Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henrich, William L.
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2009
617.461 PRI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Czaczkes, J.W.
New York: Bruner Mozer, 1978
617.461 059 CZA c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York : Massen, 1981
617.461 059 CAP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gutch, C.F.
St. Louis: Mosby , 1999
617.461 059 GUT r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
St. Louis: Elsevier , 2005
617.461 059 REV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Caesario
"ABSTRAK
Latar belakang : Dialisis peritoneal (DP) merupakan modalitas terapi pengganti ginjal utama pada pasien bayi yang menjalani operasi jantung kongenital. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi DP pascaoperasi serta menilai pengaruh karakteristik lama penggunaan mesin pintas jantung paru, kompleksitas operasi, usia, dan berat badan terhadap kejadian dialisis peritoneal pascaoperasi pada pasien bayi yang menjalani operasi jantung kongenital dengan mesin pintas jantung paru.
Metode : Dilakukan suatu studi cross sectional pada pasien bayi yang menjalani operasi koreksi penyakit jantung kongenital di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita dalam periode 1 Januari hingga 31 Desember 2018. Analisis statistik dilakukan pada faktor lama penggunaan mesin pintas jantung paru, kompleksitas operasi menurut kategori Risk Adjustment for Congenital Heart Surgery, usia, dan berat badan untuk menilai pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kejadian DP pascaoperasi.
Hasil : Sebanyak 181 pasien dilibatkan sebagai sampel penelitian. DP pascaoperasi dilakukan pada 13 (7,2%) pasien. Kelompok pasien yang menjalani DP memiliki median lama penggunaan mesin pintas jantung paru yang lebih tinggi (155 (44 - 213) vs 95,5 (13 - 279) menit; p = 0,008), rerata usia yang lebih muda (53 ± 54,79 vs 162 ± 88,59 hari; p < 0,001), serta median berat badan yang lebih rendah (3,6 (2,8 -4,5) vs 4,65 (2,6 - 11) kg; p < 0,001). Sebaran kompleksitas operasi antar kelompok yang tidak dilakukan DP dan kelompok yang dilakukan DP tidak berbeda bermakna (p = 0,11). hanya faktor lama penggunaan mesin pintas jantung paru > 90 menit yang secara bermakna memengaruhi kejadian DP (rasio odds 5,244 (1,128 - 24,382); p 0,02).
Simpulan : Prevalensi DP pascaoperasi adalah 7,2 %. Kelompok pasien yang menjalani DP pascaoperasi memiliki usia yang lebih muda, berat badan yang lebih rendah, dan lama penggunaan mesin pintas jantung paru yang lebih lama dibanding kelompok pasien yang tidak menjalani DP pascaoperasi. Penggunaan mesin pintas jantung paru > 90 menit memengaruhi kejadian DP pascaoperasi secara bermakna.

ABSTRACT
Introduction: Peritoneal dialysis (PD) is the method of choice for renal replacement therapy in babies underwent congenital heart surgery. This study aimed to asses the prevalence of postoperative PD and to examine the influence of cardiopulmonary bypasss (CPB) time, surgical complexity, age, and body weight to the occurence of postoperative PD among babies underwent congenital heart surgery with CPB.
Method: a cross sectional study was done on babies underwent congenital heart surgery in National Cardiovascular Center Harapan Kita from January 1st until December 31st 2018. Statistical analysis was done to CPB time, surgical complexity as classified according to Risk Adjusment for Congenital Heart Surgery categories, age, and body weight in order to asses the influence of those factors to the occurence of postoperative PD.
Results: one hundred and eighty one patients were included in the study. Postoperative PD was done in 13 (7,2%) patients. Postoperative PD group showed longer median CPB time (155 (44 - 213) vs 95,5 (13 - 279) minutes; p = 0,008), younger mean age (53 ± 54,79 vs 162 ± 88,59 days; p < 0,001), and lower median body weight (3,6 (2,8 -4,5) vs 4,65 (2,6 - 11) kg; p < 0,001). Distribution of surgical complexity between postoperative PD group and no postoperative PD group was not differ significantly (p = 0,11). Only CPB time > 90 minutes that significantly affect the occurence of postoperative PD (odds ratio 5,244 (1,128 - 24,382); p 0,02).
Conclusion: The prevalenve of postoperative PD was 7,2%. Patients underwent postoperative PD tend to be younger, had lower body weight, and had longer CPB time compared to those who did not underwent postoperative PD. CPB time > 90 minutes significantly affect the occurence of postoperative CPB."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Hani Susilo
"Latar Belakang dan tujuan: penyakit ginjal stadium akhir (End Stage Renal Disease/ESRD) prevalensinya meningkat secara signifikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pada penyakit ginjal kronik dan ESRD mudah sekali terjadi asidosis metabolik, guna mencegahnya diberikan suplemen NaHCO3 oral atau hemodialisis. Sebagian klinisi tetap memberikan suplementasi NaHCO3 oral pada pasien ESRD yang sudah menjalani hemodialisis rutin, namun sebagian lagi tidak. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi apakah masih diperlukan suplementasi NaHCO3 oral pada pasien yang sudah menjalani hemodialisis rutin dua kali seminggu.
Metode: Penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang dilakukan di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta pada Desember 2019 hingga Februari 2020. Sampel secara konsekutif dipilih dari pasien dengan hemodialisis rutin 2 kali per minggu minimal 3 bulan dan tidak dalam kondisi hemodinamik yang tidak stabil; 30 orang yang mendapat suplementasi NaHCO3 oral dan 30 orang yang tidak. Sampel darah vena pre dialisis diambil untuk pemeriksaan analisis gas darah guna mengukur kadar HCO3.
Hasil: Rerata lama HD per kali tindakan pada kelompok tanpa suplementasi (4 jam 14 menit), dan kelompok dengan suplementasi NaHCO3 (4 jam 26 menit) tidak berbeda signifikan ( p =0.051 , CI= -0,4006 - 0,0006). Proporsi pasien ESRD dengan hemodialisis rutin tanpa suplementasi NaHCO3 oral yang mencapai kadar HCO3 pre dialisis dalam rentang normal adalah 26,7%, sedangkan yang mendapat suplementasi NaHCO3 Toral proporsinya secara signifikan lebih tinggi yaitu 53,3% (p=0,035, PR= 1,57; IK=1,013-2,438).

Background and aim: the prevalence of end-stage renal disease (ESRD) has increased significantly worldwide, including in Indonesia. In chronic kidney disease and ESRD metabolic acidosis is very easy to occur, to prevent it given oral NaHCO3 supplements or hemodialysis. Some clinicians continue to provide oral NaHCO3 supplementation to ESRD patients who are already undergoing routine hemodialysis, but some do not. This study aims to evaluate whether oral NaHCO3 supplementation is still necessary in patients who have undergone routine hemodialysis twice a week.
Methods: An analytic observational study with cross-sectional design was carried out in the Hemodialysis Unit of Pertamina Central Hospital Jakarta from December 2019 to February 2020. Samples were consecutively selected from patients with routine hemodialysis twice per week for at least 3 months and were not in a hemodynamically unstable condition; 30 people who received oral NaHCO3 supplementation and 30 people who did not. Pre-dialysis venous blood samples were taken for blood gas analysis to measure HCO3 levels.
Results: The mean length of HD per action in the group without supplementation (4 hours 14 minutes), and the group with NaHCO3 supplementation (4 hours 26 minutes) was not significantly different (p = 0.051, CI = -0.4006 - 0.0006). The proportion of ESRD patients with routine hemodialysis without oral NaHCO3 supplementation who achieved pre-dialysis HCO3 levels in the normal range was 26.7%, while those who received oral NaHCO3 supplementation were significantly higher at 53.3% (p = 0.035, PR = 1, 57; IK = 1,013-2,438).
Conclusion: In ESRD patients with routine HD 2 times per week (8 hours / week, HCO3 supplementation is still needed to maintain predialysis HCO3 levels within the normal range.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuswinda Kusumawardhani
"Disfungsi seksual merupakan salah satu komplikasi dari penyakit gagal ginjal terminal. Pada pria yang menjalani CAPD, masalah pemenuhan kebutuhan seksual dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor paling dominan yang mempengaruhi disfungsi seksual pria yang menjalani CAPD. Desain penelitian ini adalah analisis cross sectional dengan jumlah sampel 70 pria CAPD melalui teknik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara usia (p=0,024), ureum (p=0,018), dan albumin (p=0,001) dengan kejadian disfungsi seksual. Faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah albumin, dimana pasien yang memiliki kadar albumin < 3,5 g/dL berisiko untuk mengalami disfungsi seksual 9,3 kali lebih besar dibandingkan pasien dengan kadar albumin 3,5-5 g/dL setelah dikontrol oleh variabel usia. Rekomendasi dari penelitian ini adalah asupan protein sebanyak 1,2-1,5 g/kg berat badan setiap hari dengan setidaknya 60% berupa protein dengan nilai biologis tinggi serta evaluasi kemampuan perawatan dan penggantian CAPD di rumah.

Sexual dysfunction is a complication of terminal kidney failure. The problem of fulfilling sexual needs in men undergoing CAPD is influenced by many factors. This study aimed to find out the most dominant factor affecting man sexual dysfunction who undergo CAPD. The design of this study was cross sectional analysis with a sampel of 70 CAPD man using purposive sampling technique. The results showed there was a relationship between age (p=0,0024), urea (p=0,018), and albumin (p=0,001) with the incidence of sexual dysfunction. The most dominant factor affecting is albumin, where patients who have albumin levels < 3.5 g/dL are at risk of experiencing sexual dysfunction 9.3 times greater than patients with albumin levels 3.5-5 g/dL after being controlled by age variables. The recommendation of this study are protein intake of 1.2-1.5 g/kg body weight with at least 60% of protein with high bological value and evaluation of the ability of care and replacement of CAPD at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>