Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Abstrak :
Modifikasi pati singkong dikembangkan untuk meningkatkan
pemanfaatan pati sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Sistem matriks
hidrofilik dirancang untuk mengurangi frekuensi pemberian obat dan
meningkatkan kepatuhan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menyelidiki kemampuan pregelatinasi pati singkong propioinat sebagai
matriks hidrofilik dalam mengendalikan pelepasan obat. Pregelatinasi pati
singkong propionat dibuat dengan mereaksikan pregelatinasi pati singkong
dengan asam propionat. Matriks-matriks tablet dibentuk dengan PPSP
sebagai matriks tunggal dan juga dilakukan kombinasi dengan pembentuk
matriks hidrofilik lainnya seperti HPC, HPMC, dan natrium alginat.Tablet di
dipersiapkan dengan metode cetak langsung untuk tiga formula pertama, dan
metode granulasi basah untuk tiga formula terakhir. Uji disolusi dilakukan
mengunakan alat tipe II dengan kecepatan pengadukan 50 rpm, selama
delapan jam dalam medium dapar fosfat pH 7,0. Hasilnya menunjukkan
hanya PPSP yang dikombinasi dengan matriks lain yang dapat menahan laju
pelepasan obat selama delapan jam. PPSP yang digunakan sebagai matriks
tungggal, memiliki kemampuan yang buruk dalam mengendalikan pelepasan
obat.
Universitas Indonesia, 2007
S33008
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan sediaan
mengapung dari kombinasi kitosan, gelatin ikan nila dan beberapa derivat
selulosa, seperti etil selulosa, metil selulosa dan CMC-Na, serta
mengevaluasi mutu dan profil pelepasan obat dari sediaan tersebut. Pada
penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan
menggunakan diltiazem HCl sebagai model obat. Formulasi tablet
mengapung dibuat dengan mengubah komposisi kitosan, gelatin ikan nila
dan derivat selulosa. Daya mengembang dan keterapungan tablet
mengapung dievaluasi. Pelepasan obat dari tablet mengapung diteliti dan
dianalisa dengan menggunakan beberapa model persamaan kinetika. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa formula yang mengandung gelatin ikan nila
dan etil selulosa dengan perbandingan 1:18 merupakan formula yang terbaik
dengan daya mengembang sebesar 16,4% dan waktu mengapung 61 menit.
Formula tersebut juga menunjukkan profil pelepasan obat yang terkendali
dan mendekati model kinetika Higuchi serta mekanisme difusi Fickian.
Universitas Indonesia, 2007
S32624
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tri Sukma Inggit D.F.
Abstrak :
Penggunaan polimer yang biodegradable dan biocompatible sebagai penghantar obat, memberikan banyak keuntungan. PLGA merupakan kopolimer asam laktat dan asam glikolat, yang memiliki sifat biodegradable dan biocompatible. Pada penelitian ini dilakukan studi pendahuluan pembuatan mikrokapsul diltiazem hidroklorida dengan penyalut PLGA menggunakan metode penguapan pelarut. Etil selulosa digunakan sebagai pembanding. Mikrokapsul diltiazem hidroklorida dibuat dengan perbandingan obat-polimer 1:1, 1:2, dan 1:3. Mikrokapsul kemudian dievaluasi dengan analisis bentuk dan morfologi menggunakan SEM, kandungan obat dan uji disolusi. Uji disolusi secara in vitro dilakukan dengan menggunakan alat tipe I (keranjang) dengan medium asam klorida 0,1 N dan dapar fosfat pH 6,8. Sampel dianalisis secara spektrofotometri.
Hasil penelitian menunjukkan pembuatan mikrokapsul salut PLGA belum optimal. Secara fisik, mikrokapsul salut PLGA menunjukkan hasil yang lebih halus dibandingkan etil selulosa. Selain itu, didapatkan bahwa jumlah polimer mempengaruhi laju pelepasan diltiazem hidroklorida dari mikrokapsul, di mana penghambatan pelepasan obat yang terbesar diperoleh pada perbandingan obat-polimer = 1:3.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32631
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Zahra Meilia Nisa
Abstrak :
Di Australia, Eropa dan Amerika Serikat, pembawa suspensi untuk pembuatan obat racikan yang diberikan secara oral telah beredar di pasaran dan dikenal dengan nama dagang Ora-Plus. Namun, sediaan Ora-Plus ini belum beredar di Indonesia sehingga perlu dibuat formulasi pembawa sediaan suspensi untuk pembuatan obat racikan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula pembawa sediaan suspensi yang stabil secara fisik dan kimia setelah penambahan zat aktif berupa tablet diltiazem hidroklorida sebagai model obat. Uji stabilitas dilakukan selama 30 hari pada formula pembawa suspensi terpilih, yaitu formula A dan E. Uji stabilitas fisik dilakukan pada suhu kamar dengan pengujian terhadap bau, warna serta pH sediaan. Hasil menunjukkan bahwa suspensi oral diltiazem hidroklorida berwarna putih dan memiliki bau seperti obat, serta pH yang dihasilkan mengalami penurunan yang tidak terlalu jauh selama masa penyimpanan. Uji stabilitas kimia dilakukan pada dua kondisi yang berbeda, yaitu suhu kamar dan suhu 4±2ºC untuk selanjutnya dilakukan penetapan kadar menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kadar suspensi oral diltiazem hidroklorida mengalami kenaikan dan penurunan selama masa penyimpanan sehingga dapat dikatakan bahwa suspensi oral diltiazem hidroklorida stabil secara fisik namun tidak stabil secara kimia. ...... In Australia, Europe and the United States, suspending vehicle which is made by the manufactures for extemporaneous compounding in oral medications are known under the Ora-Plus trade name. However, Ora-Plus has not distributed in Indonesia, therefore a suspending vehicle formulation for extemporaneous oral liquid compounding should be formulated. The objective of this research was to obtain the optimum concentration of suspending vehicle and to obtain a physically and chemically stable formulation of diltiazem hydrochloride suspension. Stability test of suspension had been carried out for 30 days in the selected suspending vehicle formulas (Formula A and E). Physical stability test was performed at room temperature and physical properties (odor and color) and pH of suspension was evaluated. The results showed that the oral suspension of diltiazem hydrochloride possessed white and drug-like odor, and the resulting pH decreased less significantly during storage. Chemical stability test was carried out in two different conditions, at room temperature and at 4±2ºC for chemical stability test in suspension using spectrophotometer UV-Vis. Concentration of diltiazem hydrochloride in the oral suspension showed fluctuation during storage period. Based on those results, it can be concluded that the oral suspension of diltiazem hydrochloride was physically stable but not chemically stable during the storage period.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69334
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library