Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Crystal Gayle Paduli
"Latar Belakang : Penyakit dekompresi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya peningkatan biomarker inflamasi. Adanya Nitrox-2 diharapkan dapat mengurangi insiden DCS pada penyelaman, namun terdapat berbagai kontroversi mengenai pemakaian Nitrox-2 dikaitkan dengan peningkatan stress oksidatif yang lebih tinggi. Pengaruh Nitrox-2 terhadap biomaker inflamasi belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efek Nitrox-2 sebagai media nafas dibandingkan dengan Udara terhadap kadar TNF- ? ? ? pada penyelaman tunggal dekompresi.
Metode : Penelitian ini merupakan true experimental dengan desain double-blind pada 36 penyelam pria terlatih yang dibagi menjadi dua kelompok dengan randomisasi blok, dimana kelompok Udara sebagai kontrol memakai Udara kompresi dan kelompok Nitrox-2 sebagai perlakuan memakai Nitrox-2. Kedua kelompok melakukan penyelaman tunggal dekompresi 28 msw, bottom time 50 menit dalam RUBT. Kadar TNF- ? ? ? diukur menggunakan teknik ELISA, sebelum dan sesudah perlakuan.
Hasil : Terdapat peningkatan kadar TNF- ? ? ? baik kelompok Udara p=0,124 dan kelompok Nitrox-2 p=0,943 . Selisih rerata kadar TNF- ? ? ? kelompok Udara lebih besar dari kelompok Nitrox-2 p=0,394 . Tidak terdapat perbedaan bermakna p > 0,05 setelah perlakuan pada status TNF- ? ? ? antara kedua kelompok.
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan efek antara penggunaan Udara dengan Nitrox-2 pada penyelaman tunggal dekompesi 28 msw, bottom time 50 menit.

Background : Decompression sickness DCS is caused by many factors, one of which is the increase of inflammatory biomarkers. Invention of Nitrox 2 was expected to reduce DCS incidence in diving, but there are controversy about Nitrox 2 usage since it produce higher oxidative stress. Effect of Nitrox 2 towards inflammatory biomarkers has not been studied. This study aims to determine the varying effect of Compressed Air Breathing compared to Nitrox 2 on TNF levels in single decompression dive.
Methods : Double blind experiment study was conducted on 34 trained trained male divers, which divided into two groups, control and treatment, using block randomization. The control group undergo the intervention using compressed air breathing, while the treatment group using Nitrox 2. Both group performed a single decompression dive, at 28 msw bottom time 50 minute in hyperbaric chamber using each breathing medium. TNF levels measured before and after the intervention, using ELISA technique.
Results : There are increase of TNF levels in both group, Compressed Air group p 0,124 and Nitrox 2 p 0,943. Mean difference of TNF levels on control higher than treatment group p 0,394. There is no significant difference p 0,05 after treatment on TNF status between the two groups.
Conclusion : There is no varying effect between Compressed Air breathing and Nitrox 2 on single decompression dive at 28 msw bottom time 50 minutes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hascaryo Rat Kusumo
"Saat ini kebutuhan industry minyak dan gas bumi di Indonesia terhadap pekerja selam (commercial diver) untuk melaksanakan pekerjaan dalam air masih mengacu pada standar internasional. Welding Center (Sub Sea) University of Indonesia (WCSS) didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan pekerja selam yang memiliki kualifikasi untuk melaksanakan pekerjaan inpeksi bawah air dengan metoda NonDestructive Testing (NDT). Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kesenjangan terhadap kualifikasi yang dimiliki oleh pekerja selam WCSS UI saat ini dengan standar internasional yang diacu untuk pekerjaan inspeksi bawah air dengan metoda NDT dan memberikan rekomendasi perbaikannya.
Hasil dari penelitian ini adalah masih ditemukan kesenjangan antara kualifikasi pekerja selam WCSS UI dengan standar internasional yang diacu. Untuk kualifikasi sebagai pekerja selam yaitu memperoleh nilai pemenuhan standar sebesar 70% sedangkan untuk kualifikasi sebagai personel inspeksi NDT bawah air level 3.1U dan 3.2U sebesar 73.33% dan 33.33%. Rekomendasi perbaikan untuk menutup kesenjangan yang ditemui antara lain dari sisi materi latihan dan pelatihan yang sesuai standar, penambahan fasilitas pendukung pelatihan praktek dan tenaga pengajar professional yang tersertifikasi.

Today, commercial diver requirements for underwater jobs in Indonesian oil and gas industry are still refer to international standards, such as qualification and certification from well-known international association. Welding Center (Sub Sea) University of Indonesia (WCSS) established to generate qualified and competent commercial diver for underwater NDT inspection jobs. The objectives of this research are to analyze qualifications gap between WCSS UI commercial diver and international standards for underwater NDT inspection jobs.
The result shows that WCSS UI commercial diver still has qualifications gaps from international standards. For commercial diving category 70% compliance, for underwater NDT inspector level 3.1U and 3.2U are 73.33% and 30% respectively. Recommendations to improve qualification gaps such as to add training syllabus as per standards, training facilities and last but not least is having real world qualified and certified professional instructors.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Rahayu
"Latar Belakang : Decompression sickness merupakan masalah kesehatan yang penting bagi penyelam, angka kejadian Decompresion sickness (DCS) atau penyakit dekompresi terjadi pada sekitar 1.000 penyelam Amerika scuba setiap tahun yang dilaporkan oleh DAN. Penelitian A. O. Brubakk dkk, ISB, Medical Technology Center di Norwegia, melaporkan pada penyelam terjadi beberapa gelembung pembuluh darah, peningkatan diameter arteri yang signifikan dari 4,5 ± 0,7-4,8 ± 0,8 mm dan penurunan dari FMD yang signifikan dari 9,2 ± 6,9-5,0 ± 6,7% sebagai tanda terjadinya penurunan fungsi endotel. Subyek penelitian tersebut pada individu sehat yang melakukan penyelaman tunggal dekompresi dengan melakukan penyelaman sesuai prosedur protokol penyelaman yang benar tidak terjadinya DCS atau gejala-gejala penyakit dekompresi. Meskipun secara umum patofisiologi terjadinya DCS dihubungkan dengan terbentuknya gelembung gas pada sirkulasi dan jaringan, sehingga patofisiologi terjadinya DCS tidak hanya terjadi akibat mekanisme obstruksi dari gelembung gas, tetapi akibat mekanisme dyfungsi endotel, dengan demikian maka penliti menggunakan biomarker TNF1alfa sebagai penanda untuk mengetahui terjadinya dyfungsi endotel.
Metode : Penelitian menggunakan metode cross over design. Data diperoleh dari kuesioner, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pemeriksaan ekspresi TNF 1alfa menggunakan teknik kuantitatif ELISA sandwich. Data diolah menggunakan IBM SPSS statistik versi 20 untuk Windows. Untuk menilai hubungan penyelaman tunggal dekompresi dengan perubahan kadar TNF 1alfa menggunakan analisis bivariat dengan uji T berpasangan Wilcoxon Untuk menilai hubungan atau korelasi antara kadar TNF 1alfa Pre, Normobarik dan Hiperbarik dilakukan uji korelasi Spearman.
Hasil : Terjadi perubahan ekspresi TNF 1alfa (p= 0,003) pada kelompok Normobarik.dan ekspresi TNF 1alfa (p=0,000) pada kelompok Hiperbarik dibandingkan sebelum penyelaman.
Kesimpulan dan Saran: Terdapat perubahan kadar TNF 1 alfa pada intervensi penyelaman normobarik dan hiperbarik (p<0,001), dimana nilai rerata/median (0,008±0,038) pada ,kelompok Normobarik, dan 0,013(0,005-0,047) pada kelompok Hiperbarik. Kadar ekspresi TNF 1 alfa meningkat untuk masing-masing keadaan normobarik dan hiperbarik.

Background: Decompression sickness is an important health problem for divers. The incidence of decompression sickness (DCS) or decompression sickness occurs in about 1,000 Americans scuba divers each year reported by AND. Research Brubakk AO et al, ISB, Medical Technology Center in Norway, reported on divers happened a few bubbles of blood vessels, increasing the diameter of the artery significantly from 4.5 ± 0.7 to 4.8 ± 0.8 mm (mean ± sd ) and a significant decrease of FMD from 9.2 ± 6.9 to 5.0 ± 6.7% as a sign of decline in endothelial function. The subjects of these studies in healthy individuals who perform single dive decompression dives corresponding protocol procedures dive right is not the DCS or symptoms of decompression sickness. Although in general the pathophysiology of DCS associated with the formation of gas bubbles in the circulation and tissues, so the pathophysiology of DCS not only caused by the mechanism of obstruction of gas bubbles, but due to the mechanism of dyfungsi endothelial, and thus penliti using biomarkers TNF1alfa as a marker to identify the occurrence of dyfungsi endothelial ,
Methods: The study used a cross over design methods. Data obtained from questionnaires, physical examination and laboratory. Examination of the expression of TNF 1alfa sandwich ELISA using quantitative techniques. The data is processed using IBM SPSS version 22 for Windows statistics. To assess the relationship single decompression dives with elevated levels of TNF 1alfa using bivariate analysis using Wilcoxon paired T test to assess the relationship or correlation between the levels of TNF 1alfa Pre, Normobarik and Hyperbaric do Spearman correlation test.
Results: There was an increased expression of TNF 1alfa (p = 0.003) on the expression of TNF 1flfa Normobarik.dan group (p = 0.000) in the group Hyperbaric. The correlation between the expression of TNF 1flfa Pre and Nrmobarik (r = 0.831) and the correlation between the expression of TNF 1alfa Pre and Hyperbaric (0,526).
Conclusions and Recommendations: There were significant increases in the hyperbaric group (p <0.001) and in the group normobarik. The correlation between the expression of TNF 1alpa Pre, normo damn Hyperbaric, increased significantly whice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrul M. S. Baroos
"Tidak diragukan lagi bahwa gangguan kesehatan mental karyawan dapat menimbulkan akibat-akibat yang serius bagi perusahaan maupun industri. Sebagai contoh: depresi, kehilangan harga diri, tekanan darah tinggi, kecanduan alkohol ataupun ketergantungan obat semuanya memperlihatkan hubungan dengan kesehatan mental (Ivancevich & Matteson,1980). Kesemua hal yang disebutkan ini berpengaruh langsung terhadap perusahaan baik dari segi sumberdaya manusia maupun keuangan perusahaan.
Demikian juga halnya dengan penyelam, adanya gangguan kesehatan mental pada penyelam akan memberikan pengaruh yang sangat serius tidak saja bagi diri penyelam itu sendiri tetapi juga kerugian pada perusahaan yang mempekerjakan penyelam tersebut secara operasional maupun moral, yang akhirnya bermuara pada kerugian finansial. Seberapa besar kemungkinan seorang penyelam mendapat gangguan kesehatan mental paling tidak dapat disimpulkan dari gambaran tentang pekerjaan serta lingkungan kerja yang digeluti seorang penyelam yang bekerja pada operasi perminyakan di lepas pantai sebagaimana yang digambarkan berikut ini.]
Penyelam adalah suatu profesi yang tidak dapat dikesampingkan dalam operasi pencarian dan pengeksploitasian lapangan minyak dan gas bumi di lepas pantai. Lingkungan pekerjaan dan cara-cara melakukan tugas yang harus dilaksanakan dengan menyelam di dalam laut sangatlah berbeda dengan lingkungan pekerjaan dan cara-cara bekerja yang dilakukan orang di darat. Lingkungan pekerjaan di dalam air menuntut ketahanan fisik dan kesehatan seorang penyelam tetap prima serta membutuhkan peralatan khusus yang harus dapat melindungi para penyelam dari pengaruh lingkungan kerja yang mengelilinginya. Beberapa perlengkapan selam yang dikenakan pada tubuh seperti pengatur aliran udara untuk bernafas, tangki cadangan udara, pakaian selam yang melindungi penyelam dari penurunan suhu badan, alat pemberat yang membantu penyelam untuk turun ke kedalaman yang lebih besar, sepatu selam dengan ship dan lain-lain peralatan, menuntut kemampuan penyelam untuk menyesuaikan diri dalam menggunakannya.
Pada pekerjaan menyelam yang membutuhkan waktu relatif lama serta kedalaman yang lebih besar, teknik dan peralatan yang digunakan lebih khusus lagi. Selain itu diperlukan pula suatu proses treatment terhadap penyelam untuk mengembalikan kondisi fisiknya kepada keadaan normal setelah baru saja mengalami tekanan-tekanan fisik ketika berada di kedalaman laut. Treatment dilakukan baik ketika sedang menyelam yaitu berupa penggunaan gas-gas campuran untuk meringankan pernafasan, maupun setelah selesai menyelam yaitu dengan proses dekompresi secara bertahap untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan pada organ tubuh penyelam seperti pecahnya paru paru, pendarahan otak, keracunan gas dan lain-lain. Demikian pula lingkungan kerja di dalam laut yang sifatnya sangat berbeda dengan kondisi lingkungan kerja di darat, seperti ombak, arus laut, suhu yang dingin, tekanan air terhadap tubuh, bouyancy, visibility, maupun ancaman dari binatang laut merupakan stresor yang dapat memberikan tekanan secara fisik maupun psikis kepada penyelam. Di samping itu dibutuhkan kemaanpuan untuk dapat bekerja sendiri di dalam air karena keterbatasan jarak pandang serta adanya hambatan-hambatan untuk dapat berkomunikasi antara seorang penyelam dengan penyelam lainnya.
Bentuk pekerjaan yang dilakukan para penyelam pada operasi eksploitasi minyak dan gas bumi di lepas pantai sebagian terbesar merupakan pekerjaan-pekerjaan yang banyak hubungannya dengan pemasangan konstruksi bawah laut. Pemasangan pipa-pipa untuk mengalirkan minyak dan gas bumi, penempatan anjungan-anjungan produksi maupun anjungan pemboran pada posisinya yang tepat di dasar laut, pemeriksaan dan perbaikan kerusakan-kerusakan yang terdapat pada fasilitas bawah air karena adanya keretakan pada sambungan las kaki-kaki anjungan, kebocoran pipa-pipa alir minyak dan gas maupun kerusakan-kerusakan yang ada pada dinding kapal yang ada di bawah permukaaan air. Jenis pekerjaan yang diutarakan di atas melibatkan ukuran maupun bentuk benda-benda yang besar dan rumit dengan berat yang tidak biasa bila dibandingkan dengan ukuran, bentuk maupun berat benda-benda yang biasa ditangani di darat? "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library