on human fibroblast showed that TFA could decrease the availability of DHA by inhibiting its biosynthesis from alpha-linolenic acid and incorporation to lipid membrane, including human milk. This study was designed to determine the correlation between maternal TFA intake and DHA content of mother's breast milk. This cross-sectional study was conducted at Cilincing Public Health Centre, North Jakarta, and Grogol Petamburan Public Health Centre, West Jakarta, from February to April 2019. Consecutive sampling method was used, 80 healthy lactating mothers at 1-6 postpartum ranging from >20-35 years old, participated in this study. Maternal TFA, DHA, saturated fat, and omega-3 intake was assessed using a semiquantitative food frequency questionnaire, and TFA-DHA intake ratio was calculated. Breast milk specimens were collected post-feed in the morning then breast milk DHA content was analyzed by Gas Chromatography with Mass Spectrometry. Correlation between maternal TFA intake and breast milk's DHA content was assessed using Spearman's test. Data showed the median value of TFA intake was 167 (29-849) mg/day, all subjects TFA intake still below the recommendation of AHA (<1% total energy) Median value of DHA intake was 158.5 (13.9-719.7) mg/day, 67,5% of subject was below Food and Agriculture Organization recommendation (200mg/day). The median value of TFA-DHA ratio was 1.08 (0.17-18.06), and a median value of breast milk's DHA content was 242 (89-865) µmol/l. This study showed no correlation between maternal TFA intake and breast milk's DHA content >(r=0.056, p=0.309), Maternal DHA intake showed a moderate positive correlation with breast milk DHA (r=0.479, p <0.001). There was a weak negative correlation between TFA-DHA intake ratio and breast milk DHA (r=-0.396, p <0.001). This study concluded that the DHA content of the mother's breastmilk was not correlated with maternal TFA intake alone, but it was negatively correlated with TFA-DHA intake ratio.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Widya Rahardja
Abstrak :
Tujuan penelitian cross sectional ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan asam lemak omega-3 dengan kadar hs-CRP pada pasien Psoriasis vulgaris. Penelitian dilakukan di Yayasan Peduli Psoriasis Indonesia, mulai November 2014 sampai April 2015. Sejumlah 52 pasien yang memenuhi kriteria penelitian dipilih menjadi subjek penelitian. Subjek diwawancara, menjalani pemeriksaan antropometri dan kadar hs-CRP. Data asupan asam lemak omega-3, EPA dan DHA diperoleh dengan metode food frequency questionnaire, dan food recall 3 x 24 jam. Nilai rerata usia subjek adalah 41,9 ± 9,21 tahun. Jumlah subjek laki-laki 57,7% dan wanita, 42,3%. Sebanyak 38,5% subjek status gizinya normal dan 61,5% berat badan lebih. Asupan energi cukup terdapat pada 82,7% subjek, sedangkan 17,3% subjek asupan energinya kurang. Subjek dengan asupan asam lemak omega-3 cukup ada 65,4%, sedangkan 34,6% subjek asupannya kurang. Sebanyak 86,5% subjek asupan EPA dan DHAnya cukup dan 13,5% kurang. Hasil kadar hs-CRP serum yaitu 9,6% subjek kadarnya >10 mg/L, 57,7% subjek kadarnya 1-10 mg/L dan 32,7% subjek kadarnya <1 mg/L. Hasil uji korelasi rank Spearman antara asupan asam lemak omega-3 dengan kadar hs-CRP memperlihatkan korelasi negatif lemah bermakna (r = - 0,394 dan p = 0,004). Korelasi asupan EPA dan DHA dengan kadar hs-CRP adalah negatif sedang bermakna (r = - 0,499 dan p = 0,000). Asupan asam lemak omega-3 terutama dalam bentuk EPA dan DHA dapat menurunkan kadar hs-CRP pada pasien Psoriasis. ......The aim of this cross sectional study is to find out the relationship between dietary intake of omega-3 fatty acids and hs-CRP level in patient with Psoriasis vulgaris. This study was conducted from November 2014 to April 2015, at Yayasan Peduli Psoriasis Indonesia. As all the criterias were succeeded, 52 patients were recruited. Data were collected by interview, anthropometric's measurement, and laboratory examination. Dietary intake data of omega-3 fatty acids, EPA and DHA were determined by using food frequencies questionnaire, and food recall 3 x 24 hours method. Mean value of subjects' age was 41.9 ± 9.21 years. The subjects consisted of 57.7% men and of 42.3% women. Nutritional status of 38.5% subjects was normal and of 61.5% was overweight. An adequate amount of energy intake was found in 82.7% subjects whereas 17.3% was inadequate. Dietary intake of omega- 3 fatty acids was adequate in 65.4% subjects whereas in 34.6% was inadequate. Dietary intake of EPA and DHA in 86.5% subjects was adequate, while in 13.5% subjects, inadequate. The result of hs-CRP >10 mg/L was found in 9.6% subjects, 1-10 mg/L in 57.7% and <1 mg/L in 32.7% subjects. Rank Spearman correlation test of dietary intake of omega-3 fatty acids and hs-CRP level showed weak negative significant result (r = - 0.394 and p = 0.004). The result of EPA and DHA with hs-CRP level was fair negative significant (r = - 0.499 and p = 0.000). Thus, it can be concluded that dietary omega-3 fatty acids in the form of EPA and DHA might lessen hs-CRP level in Psoriasis patient.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Miranti
Abstrak :
Zat yang harus terpenuhi untuk proses perkembangan sel terutama sel otak, adalah asam lemak seperti AA, DHA dan EPA. Kapang dapat menjadi sumber alternatif asam lemak tak jenuh seperti omega 3, omega 6, dan omega 9 khususnya AA, DHA dan EPA. Dalam penelitian ini, akan dilakukan penelitian mengenai variasi kondisi operasi yang sesuai untuk pertumbuhan Aspergillus oryzae dalam produksi asam lemak tak jenuh AA, DHA dan EPA dengan metode Submerged Fermentation menggunakan media sintetis dan ekstrasi bertingkat. Aspergillus oryzae akan dikultivasi pada medium PDA dengan menggunakan sumber karbon pada substrat berupa glukosa dan Ammonium sulfate serta yeast extract sebagai sumber nitrogen. Ekstraksi yang digunakan menggunakan etanol dan n-heksana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laju agitasi optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah 120 RPM dengan yield lipid sebesar 28,28 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 50,36 . Laju agitasi optimum untuk produksi EPA adalah sebesar 120 RPM dengan komposisi EPA yang didapatkan sebesar 2,42. Serta pH medium optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah pH 6 dengan yield lipid sebesar 22,35 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 45,5. Sedangkan Suhu inkubasi optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah 25°C dengan yield lipid sebesar 13,19 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 62,15 . Jenis asam lemak tak jenuh yang diperoleh dari Aspergillus oryzae adalah oleat, linoleat, linolenat dan EPA. There are several substances that needs to be fulfill to keep the brain cell growth such as AA, DHA and EPA. Fungi is one of the alternative source of omega 3, omega 6, omega 9 especially AA, DHA and EPA. This research variates operating condition that is suitable for the growth of Aspergillus oryzae in AA, DHA, and EPA fatty acid production with Submerged Fermentation using synthetic medium and layered extraction. Aspergillus oryzae will be cultivated in medium using glucose as carbon source and Ammonium sulfate and yeast extract as nitrogen source. The extraction method using ethanol and n hexane as solvent. The result shows that optimum agitation rate for unsaturated fatty acid production of Aspergillus oryzae is 120 RPM, lipid yield 28,28 and unsaturated fatty acid content 50,36. Optimum medium pH for PUFA production of Aspergillus oryzae is 6, lipid yield 22,35 and unsaturated fatty acid content 45,5. Optimum incubation temperature for unsaturated fatty acid production of Aspergillus oryzae is 25°C, lipid yield 13,19 and unsaturated fatty acid content 62,15. Unsaturated fatty acids produced from Aspergillus oryzae are oleic, linoleic, linolenic and EPA.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardita Rizky Putri Arcanggi
Abstrak :
Lemak tak jenuh adalah salah satu asupan nutrisi perkembangan otak dan kesehatan tubuh. Akan tetapi, tubuh memiliki keterbatasan dalam mensintesis asam lemak tak jenuh seperti AA EPA. Oleh karena itu, kedua asam lemak ini menjadi esensial bagi tubuh. Selama ini, asam lemak tak jenuh dipenuhi oleh nutrisi dari minyak ikan. Namun, ketersediaan minyak ikan saat ini memiliki keterbatasan, yaitu pencemaran logam berat, penyediaan sumber daya ikan, dan harga komoditas. Oleh karena itu, penelitian ini menggagas upaya pengadaan asam lemak tak jenuh dari mikroorganisme yang mampu mengonversi asam lemak tak jenuh dengan biaya yang murah dan menghasilkan asam lemak tak jenuh dengan persentase yang tinggi. Penelitian ini menggunakan Aspergillus oryzae dengan medium kultivasi onggok tapioka dan ampas tahu sebagai usaha penekanan biaya produksi. Disamping itu, Penelitian ini memvariasikan komposisi karbon dan menganalisis kurva hubungan konsentrasi karbon terhadap produksi lipid maksimum dari Aspergillus oryzae serta menentukan laju agitasi optimum terhadap produksi lipid dari Aspergillus oryzae. Hasil penelitian menunjukkan perolehan komposisi AA, DHA, EPA optimum berada pada konsentrasi karbon 9 w/w dan laju agitasi 120 RPM, sebesar 0,18 w/w , 0,33 w/w , dan 2,96 w/w.
Unsaturated fatty acids are one of the most nutrient intake for brain development and health. However, the body has limited synthesize unsaturated fatty acids such as AA, DHA, EPA. Therefore, both these fatty acids are essential for the body. During this time, an unsaturated fatty acid filled with nutrients from fish oil. However, the availability of fish oil currently has limitations, namely the heavy metal pollution, provision of fish resources, and commodity prices. Therefore, this study initiated the procurement efforts of unsaturated fatty acids of microorganisms able to convert unsaturated fatty acids with low cost and produce unsaturated fatty acids with a high percentage. This study will use Aspergillus oryzae with tapioca and tofu waste as production cost reduction efforts. In addition, this study will analyze the varying composition of carbon and carbon concentration curves to the maximum lipid production from Aspergillus oryzae and determine the optimum rate of agitation against lipid production from Aspergillus oryzae. The results shows that the optimum composition of AA, DHA, EPA are 0.18 w w , 0.33 w w , and 2.96 w w in concentration carbon of 9 w w and agitation rate of 120 RPM.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie
Abstrak :
Asam dokosaheksaenoat (DHA) sangat penting bagi pertumbuhan sistem saraf dan penglihatan bayi karena merupakan asam lemak utama dalam fosfolipid otak dan retina. Namun, manfaat penambahan DHA dalam susu formula bayi masih kontroversial. Pemberian DHA yang berlebihan pada bayi perlu diwaspadai mengingat kemungkinan terjadinya efek samping yang ditimbulkannya. Penelitian ini bertujuan memperoleh metode analisis DHA secara kromatografi gas (KG) yang valid yang akan diterapkan untuk menetapkan kadar DHA dalam susu formula. Sebelum disuntikkan ke alat KG, lemak susu diekstraksi dengan kloroform-metanol (1:2) dan kemudian dimetilasi dalam metanol-toluen (4:1) dengan asetil klorida. Kondisi KG yang digunakan yaitu: suhu injektor 230ºC, suhu detektor 250ºC, suhu oven terprogram dengan suhu awal 130ºC dinaikkan 2ºC/menit sampai 230ºC kemudian suhu ditahan selama 20 menit, laju alir helium 2,00 ml/menit, split 1:3. Metode ini telah memenuhi syarat uji presisi dan uji perolehan kembali. Hasil penetapan kadar DHA dari 5 sampel susu formula bayi dan anak yaitu (27,49 ± 0,62) mg/100 g, (31,14 ± 0,43) mg/100 g, (11,83 ± 0,38) mg/100 g, (19,34 ± 0,58) mg/ 100 g, dan (45,87 ± 0,42) mg/100 g.
Docosahexaenoic acid (DHA) is important for development of infant's nervous and visual system because it is a major fatty acid in brain and retina phospholipids. However, the benefit of DHA addition in infant formula is still controversial. The over intake of DHA should be an awareness because of its side effect. The aim of this study was to get a valid analysis method of DHA using gas chromatography (GC) which will be used to determine the concentration of DHA in infant formula. Before being injected to GC, the milk fat was extracted with chloroform-methanol (1:2) and then methylated in methanol-toluene (4:1) with acetyl chloride. The GC conditions were: injector temperature was 230ºC, detector temperature was 250ºC, oven temperature was programmed to increase from 130ºC to 230ºC by 2ºC/minute and held for 20 minutes, helium flow rate was 2.00 ml/minute, and split ratio was 1:3. This method had passed the precision and recovery evaluation. The results of DHA determination in 5 infant formula samples were (27.49 ± 0.62) mg/100 g, (31.14 ± 0.43) mg/100 g, (11.83 ± 0.38) mg/100 g, (19.34 ± 0.58) mg/ 100 g, and (45.87 ± 0.42) mg/100 g.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32475
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Rizky Varcania
Abstrak :
Asam dokosaheksaenoat (docosahexaenoic acid / DHA) merupakan salah satu asam lemak omega-3 yang penting bagi manusia karena dapat mengurangi resiko penyakit jantung. Dalam usaha untuk memenuhi permintaan konsumen, saat ini telur yang diperkaya omega-3 sedang berkembang di pasaran. Mengingat harga telur jenis ini lebih mahal dibandingkan harga telur biasa, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar asam lemak omega-3 (DHA) yang terdapat dalam produk tersebut. Penelitian yang menggunakan metode kromatografi gas (KG) dengan kolom kapiler VB-Wax dan detektor ionisasi nyala (flame ionization detector / FID) ini telah berhasil divalidasi untuk mendeteksi dan menetapkan kadar DHA dalam telur. Kondisi KG yang digunakan adalah suhu terprogram dengan suhu awal kolom 130°C, kenaikan suhu 2°C/menit sampai 230°C (ditahan 20 menit), menggunakan helium sebagai gas pembawa dengan laju alir 2,0 mL/menit. Metode ini linier dengan koefisien korelasi 0,9998, dalam rentang konsentrasi 296,59 - 3559,10 ppm. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) DHA adalah 61,64 ppm dan 205,45 ppm. Metode ini divalidasi dengan koefisien variasi (KV) 1,47 ? 1,84% dan rata-rata perolehan kembali DHA (80,12 ± 0,65)%. Hasil dari validasi metode memenuhi untuk kriteria yang diberikan. Penerapan metode ini pada tiga sampel telur yang diperkaya omega-3 menunjukkan bahwa semua sampel mengandung DHA dengan kadar yang bervariasi, tergantung pengkonsumsian makanan yang mengandung omega-3 pada ayam yang menghasilkan telur tersebut. Kadar DHA dalam masing-masing sampel memenuhi kadar omega-3 total (ALA, EPA dan DHA) pada kemasan produk. Kadar DHA dalam sampel A (0,52 ± 0,006)%; sampel B (1,36 ± 0,03)% dan sampel C (1,28 ± 0,015)%.
Docosahexaenoic acid (DHA) is one of the omega-3 fatty acids which has many benefits for human because it may reduce the risk of heart disease. In an effort to meet consumers? demand, omega-3-enriched eggs has been developed in the market. Since the price of eggs are more expensive than regular eggs, we need to determine the concentration of omega-3 fatty acids (DHA) in that products. This study which using a gas chromatography method with a capillary column VB-Wax and flame ionization detector (FID) has been succeded validated for the detection and quantification of DHA in eggs. Gas chromatography was operated with programmed temperature, the initial column temperature was set at 130°C, increased by 2°C/min to 230°C (held for 20 min), used helium as carrier gas with flow rate 2,0 mL/min. This method was linier with coefficient of corelation 0,9998, in concentration range 296,59 - 3559,10 ppm. Limit of detection (LOD) and limit of quantification (LOQ) were 61,64 ppm and 205,45 ppm. This method was validated with coefficient variation (CV) 1,47 ? 1,84% and the average of recovery DHA was (80,12 ± 0,65)%. The result of validation method fulfiled for the given criteria. The application of this method of three samples of omega-3-enriched eggs showed that all samples contain DHA with variate concentration, depend on omega-3 diet in hen that produced eggs. The concentration of DHA in each samples fulfil with the total concentration of omega-3 (ALA, EPA and DHA) in products label. The concentration of DHA in sample A was (0,52 ± 0,006)%; sample B was (1,36 ± 0,03)% and sample C was (1,28 ± 0,015)%.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32752
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noer Laily
Abstrak :
Asam lemak DHA merupakan salah satu asam lemak omega-3 PUFA yang berperan dalam perkembangan kognitif. Ikan laut dan seafood merupakan sumber utama DHA. Namun DHA dan prekusornya juga ditemukan pada bahan pangan lain seperti telur, daging, ayam kacang-kacngan maupun biji-bijian. Selain asupan DHA, perkembangan kognitif juga dipengaruhi oleh asupan zat gizi lain dan dukungan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh asupan PUFA, konsumsi omega-3 dari ikan laut/ seafood selama kehamilan trimester 3, menyusui hingga usia bayi 4 bulan dan DHA RBC bayi terhadap perkembangan kognitif bayi usia 4 bulan. Disain studi adalah kohor prospektif dengan jumlah sampel 102 pasang ibu dengan bayinya yang melakukan pemeriksaan ke puskesmas/posyandu di Kecamatan Panimbang dan Majasari Kabupaten Pandeglang. Sampel diteliti sejak kehamilan trimester 3 hingga melahirkan dan bayi berusia 4 bulan. Sampel ASI dan Perkembangan kognitif bayi diukur pada saat bayi berusia 4 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan asupan PUFA ibu selama kehamilan dan menyusui adalah 549,45 (95% CI 491,48-607,42) mg dan 240,86 (95% CI 228,06- 253,67) mg. Selama kehamilan 30% ibu jarang mengonsumsi makanan kaya omega-3 dari ikan laut, sementara selama masa menyusui meningkat menjadi 70%. Sebagian besar responden bayi memiliki perkembangan kognitif sesuai atau lebih dari usia kronologis (85,3%) dan hanya 14,5% dari responden bayi memiliki perkembangan kognitif kurang dari usia kronologis. Hasil analisis multivariat terhadap pengaruh asupan PUFA dan makanan kaya omega-3 dari ikan laut/ seafood ibu hamil trimester 3 dan Ibu menyusui terhadap perkembangan kognitif bayi usia 4 bulan setelah dikontrol oleh variabel karakteristik responden ibu dan bayi, konsumsi ibu dan dukungan lingkungan (varibel kovariat) menunjukkan bahwa variabel-variabel yang dapat memprediksi perkembangan kognitif bayi adalah konsumsi makanan kaya omega-3 dari ikan laut/ seafood (OR=5,647 95% CI 1,45-21,986), asupan PUFA (OR= 1,862, 95% CI 0,5-6,935) dan dikendalikan oleh aspek responsivitas emosi dan verbal (OR=7,52, 95% CI: 1,804-31,346) dan asupan lemak (OR=0,204 CI 0,051-0,810). Ibu-ibu yang sering mengonsumsi makanan kaya omega-3 dari ikan laut mempunyai kesempatan 5,647 kali mendapatkan bayi dengan perkembangan kognitif yang lebih baik. Pemberian stimulasi berupa pelukan, ciuman, perhatian, kasih sayang, dan kesensitifan serta responsivitas ibu terhadap kebutuhan bayi memberikan kesempatan meningkatkan perkembangan kognitif bayi sebesar 7,52 kali. Sering mengonsumsi makanan kaya omega-3 dari ikan laut/ seafood adalah mengonsumsi cumi-cumi atau ikan laut pipih seperti ikan raja gantang, teri, ikan bawal, ikan banyar, ikan kerapu, ikan layang, ikan ekor kuning, ikan kembung, ikan kakap sebanyak 3-4 porsi per minggu, atau mengonsumsi 1-2 porsi per minggu kerang, atau udang, atau kepiting atau ikan berlemak seperti ikan tongkol, ikan sardin, ikan bandeng dan ikan kue. Asupan DHA bayi diukur berdasarkan asam lemak DHA pada ASI sebesar 0,997 (95% CI: 0,515-1,479)% total asam lemak. Rata-rata DHA pada sel darah merah (RBC) bayi adalah 6,845 (95% CI: 6,16-7,52)% total asam lemak. Konsumsi DHA ASI dapat meningkatkan kecukupan DHA-EBC bayi sebesar 0,349 ......The fatty acid DHA is one of the omega-3 fatty acids PUFA that plays a role in cognitive development. Sea fish and seafood is the main source of DHA. However, DHA and the prekusor is also found in other foodstuffs such as eggs, chicken meat, nuts or seeds. In addition to intake of DHA, cognitive development is also influenced by the intake of other nutrients and support environment. The purpose of this research is to get influence of PUFA and consumption of foods rich in omega-3 from marine fish/ seafood during pregnancy in third trimester, breastfeeding, Docosahexanoic acid (DHA)-Red Blood Cell of infants and its relation to cognitive development of infant at 4 months. Design study is prospective cohort study by the number of sample is 102 pairs of mothers with their newborn who checks into public health center (puskesmas)/ maternal and child health center (posyandu) in Panimbang and Majasari. The sample examined since the third trimester of pregnancy to childbirth and infants aged 4 months. Samples of breast milk and baby's cognitive development was measured at the time of a baby aged 4 months. The results showed that the intake of PUFA mothers during pregnancy and lactation is 549.45 (95% CI 491,48-607,42) mg and 240.86 (95% CI 228,06-103.02) mg. Most respondents baby has cognitive development of the appropriate chronological age or above (85,3%) and only 14.5% of the respondents have less cognitive development of infants age from chronological. Multivariate analysis of the effects of intake of PUFA and foods rich in omega-3 from marine fish / seafood in third tremester pregnant women and mother breastfeeding on cognitive development of infants aged 4 months after being controlled by the variable characteristics of respondents mothers and infants, mother consumption and environmental support (covariate variable) showed that the variables that could predict infant cognitive development is the consumption of foods rich in omega-3 from marine fish / seafood (OR=5,647 95% CI 1,45-21,986), intake of PUFA (OR= 1,862, 95% CI 0,5-6,935), aspects of emotional and verbal responsiveness (OR=7,52, 95% CI: 1,804-31,346) and fat intake (OR=0,204 CI 0,051-0,810). Mothers frequently consuming foods rich in omega-3 from fish has a chance 5,6 times get a baby with better cognitive development. Granting of stimulation in the form of hugs, kisses, attention, affection, and sensitive as well as the mother's responsiveness to the needs of the infant cognitive development increase gives the opportunity of baby 7.52 times. Based on the value measurement of the cut off point from consumption of foods rich in omega-3 from fish demonstrates that to get a baby with good cognitive development of pregnant and breastfeeding women should eat squid or fish the sea flat fish such as raja gantang fish, anchovy, pomfret fish, banyar fish, grouper fish, swallow fish, yellow tail fish, long jawed mackerel, snapper fish as much as 3-4 servings per week, or eating 1-2 servings per week of mussels crab, or shrimp, or crab or fatty fish such as mackerel, sardines, milk fish and fish cake. DHA intake is measured based on the baby's DHA fatty acids in breastmilk of 0.997 (95% CI: 0.515-1,479)% total fatty acids. The average DHA on red blood cell (RBC) baby was 6.845 (95% CI: 6.16-7,52)% total fatty acids. Keywords: DHA, PUFA, omega 3, fish/seafood, breast milk (ASI) , RBC, cognitive development of infants
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tafdlilul Arfan
Abstrak :
ABSTRAK
Asam Alfa Linolenat (ALA) dan Asam dokosaheksaenoat (DHA) merupakan asam lemak tidak jenuh ganda yang diperoleh dari proses pemanjangan dan desaturasi omega-3. Kandungan omega-3 salah satunya terdapat pada ikan kembung (Rastrelliger kanagurta). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kadar ALA dan DHA dalam minyak ikan kembung melalui metode pengepresan dan ekstraksi dengan pelarut. Penentuan kondisi optimum dan validasi metode analisis campuran ALA dan DHA dilakukan untuk mendapatkan metode yang valid untuk penetapan kadar ALA dan DHA pada minyak ikan kembung. Derivatisasi asam lemak dilakukan dengan metode esterifikasi Lepage menggunakan metanol-toluen 4:1(v/v) dan asetil klorida sebagai katalis. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas Shimadzu GC-17A dengan kolom DB-5 dan detektor ionisasi nyala pada suhu kolom 200°C dengan kenaikkan suhu 2°C/menit hingga 230°C (dipertahankan 20 menit). Suhu injektor 250°C, suhu detektor 250°C dan laju alir gas pembawa 1,00 mL/menit. Waktu retensi campuran ALA dan DHA berturut-turut sekitar 11,440 menit dan 22,337 menit dengan faktor ikutan 0,949 dan 1,006. Metode validasi campuran ALA dan DHA yang dilakukan memenuhi persyaratan dengan nilai r berturut-turut 0,99953 dan 0,99934. Kadar total ALA dan DHA pada minyak ikan kembung hasil pengepresan sebesar 0,39521% dan pada minyak hasil ekstraksi sebesar 0,33014%.
ABSTRACT
Alpha-linolenic acid (ALA) and Docosahexaenoic acid (DHA) is a polyunsaturated fatty acid formed by the elongation and desaturation of omega-3. The content of omega-3 were founded in mackerel fish (Rastrelliger kanagurta). This study aimed to obtain the levels of ALA and DHA in mackerel fish oil by pressing and extraction with solvents methods. Determining the optimum conditions and validation methods for a mixture of ALA and DHA were performed to obtain a valid method for determination of levels of ALA and DHA in mackerel fish oil. Derivatization were perfomed by esterification Lepage method using methanol-toluene 4:1(v/v) and acetyl chloride catalyst. The analysis using gas chromatography Shimadzu GC-17A with DB-5 column and flame ionization detector at the column temperature of 200°C with increase of 2°C/min up to 230°C (maintained for 20 minutes). Injector and detector temperature of 250°C with flow rate 1,00 mL/min. Retention time of ALA and DHA is 11,440 minutes and 22,337 minutes with Tf 0,949 and 1,006 respectively. The results of validation fulfilled acceptance criteria with r value of 0,99953 and 0,99934 respectively. Total levels of ALA and DHA on mackerel fish oil by pressing is 0,39521% and by extraction with solvents is 0,33014%.
2017
S65970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>