Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atika Suri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dianggap Opinion Leaders Ahli Kesehatan sebagai disinformasi dan apa yang dilakukan untuk melawan Disinformasi online COVID-19 di masa PPKM Darurat I. Konsep Opinion Leaders di media sosial dan konsep Melawan Disinformasi pada masa pandemi menjadi pisau analisis penelitian ini. Untuk mengamati komunikasi dan budaya online di media sosial, penelitian ini menggunakan metode Netnografi dan menjaring enam Opinion Leaders sebagai subyek penelitian melalui unggahan mereka di media sosial Twitter. Perlawanan terhadap disinformasi dilakukan Ahli Kesehatan dalam 6 tema besar, yakni: percaya COVID-19 bukan flu biasa, dokter tidak mengambil untung dari COVID-19, Jalankan Protokol Efektif, Gunakan obat rekomendasi medis, bijak memilih pengobatan dan segera vaksin. Narasi konsultasi dokter-pasien memperkuat posisi mereka dalam menyampaikan rekomendasi, termasuk mampu melengkapinya dengan data di lapangan, jurnal dan referensi ilmiah terkini. Sebagai ahli kesehatan mereka juga mampu mengawal dan mengkritisi kebijakan pemerintah agar sesuai dengan rekomendasi sains. Meski begitu  metode pengobatan COVID-19 yang cepat berubah, menjebak mereka dalam debat terbuka sesama ahli kesehatan yang justru memperbesar infodemi dan berpotensi disinformasi baru. Teknologi digital memungkinan informasi  datang dari berbagai arah, merubah konsep komunikasi Opinion Leaders Ahli Kesehatan yang awalnya mengacu pada teori two way step menjadi multi steps. ......This study aims to find out what Opinion Leaders consider as online disinformation and what they have been done to fight COVID-19 disinformation during the enforcement of Social Restrictions (PPKM Darurat) I. The concept of Opinion Leaders in social media and Combating Disinformation during a pandemic is the key analytical method of this research. To observe online communication and culture on social media, this research uses the Netnographic method to capture six Opinion Leaders as the subjects through their postings on  Twitter. There are 6 major postings themes: COVID-19 exists, doctors do not gain profit from COVID-19, Effective Protocols Implementation, Medically recommended drugs usage, choosing of treatment wisely and get vaccinated immediately. The narrative angle of doctor-patient consultation has strengthen their position in relaying recommendation, including providing the latest supplementary field data, scientific journals, and academic reference. Their presence has also been able to observe and criticize government policies that are not suitable with scientific recommendations. Even so, the fast changing COVID-19 treatment methods has trapped them into a debate against each other which then amplified the infodemic and has the potential to generate new disinformation. Through digital technology, information could come from various directions, changing the communication concept of Opinion Leaders which initially referred to the two way step to multi steps theory.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Rahmawati
Abstrak :
Ketahanan nasional suatu bangsa tidak pernah lepas dari segala bentuk ancaman yang memerlukan penanganan yang tepat. Di masa pandemi Covid-19, yang menjadi tantang besar tidak hanya Covid-19 melainkan juga sebaran disinformasi terkait Covid-19 yang disebut sebagai disinfordemik. Penyebaran disinformasi terkait vaksin Covid-19 yang masif di media sosial, seperti Twitter, jika tidak cepat segera ditangani, maka akan menjadi kendala dalam upaya pemerintah menanganggulangi pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk memahami fenomena dengan menganalisis gejala dan interaksi sosial yang kompleks yang sedang terjadi. Sedangkan untuk menganalisis data penelitian ini menggunakan analisis isi. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu laporan Isu Hoax terkait Vaksin Covid-19 periode Oktober 2021-Desember 2021. Hasil penelitian ini, menemukan tiga hal, yakni pertama, disinformasi yang tersebar di Twitter dapat di kelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni rekayasa digital, otoritas medis terkait efek vaksin dan kandungan vaksin, dan otoritas non medis terkait efek vaksin. Sedangkan untuk kategori teknik propaganda, disinformasi di Twitter dapat di kelompokkan ke dalam tiga teknik propaganda, yaitu teknik transfer, teknik testimoni, dan teknik name-calling. Kedua, secara umum akar permasalahan masifnya penyebaran disinformasi di media sosial adalah kelemahan kognitif. Ketiga, penyebaran disinformasi yang masif di media sosial menjadi indikator ancaman ketahanan informasi. ......The national resilience of a nation can never be separated from all forms of threats that require proper handling. During the Covid-19 pandemic, the big challenge is not only Covid-19 but also the spread of disinformation related to Covid-19 which is known as disinfordemic. The massive spread of disinformation related to the Covid-19 vaccine on social media, such as Twitter, if not handled quickly, will become an obstacle in the government's efforts to tackle the Covid-19 pandemic. This study uses a qualitative descriptive method to understand the phenomenon by analyzing the symptoms and complex social interactions that are happening. Meanwhile, to analyze the research data using content analysis. This study uses secondary data, namely reports on Hoax Issues related to the Covid-19 Vaccine for the period October 2021-December 2021. This study found three things: first, disinformation spread on Twitter can be grouped into three categories: digital engineering, medical authorities regarding the effects of vaccines and vaccine contents, and non-medical authorities regarding the effects of vaccines. As for the category of propaganda techniques, disinformation on Twitter can be grouped into three propaganda techniques: transfer, testimonial, and name-calling. Second, in general, cognitive weakness is the root cause of the massive spread of disinformation on social media. Third, the massive spread of disinformation on social media is an indicator of the threat to information security.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library