Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pane, Meivina Ramadhani
"Latar Belakang: Indonesia menjalani program transisi pengobatan ARV pada ODHIV yang sudah stabil dengan terapi ARV berbasis nevirapine ke dolutegravir sejak 2023.
Tujuan: Mengetahui perubahan kualitas hidup setelah 6 bulan menjalani transisi dari ARV zidovudine/ lamivudine/ nevirapine ke tenofovir/ lamivudine/ dolutegravir (TLD).
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif terhadap 145 subjek yang menjalani program transisi. Kualitas hidup dinilai dengan kuisoner EQ-5D-3L versi bahasa Indonesia sebelum dan setelah 6 bulan menjalani transisi ARV ke TLD.
Hasil: Dari 145 subjek penelitian, 83 (57,2%) subjek pria, median umur 43 (40 – 46,5) tahun dan 144 (99,3%) subjek dengan virus tidak terdeteksi. Median skor VAS EQ-5D-3L 90 (RIK 80 – 99) vs 90 (RIK 85 -100) (p <0,001) dan median skor utilitas EQ-5D-3L 1 (RIK 1 – 1) vs 1 (RIK 1 – 1) (p= 0,021).
Simpulan: Ada perbaikan kualitas hidup berdasarkan skor VAS pasca menjalani program transisi antiretroviral meskipun dijumpai perburukan nyeri berdasarkan skor utilitas.

Background: Indonesia has a program to transition stable PLHIV from nevirapine-based ARV therapy to dolutegravir by 2023.
Objective: To determine the changes in quality of life after six months of transition from zidovudine/ lamivudine/ nevirapine to tenofovir/ lamivudine/ dolutegravir (TLD).
Methods: This study used a retrospective cohort design of 145 subjects undergoing the transition program. Quality of life was assessed with the Indonesian version of the EQ-5D-3L questionnaire before and after six months of transition.
Results: Of the 145 study subjects, 83 (57.2%) subjects were male, with a median age of 43 (40 - 46.5) years, and 144 (99.3%) subjects with the undetectable virus. The Median EQ-5D-3L VAS score was 90 (RIK 80 - 99) vs. 90 (RIK 85 -100) (p < 0.001), and the median EQ-5D-3L utility score were 1 (RIK 1 - 1) vs. 1 (RIK 1 - 1) (p = 0.021). There was no correlation between changes in weight, sleep quality, depression, and LFG and quality of life based on either utility or VAS scores.
Conclusion: There was an improvement in quality of life based on the VAS score after the antiretroviral transition program despite the worsening of pain based on the utility score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metra Adi Pratama
"Latar Belakang:
World Health Organization (WHO) merekomendasikan transisi dari nevirapin (NVP) ke terapi antiretroviral berbasis dolutegravir (DTG). Indonesia mulai menerapkan program transisi ini pada Maret 2023, namun terdapat keterbatasan informasi mengenai pengalaman pasien selama proses tersebut.
Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman pasien HIV yang menjalani transisi dari terapi antiretroviral berbasis nevirapin ke dolutegravir di RSCM. Secara khusus, penelitian ini mengeksplorasi persepsi pasien terhadap efektivitas dolutegravir, mengidentifikasi pengalaman terkait efek samping yang muncul, dan mengeksplorasi tantangan adaptasi pasien selama proses transisi.
Metode:
Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis ini melibatkan 30 pasien HIV yang telah menjalani transisi dari nevirapin ke dolutegravir selama minimal 6 bulan di Unit Pelayanan Terpadu HIV RSCM. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam pada bulan November 2024. Data dianalisis secara tematik menggunakan perangkat lunak NVivo.
Hasil:
Lima tema utama teridentifikasi dari penelitian ini: (1) Persiapan dan Proses Transisi, (2) Pengalaman Awal Transisi, (3) Efek Samping dan Kepatuhan, (4) Dukungan dan Komunikasi, serta (5) Evaluasi dan Rekomendasi. Partisipan terdiri dari 53% laki-laki dan 47% perempuan yang melaporkan pengalaman positif dengan transisi ke dolutegravir, terutama terkait kenyamanan dosis sekali sehari. Pasien melaporkan efek samping ginjal (30%) dan neuropsikiatri (33%). Tantangan utama meliputi adaptasi terhadap jadwal minum obat baru dan pengelolaan efek samping ringan seperti gangguan tidur dan pusing. Dukungan keluarga dan komunikasi yang baik dengan tenaga kesehatan menjadi faktor penting dalam keberhasilan transisi.
Kesimpulan:
Transisi dari nevirapin ke dolutegravir umumnya diterima dengan baik oleh pasien HIV di RSCM. Keberhasilan transisi didukung oleh komunikasi yang jelas dari tenaga kesehatan, dukungan keluarga yang kuat, dan manfaat praktis dari rejimen baru. Temuan ini dapat digunakan untuk mengembangkan strategi yang lebih baik dalam implementasi program transisi ARV di masa depan.

Latar Belakang:
World Health Organization (WHO) merekomendasikan transisi dari nevirapin (NVP) ke terapi antiretroviral berbasis dolutegravir (DTG). Indonesia mulai menerapkan program transisi ini pada Maret 2023, namun terdapat keterbatasan informasi mengenai pengalaman pasien selama proses tersebut.
Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman pasien HIV yang menjalani transisi dari terapi antiretroviral berbasis nevirapin ke dolutegravir di RSCM. Secara khusus, penelitian ini mengeksplorasi persepsi pasien terhadap efektivitas dolutegravir, mengidentifikasi pengalaman terkait efek samping yang muncul, dan mengeksplorasi tantangan adaptasi pasien selama proses transisi.
Metode:
Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis ini melibatkan 30 pasien HIV yang telah menjalani transisi dari nevirapin ke dolutegravir selama minimal 6 bulan di Unit Pelayanan Terpadu HIV RSCM. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam pada bulan November 2024. Data dianalisis secara tematik menggunakan perangkat lunak NVivo.
Hasil:
Lima tema utama teridentifikasi dari penelitian ini: (1) Persiapan dan Proses Transisi, (2) Pengalaman Awal Transisi, (3) Efek Samping dan Kepatuhan, (4) Dukungan dan Komunikasi, serta (5) Evaluasi dan Rekomendasi. Partisipan terdiri dari 53% laki-laki dan 47% perempuan yang melaporkan pengalaman positif dengan transisi ke dolutegravir, terutama terkait kenyamanan dosis sekali sehari. Pasien melaporkan efek samping ginjal (30%) dan neuropsikiatri (33%). Tantangan utama meliputi adaptasi terhadap jadwal minum obat baru dan pengelolaan efek samping ringan seperti gangguan tidur dan pusing. Dukungan keluarga dan komunikasi yang baik dengan tenaga kesehatan menjadi faktor penting dalam keberhasilan transisi.
Kesimpulan:
Transisi dari nevirapin ke dolutegravir umumnya diterima dengan baik oleh pasien HIV di RSCM. Keberhasilan transisi didukung oleh komunikasi yang jelas dari tenaga kesehatan, dukungan keluarga yang kuat, dan manfaat praktis dari rejimen baru. Temuan ini dapat digunakan untuk mengembangkan strategi yang lebih baik dalam implementasi program transisi ARV di masa depan.

Background:
The World Health Organization (WHO) recommends transitioning from nevirapine (NVP) to dolutegravir (DTG)-based antiretroviral therapy. Indonesia began implementing this transition program in March 2023, however, there is limited information on patients experiences during the process.
Objective:
This study aimed to describe the experiences of HIV patients undergoing transition from nevirapine-based to dolutegravir-based antiretroviral therapy at Cipto Mangunkusumo National Hospital (RSCM). Specifically, this research explored patients' perceptions of dolutegravir's effectiveness, identified experiences related to emerging side effects, and explored patients' adaptation challenges during the transition process.
Methods:
This qualitative study with a phenomenological approach involved 30 HIV patients who had transitioned from nevirapine to dolutegravir for at least 6 months at the HIV Integrated Service Unit of RSCM. Data collection was conducted through in-depth interviews in November 2024. Data were analyzed thematically using NVivo software.
Results:
Five main themes were identified from this research: (1) Preparation and Transition Process, (2) Early Transition Experience, (3) Side Effects and Adherence, (4) Support and Communication, and (5) Evaluation and Recommendations. Participants consisted of 53% men and 47% women who reported positive experiences with the transition to dolutegravir, particularly regarding the convenience of once-daily dosing. Patients reported renal (30%) and neuropsychiatric (33%) side effects. Key challenges included adaptation to new medication schedules and management of mild side effects such as sleep disturbances and dizziness. Family support and good communication with healthcare providers emerged as important factors in successful transition.
Conclusion:
The transition from nevirapine to dolutegravir was generally well-accepted by HIV patients at RSCM. Successful transition was supported by clear communication from healthcare providers, strong family support, and practical benefits of the new regimen. These findings can be used to develop better strategies for implementing ARV transition programs in the future.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Rahastin Sinansari Dewi
"Terapi antiretroviral (ARV) berbasis dolutegravir (DTG) merupakan regimen lini pertama yang direkomendasikan WHO sejak tahun 2019 untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Munculnya HIV yang resistan terhadap DTG dapat secara signifikan mengurangi efektivitas regimen ARV yang mengandung DTG. Angka resistansi tersebut mungkin terus meningkat seiring dengan potensi meluasnya penularan HIV yang resistan terhadap DTG. Pemantauan kadar obat pada pasien yang menerima regimen ARV yang mengandung DTG memerlukan pengembangan dan validasi metode bioanalitik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi preparasi sampel dan analisis DTG yang optimum pada sampel dried blood spot (DBS) menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi – photodiode array (KCKT-PDA) yang tervalidasi berdasarkan standar FDA (2018) dan EMA (2022). Preparasi sampel DBS dilakukan dengan metode presipitasi protein menggunakan larutan pengekstraksi metanol. Karbamazepin digunakan sebagai baku dalam. Analisis dilakukan menggunakan KCKT-PDA dengan kolom C18 (Waters, Sunfire™ 5µm; 250 x 4.6mm) pada suhu 25°C. Sejumlah 20 µL sampel disuntikkan menggunakan autosampler, dielusi secara isokratik menggunakan fase gerak asetonitril – dapar fosfat  pH 5 (45:55) dengan laju alir 0,8 mL/menit, dan dideteksi pada  panjang gelombang 257 nm. Metode ini telah memenuhi standar validasi bioanalisis FDA (2018) dan EMA (2022) dengan LLOQ 0,25 µg/mL dan rentang kurva kalibrasi 0,25-10 µg/mL. Pengambilan sampel mikro menggunakan DBS dapat digunakan untuk mengukur kadar dolutegravir dengan karbamazepin sebagai baku dalam, dimana penerapan metode yang sederhana dan sensitif ini dapat menyederhanakan kegiatan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) sekaligus mencegah penyebaran HIV yang resistan terhadap DTG.

Dolutegravir (DTG) based antiretroviral therapy (ART) is a first-line regimen that has been recommended by WHO since 2019 for people living with HIV. The emergence of DTG-resistant HIV can significantly reduce the effectiveness of current DTG-containing antiretroviral regimens. The number of resistance may continue to increase along with the potential spread transmission of DTG-resistant HIV. Prior to monitoring the drug level, development and validation of the bioanalytical method was needed. The aim of this study was to obtain an optimum sample preparation and analysis condition of DTG in dried blood spot (DBS) using high performance liquid chromatography – photodiode array (HPLC-PDA) that validated based on the FDA guidelines (2018) and EMA guidelines (2022). DBS sample preparation was performed using protein precipitation method with methanol extraction solution. Carbamazepine is used as an internal standard (IS). The quantification analysis was carried out using HPLC-PDA with C18 column (Waters, Sunfire™ 5µm; 250 x 4.6mm) at 25°C. A volume of 20 µL of sample was injected using autosampler, eluted using an isocratic mobile phase of acetonitrile - phosphate buffer pH 5 (45:55) at a flow rate of 0.8 mL/min, and detected at a wavelength of 257 nm. This method has met FDA (2018) and EMA (2022) bioanalytical validation standards with an LLOQ of 0.25 µg/mL and a calibration curve range of 0.25-10 µg/mL. The microsampling using dried blood spot could quantify dolutegravir with carbamazepine as IS, where the application of this simple and sensitive method will then simplify the therapeutic drug monitoring activities while preventing the spread of DTG-resistant HIV."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library