Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Dalam usaha menghasilkan keluaran yang memenuhi spesifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen, maka unit bisnis harus mampu menemukan lagged indicator, leading indicator dan sub-leading indicator dari bisnisnya. Semua indicator terkait tersebut lebih lanjut disusun menjadi fault tree ataupun task tree diagram. Agar model dapat dipakai sebagai alat pengendalian proses maka sebaiknya diagram terdahului dikembangkan menjadi fishbone diagram.
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (01) Januari 2003: 50-55, 2005
MUIN-XXXII-01-Jan2003-50
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Jumara
Abstrak :
Salah satu negara di dunia yang mengkhawatirkan permasalahan pencemaran laut akibat limbah plastik adalah Indonesia, dimana Indonesia merupakan negara penyumbang limbah plastik laut terbanyak kedua di dunia setelah Tiongkok. Penyebab dari permasalahan tersebut adalah kapasitas pengelolaan limbah Indonesia saat ini belum mampu menangani besarnya jumlah limbah yang dihasilkan. Produksi limbah plastik ini berpotensi terus mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya populasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pemerintah telah menyusun beberapa strategi untuk mengatasi hal tersebut, salah satu di antaranya adalah mendorong peralihan pendekatan pengelolaan limbah yang digunakan dari ekonomi linier menjadi ekonomi sirkular. Salah satu perusahaan yang turut berpartisipasi dalam pendekatan ini adalah PT Tridi Oasis yang merupakan sebuah perusahaan yang mendaur ulang botol plastik berbahan PET (polietilena tereftalat) menjadi bentuk serpihan. Untuk terus mendukung peningkatan daur ulang limbah di Indonesia dan mengembangkan bisnisnya, PT Tridi Oasis harus mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya saat ini, yaitu ketidaktercapaian hasil produksi terhadap target produksi yang telah ditetapkan, sehingga perusahaan perlu meningkatkan kinerja produksinya. Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan salah satu pengukuran kinerja yang dapat membantu perusahaan dalam memahami seberapa baik kinerja dari proses manufaktur dan mengidentifikasi hal apa yang menghalangi kenaikan efektivitas tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai OEE masih tergolong rendah, yaitu sebesar 4,30%, sehingga OEE belum memenuhi target perusahaan maupun standar kelas dunia. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kinerja produksi PT Tridi Oasis masih belum optimal karena ada kerugian (losses) yang terjadi selama proses produksi yang menyebabkan nilai OEE menjadi rendah. Kerugian yang paling berpengaruh terhadap kinerja produksi PT Tridi Oasis adalah speed losses sebesar 55,03% dan quality losses sebesar 32,18%. Selanjutnya, dilakukan identifikasi mode kegagalan pada kedua losses tersebut yang menghasilkan 5 mode kegagalan untuk speed losses dan 6 kegagalan untuk quality losses. Kemudian, ditentukan tindakan perbaikan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi setiap mode kegagalan. ......One of the countries in the world that is concerned about the problem of marine plastic debris is Indonesia, where Indonesia is the second-largest contributor to marine plastic debris in the world after China. The cause of this problem is that Indonesia's current waste management capacity is not able to handle the amount of waste generated. The production of plastic waste has the potential to continue to increase along with the increasing population and economic growth in Indonesia. The government has developed several strategies to overcome this issue, one of which is to encourage the shift of the waste management approach used from a linear economy to a circular economy. One of the companies participating in this approach is PT Tridi Oasis, a company that recycles plastic bottles made from PET (polyethylene terephthalate) into flakes. To continue to support the increase in waste recycling in Indonesia and to develop its business, PT Tridi Oasis must overcome the problem they currently face, namely the failure to achieve the production target that has been set, so the company needs to improve its production performance. Overall Equipment Effectiveness (OEE) is a performance measurement that can help a company understand how well the manufacturing process performs and identify what hinders the increase in effectiveness. Based on the calculation results, the OEE value is still relatively low, at 4.30%, so that OEE has not met the company's target or world-class standards. The results indicate that the production performance of PT Tridi Oasis is still not optimal because there are losses that occur during the production process which causes the OEE value to be low. The losses that affect the production performance of PT Tridi Oasis the most are speed losses of 55.03% and quality losses of 32.18%. Furthermore, the identification of failure modes for the two losses resulted in 5 failure modes for speed losses and 6 failures for quality losses. Then, the recommended actions that can be taken by the company to overcome each failure mode are planned.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qosandra Alfayuritresna
Abstrak :
ABSTRAK
Peningkatan konsumsi batu bara kalori sedang yang akan meningkat dari 86 juta ton menjadi 177 juta ton dalam 5 tahun akan menyebabkan potensi batu bara kalori rendah tidak bernilai. Peningkatan Nilai Tambah PNT batu bara kalori rendah diharapkan dapat memberikan nilai lebih terhadap pemanfaatan batu bara kalori rendah, tetapi hingga saat ini PNT belum dapat beroperasi komersial secara berkesinambungan. Penelitian ini mencoba mencari akar permasalahan tersebut menggunakan diagram tulang ikan pada metode Peningkatan Mutu Batu Bara atau Coal Upgrading Techology CUT yang meningkatkan nilai kalori batu bara dari 3800 kkal/kg menjadi 5800 kkal/kg GAR . Akar permasalahan terletak pada pembelian bahan baku CUT yang ditetapkan dengan indeks Harga Patokan Batu Bara HPBkt menghasilkan keutungan lebih kecil bagi pemilik tambang. Permasalahan tersebut diuji dengan menjadikan bisnis CUT menjadi 2 skenario dengan pemilik tambang sebagai pemilik aplikasi CUT dan perusahaan lain operatornya skenario A , dan pemilik tambang bukan pemilik atau operator CUT tetapi menjual batu bara bahan baku tanpa menggunakan indeks HPBkt skenario B . Skenario A menghasilkan Net Present Value NPV USD 10.895.317,17 dengan Internal Rate of Return IRR 34,51 dan masa pengembalian modal 3 tahun 1 bulan, laba usaha USD 24.26 / ton batu bara bagi pemilik tambang dan USD 14.31/ton bagi operator CUT. Skenario B menghasilkan NPV 13.963.051,55 dengan IRR 39,37 , dan masa pengembalian modal 2 tahun 8 bulan, laba usaha USD 7.38 / ton batu bara bagi pemilik tambang dan USD 31.19/ton bagi operator CUT. Penelitian menyarankan skenario A apabila pemilik tambang ingin memperoleh keuntungan lebih besar dengan investasi lebih besar, sedangkan skenario B lebih disarankan untuk perusahaan operator skala besar yang ingin memfokuskan keuntungan dari CUT.
ABSTRACT
An increase in medium rank coal consumption that will increase from 86 million tons to 177 million tons in 5 years will cause the potential of low rank coal less valuable. Low rank coal value enhancement is expected to provide more value to the utilization of low rank coal, but until now PNT has not been able to operate commercially on an ongoing basis. This research tries to find the root of the problem using fishbone diagram with Coal Upgrading Techology CUT method which increase the calorific value of coal from 3800 kcal kg to 5800 kcal kg GAR . The root of the problem lies in the purchase of raw materials CUT stipulated by the ldquo Harga Patokan Batu Bara untuk Keperluan Tertentu rdquo HPBkt that produces less profits for the low rank coal owner. The problem will be simulated by making the CUT business into 2 scenarios with the mine owner as the owner of the CUT application and the other company as a operator scenario A , and either the owner of the mine is not the owner or operator of CUT but selling raw coal without using HPBkt index scenario B . Scenario A generates Net Present Value NPV USD 10,895,317.17 with 34.51 Internal Rate of Return IRR and a payback period of 3 years 1 month, operating profit USD 24.26 ton low rank coal owners and USD 14.31 Ton for CUT operator. Scenario B produces NPV 13,963,051,55 with IRR 39.37 , and a payback period of 2 years 8 months, operating profit USD 7.38 ton coal for mine owner and USD 31.19 ton for operator CUT. Research suggests scenario A if the mine owner wants to earn greater profits with greater investment, while scenario B is preferable for large scale operators who want to focus on the benefits of CUT.
2017
T48224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Rogawa
Abstrak :
Standarisasi proses operasi dan standarisasi data (informasi) untuk mendukung implementasi sistem ERP (Enterprise Resource Planning) secara optimal menjadi isu utama dalam penelitian ini. Prosedur Master Data diaplikasikan pada semua master data yang berhubungan dengan SAP (Standard Application Program) system. Aktivitas persiapan data untuk proses input data pada implementasi SAP disebut sebagai Master Data Maintenance. Adanya kesalahan-kesalahan dalam pengisian form, dimana data input pada form sering salah, data tidak benar dan juga tidak akurat, membuat aktivitas master data maintenance terganggu. Dengan menggunakan pemetaan proses didapatkan proses aliran form yang sekarang dengan bantuan diagram alir, lalu mencari faktor penyebab terjadinya kesalahan dengan menggunakan diagram sebab-akibat. Selanjutnya, peneliti mencari tahu tingkat prosentase dari setiap faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut dimana pada umumnya 80% permasalahan yang ada disebabkan oleh 20% penyebab (80/20-Rule) dengan menggunakan diagram Pareto. Ketiga alat yang digunakan untuk pengukuran tersebut adalah bagian dari metode - 7 Tools of Quality - . Metode ini berguna untuk mencari dan memecahkan masalah pada kualitas. Alhasil, berdasarkan setiap faktor penyebab kesalahan yang ditemukan dari metode 7 alat kualitas tersebut, penelitian berlanjut pada tahap mengidentifikasi, mendeteksi dan mengetahui resiko-resiko yang dapat muncul akibat faktor penyebab kegagalan itu. Dengan menggunakan metode FMEA (Failure Modes and Effect Analyse), setiap nilai resiko faktor penyebab kegagalan diurutkan dan diberi nilai prioritas resiko, dimana urutan peringkat (rating) pertama menjadi hal utama yang harus diberikan perhatian lebih dibandingkan dengan urutan peringkat yang kedua. Dari Risk Priority &umber (RPN) tersebut dapat dijadikan sebagai rekomendasi tindakan, kebijakan maupun keputusan dalam mengambil langkah pencegahan kegagalan atau untuk mengatasi keadaan kritikal. Keberhasilan dan kegagalan implementasi ERP tidak tergantung pada kualitas hardware dan software dari implementasi sistem ERP, melainkan lebih pada pendidikan dan pelatihan. Keberhasilan akan diperoleh jika organisasi memberikan perhatian terhadap pelatihan dan pendidikan pada awal implementasi ERP. ......Standardize process and data in order to support implementation of ERP (Enterprise Resource Planning) system is the main issue in this research. Master Data Procedure is applicable for all master data, which are related to SAP (Standard Application Program) system. There are some problems of form failure that interrupt activity of master data maintenance. The form failure was caused by some factors that could led user to do a mistake in doing form filling task. Using 7 Tool's of Quality as a tools for tracing what the problem is, where the problem was located and why it could be happens. There are three kind of 7 Tool's of Quality that used in this research which are: 'flowchart diagram' is used in doing process mapping, 'fishbone diagram' is used to identify any factors of failure and 'Pareto diagram (80/20-Rule)' in order to get level percentages of each failure factors which 80% of problems is caused by 20% of cause. After that, this research focuses on the risk of any failure factors. By using FMEA (Failure Modes and Effect Analyse) to get the Risk Priority Numbers (RPN), which help in getting any recommend solution to avoid and control each of failure factors that affecting any possibilities to do a mistake in filling form by user, as the result, the activity of master data maintenance will be disturbance. Where as, the highest rank of RPN indicated the highest risk that could occur in the future. Therefore, it should have become the main focus of attention in highest priority than the second highest rank. Finally, the key success of ERP system implementation is not on the quality of hardware and software but focus and pays more attention on education and training program from the very beginning of implementation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51833
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library