Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Husna Jaya
"Skripsi ini mencoba menjelaskan mengenai variasi fonologis dan leksikal bahasa Minangkabau di Kota Padang melalui kajian dialektologi. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan metode pupuan lapangan, yaitu dengan mendatangi informan dan merekamnya. Selain itu, dalam pengolahan data, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk melalukan penghitungan dialektometri, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan peta dan temuan-temuan yang diperoleh. Penelitian ini dilakukan di Kota Padang dengan 22 titik pengamatan yang dipilih sebanyak dua kelurahan di tiap-tiap kecamatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya ada satu bahasa di Kota Padang dengan satu titik pengamatan yang mempunyai kekhasan secara fonologis.

This thesis tries to explain the phonological and lexical variations of the Minangkabau language in Padang City through the study of dialectology. This research is a field research using field pupil method, that is by going to the informant and recording it. In addition, in data processing, this research uses quantitative and qualitative methods. Quantitative methods are used to pass dialectometric calculations, while qualitative methods are used to explain the maps and findings obtained. This research was conducted in Padang City with 22 points of observation selected by two sub districts in each sub district. The results of this study indicate that there is only one language in Padang City with a single point of observation that has a phonological uniqueness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajatrohaedi, 1939-2006
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983
417.2 AYA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Multamia Retno Mayekti Tawangsih
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fautngil, Christ
"ABSTRAK
Penelitian ini memiliki dua tujuan pokok, yaitu pemetaan dan sebaran unsur-unsur leksikal bahasa-bahasa daerah di Lima wilayah kecamatan Kotamadya Jayapura dan sekitarnya. Pendekatan yang digunakan ialah perhitungan jarak kosa kata yang dikemukakan Seguy dengan persentase yang disarankan Guitar. Perhitungan ini diperkuat pula dengan penarikan garis-garis isoglos sebagaimana digunakan oleh Chambers & Trudgill. Interpretasi dipakai unsur-unsur bahasa, yaitu gejala-gejala kebahasaan, baik fonologis maupun morfologis dan latar belakang sejarah, geografi, dan sosial budaya.
Hasil yang diperoleh antara lain (1) terdapat tujuh bahasa dalam lima wilayah kecamatan itu, (2) terdapat saling pengaruh antara bahasa-bahasa itu, (3) bahasa-bahasa yang ada sekarang ini merupakan hasil asimilasi dan hasil perkembangan bahasa-bahasa pada masa lalu. Dalam kaitan dengan tujuh bahasa itu, penelitian terdahulu menyatakan bahwa antara Kayu Pulau dan Tobati merupakan bahasa tersendiri, demikian halnya Kemtuk di Sabron dan Moi di Dosai-Hasil perhitungan jarak kosa kata dalam penelitian ini hanya sebesar 511 untuk Sabron-Dosai dan 54% untuk Kayu Pulau-Tobati.
Terdapatnya rumpun bahasa Austronesia di Teluk Yos Sudarso, menurut penelitian terdahulu (yakni Orru, Kayu Pulau, dan Tobati), diasumsikan sebagai akibat pengaruh yang kuat dari sebelah barat, yakni pengaruh Ternate-Tidore melalui Raja Ampat dan Biak. Dengan pengaruh-pengaruh kuat tersebut, bahasa-bahasa di teluk itu yang dulunya diperkirakan serumpun dengan bahasa-bahasa di batik gunung Dobonsolo (yakni bahasa-bahasa Irian), akhirnya didominasi oleh rumpun Austronesia.
Sebaran penduduk berdasarkan sejarah dimulai dari bagian timur, selatan, dan barat- Sebaran tersebut diperkirakan dalam dua tahapan besar, yakni kelompok timur, selatan, dan barat (dekat --> Demta) merupakan kelompok pertama dan kelompok yang datang dari daerah barat dan jaLinan kembali hubungan timur-barat seperti dikemukakan di atas sebagai kelompok kedua. Hubungan timur dan barat yang dekat masih berjalan terus hingga sekarang.

ABSTRACT
This study has two main objectives: the mapping and distribution of lexical elements in five districts in Jayapura and the neighboring areas. This study used the technique created by Seguy for counting word distance, and word percentage created by Guiter (dialectometry). The dialectometry is also supported by techniques for drawing isglossis as used by Chambers and Trudgill. The interpretation of the results was based on linguistic phenomena both phonologically and morphologically, as well as and historical, geographical, and socio-cultural background.
The results of the study are: (1) there are seven languages in the five districts, (2) there are linguistic influences among these languages, (3) the existing languages now are the results of the distribution of languages and the migration of the people in the past. In relation to seven languages, earlier studies claimed that the languages in Kayu Pulau and Tobati are separate languages and so are the Kemtuk language in Sabron and the Moi language in Dosai- The calculation and percentage of dialectometry is 51% for Sabron-Dosai and 64% for Kayu Pulau-Tobati.
The languages in the Yos Sudarso Bay, that is, the Ormu language, the Kayu Pulau Language, and the Tobati language, according to earlier studies, belong to the Austronesian group because of the influences from western languages, like the Ternate-Tidore languages, which came through the Raja Ampat and Biak. Because of these strong influences, these languages around the bay, which were once the same group as those at the other side of Mount Dobonsolo namely the Papuan Languages, then changed to belong to the Austronesian group.
The migration of people, according to history, began from the east, the south, and the west- This migration is thought to occur twice: the first group which is called the east, south, west group (Demta); the second group migration from the west and east as described above. The contact between east and west still exists today.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T 1857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djantera Kawi
"Dialektologi sebagai bagian dari linguistik historis komparatif, sejak kebangkitannya pada tahun 1876, yang disemarakkan oleh munculnya DSA (Deutscher Sprachatlas) oleh George Wenker pada tahun-tahun berikutnya telah memberi angin baru atau memperkaya pandangan para ahli bahasa dalam telaah kebahasaan. Bahkan kemudian pengingkaran atas hukum-bunyitanpa-kecuali (Ausnahmslosigkeit der Lautaesetze), yaitu pandangan kebahasaan yang dianut oleh kelompok yang menamakan dirinya Neogrammarians (Junggrammatiker) dengan tokoh-tokoh seperti Brugmann, Osthoff dan Leskien.
Sejak itu perhatian pada bidang dialektologi yang juga dikenal sebagai geografi bahasa atau dialek semakin meningkat; dan hal ini ditandai antara lain dengan munculnya karya besar Gillieron yaitu ALF (Atlas Linguistique de la France) dengan suatu modifikasi dalam hal metodologinya apabila dibandingkan dengan DSA-nya Wenker. Ferdinand de Saussure, pelopor linguistik struktural yang membuat pembedaan bahasa ke dalam apa yang dinamakan langue (bahasa sebagai sistem tanda) dan parole (pemakaian bahasa atau ujaran) menyebut data DSA sebagai langue dan ALF sebagai parole (Moulton, 1972: 199).
Dalam kontras dengan linguistik historis komparatif, dialektologi dianggap sebagai telaah variasi bahasa pada dimensi (matra) lain dari dimensi waktu. Dialektologi berkenaan dengan dimensi yang berhubungan dengan ruang dan jarak geografis.
Bahasa yang dipakai pada wilayah yang luas sering diucapkan agak berbeda atau sangat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Perbedaan tersebut mungkin berkenaan dengan fonologi, leksikon dan gramatika. Variasi geografis ini sesungguhnya sudah lama menjadi perhatian para ahli kebahasaan. Oleh karena itu dalam menerapkan hukum bunyi tersebut, para pemuka Junggrammatiker mengatakan bahwa hukum-hukum itu berlaku dalam batas-batas tertentu. Bila ada penyimpangan maka penyimpangan itu akan dirumuskan kembali dalam hukum tertentu yang lain. Bila tidak dapat dijelaskan maka hal itu merupakan akibat dari analogi. Hal ini ditopang oleh penemuan K. Verner dalam tahun 1876, yang kemudian terkenal dengan nama Hukum-Verner. Rumusan Hukum Verner tersebut berbunyi sebagai berikut: 'Frikatif tak bersuara bahasa German akan berubah menjadi frikatif bersuara dalam lingkungan bersuara bila aksen utamanya tidak terdapat pada vokal sebelumnya dalam bahasa Proto Indo-Eropa' (Keraf, 1984. 43).
Di samping itu yang penting dicatat sebagai dampak dari telaah geografi dialek ialah bahwa bahasa-bahasa lokal dengan kebervariasian dan keberbedaannya yang besar mampu menyajikan data yang sangat luas yang berperan sebagai sebuah laboratorium yang dapat dimanfaatkan oleh para ahli bahasa dengan segala ancangan teori telaahnya (Moulton, 1972: 217).
Dari sejarah perkembangan dialektologi, sejak kebangkitannya, pada pertengahan abad ke-19 di Eropah hingg sekarang, tampak bahwa baik dialektologi itu sendiri (juga linguistik historis komparatif sebagai induknya) maupun linguistik umum telah berkembang dengan pesat dan saling menopang. Dengan berkembangnya linguistik struktural yang rumusan-rumusannya didasarkan pada berbagai data lapangan yang sangat bervariasi, maka berkembang pula dialektologi struktural sebagai implikasi dari penerapan teori-teori struktural dalam telaah dialektologi. Begitu pula dalam perkembangan selanjutnya dalam hal penerapan teori generatif dan sosilinguistik.
Apabila dalam sejarah perkembangan linguistik di Eropah, dialektologi--melalui peta-peta--menyajikan segala macam gejala fonologi, leksikal dan gramatikal yang sangat berharga untuk telaah linguistik, maka telaah dialektologi atas bahasa-bahasa Indonesia tentu akan bermanfaat pula bagi para ahli bahasa di Indonesia dan perkembangan linguistik di Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
D00165
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajatrohaedi, 1939-2006
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003
417.2 AYA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ajatrohaedi, 1939-2006
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979
408.7 AYA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ajatrohaedi, 1939-2006
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979
417.2 AYA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Multamia Retno Mayekti Tawangsih
"Penelitian Dialektologi pada berbagai bahasa daerah sudah berjalan selama 50 tahun di Indonesia. Reevaluasi terhadap konsep pemilah bahasa dan dialek untuk bahasa Nusantara perlu dilakukan. Berdasarkan kajian terhadap 129 penelitian dialektologi di seluruh Indonesia, terlihat adanya kecenderungan yang tinggi untuk menggunakan isoglos dibandingkan dialektometri maupun mata rantai pemahaman. Konsep pemilah berdasarkan mata rantai pemahaman, isoglos, maupun dialektometri tetap dapat digunakan untuk bahasa-bahasa nusantara. Dengan catatan, perlu modifikasi atau penyesuaian agar sesuai dengan situasi dan kondisi kebahasaan yang multilingual di Indonesia. Modifikasi untuk mata rantai pemahaman terutama untuk teknik pengujian, penentuan titik-uji serta titik-acuan, dan pemilihan teks. Modifikasi untuk isoglos terfokus pada penentuan kriteria derajat kemiripan bunyi dan kriteria pembuatan berkas isoglos. Modifikasi untuk dialektometri berkonsentrasi pada persentase pemilahan bahasa dan dialek.

Even today, there is disagreement among experts over how many languages and dialects there are in Indonesia. The methodological tools for classifying languages consist of mapping isoglosses, dialectometry, and measures of mutual intelligibility. The present article surveys the methodology used in N = 129 researches performed over the last 50 years and finds that researchers based their conclusions about languages and dialects predominantly on isoglosses while dialectometry and mutual intelligibility were much less used. It is also suggested that these three research methods be reevaluated in the light of the multilingual situation in Indonesia. We could possibly get better results with the isogloss method if we reconsidered the criteria for degree of sound similarity and the criteria for bundling isoglosses. For dialectometry, we should consider modifying the current percentages used to distinguish language-dialect divisions. For establishing mutual intelligibility, the factors that could be reassessed include techniques of testing, the procedures for choosing test-points and reference-points, and the criteria for choosing valid texts for testing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fian Sulyana
"Skripsi ini membahas persebaran dan variasi bahasa Sunda di Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pupuan lapangan serta dengan teknik wawancara terstruktur terhadap lima belas informan di lima belas titik pengamatan yang telah ditentukan. Data yang diolah didasarkan pada penghitungan dialektrometri dan berkas isoglos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situasi kebahasaan di Kota Bandung tidak menunjukkan perbedaan bahasa ataupun dialek, melainkan hanya perbedaan subdialek. Sikap positif akan bahasa Sunda dalam masyarakatnya perlu ditingkatkan untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan Sunda, termasuk bahasa.

This thesis discusses about the distribution and variation of Sundanese language in The City of Bandung. The data was collected by using the survey method done on the field along with structural interview technique to fifteen informants in fifteen predetermined observation points. The data was processed based on the counting of dialectrometry and the isoglos files. The survey results show that the language situations in The City of Bandung do not show the language differences nor dialect, on the other hand they just show the difference of pronounciations. The positive manner in using Sundanese language among its citizens should be improved to maintain and develop all Sundanese cultures, especially language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1756
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>