Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mirnawaty
Abstrak :
ABSTRAK
RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta adalahrumahsakitpemerintah yang menjadipusatrujukannasionalGedung A merupakansalahsatu unit kerja yang adadi RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta, melayanipasienrawatinap. Dalammelaksanakanpelayanankesehatan, obatmenyerapdanalebihkurangsekitar 36 milyardalamkurunwaktuhanya 6 bulanyaitubulanJulisampaiDesember 2010Pengelolaan perbekalanfarmasimemegangperanan yang pentingdalampelayanandirumahsakitGedung A RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta sudahmelaksanakansistemdistribusiobatrawatinapdenganunit dose dispensing systemsejaktahun 2008. Tujuanpenelitianiniuntukmemperolehgambaranpenerapanunit dose dispensing systemdigedungA.Metodepenelitian yang dilakukansecaradeskriptifkualitatifdengan data primer, data sekunder, pengamatandanwawancaramendalamHasilpenelitianmenunjukkanbahwapengelolaanp erbekalanfarmasisecarakeseluruhan ,khususnyadalampenerapanunit dose dispensing systemdapatmenghematbiayaobatrawatinapdandisarankan agar unit dose dispensing systemdapatditeruskansebagaikebijaksanaanmanajemen RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta di unit kerja yang lain. Disarankanjuga agar dilakukanpenelitianlanjutanuntukmengetahuidarisisimanajemenrumahsakit
ABSTRACT
Building A is one unit that is in RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta, serving inpatients. In implementing health services, drug absorbs funds from approximately 36 billion within a period of only six months from July to December 2010Management of pharmaceuticals play an important role in service at the hospitalBuilding A RSUPN. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta has implemented inpatient drug distribution system with a unit dose dispensing system since 2008.The purpose of this study to obtain a picture of the implementation of unit dose dispensing system in building A.Research methods to be descriptive qualitative primary data, secondary data, observation and in-depth interviewsThe results showed that the overall management of pharmaceuticals, particularly in the implementation of unit dose dispensing system can save the cost of inpatient drug and recommended that the unit dose dispensing system can be forwarded as RSUPN management policy. Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta in other work units. Also recommended that further research to find out from the side of the hospital management
2012
T31728
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
B.Y. Ekon Budi Jumpeno
Abstrak :
ABSTRACT
Telah dilakukan verifikasi dosis H*(10) pada evaluasi dosis radiasi lingkungan menggunakan dosimeter OSL tipe EX. Pertama, disiapkan dosimeter OSL tipe EX sebanyak 16 buah yang dibagi menjadi 4 grup yaitu Grup Kontrol, Grup 1, Grup 2 dan Grup 3 yang masing-masing grup terdapat 4 buah dosimeter. Kemudian, dosimeter OSL pada Grup 1, Grup 2, dan Grup 3 disinari dengan radiasi dari sumber Cs-137 dengan dosis H*(10) masing-masing 1 mSv, 2,5 mSv, dan 5 mSv. Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio nilai measured dose terhadap true dose adalah 0,87 - 0,95 (deviasi measured dose terhadap true dose berkisar antara 7 - 13%) pada penyinaran 1 mSv, 1,03 - 1,07 (deviasi berkisar 3 - 7 %) pada penyinaran 2,5 mSv, dan 1,07 - 1,13 (deviasi sekitar 7 - 13%) pada penyinaran 5 mSv. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa nilai deviasi measured dose terhadap true dose ≤ 13% sehingga pengukuran dosis radiasi lingkungan/daerah kerja menggunakan dosimeter OSL tipe EX di Subbidang KKPR PTKMR BATAN dapat dipercaya. Namun demikian perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap tingkat kepercayaan hasil evaluasi dosis H*(10) dengan dosis kurang dari 1 mSv.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2017
605 WJ 8:1-2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Gde Manuaba
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran entrance surface dose (ESD) secara langsung menggunakan thermoluminescent dosimeter (TLD) pada jenis penyinaran dada thorax (chest). Data diperoleh dari 71 pasien di tiga rumah sakit (A, B dan C) yang menggunakan sistem pencitraan computed radiography (CR) Kodak. ESD ditentukan pula dengan metoda kalkulasi berdasarkan beberapa parameter pada pengukuran secara langsung. Metoda pengukuran lainnya juga dilakukan dengan menggunakan TLD pada objek radiasi berupa phantom dada buatan sendiri. Penelitian ini diawali dengan beberapa pengukuran parameter seperti kVp, HVL dan tube output untuk mengetahui performa pesawat sinar-X. Pengukuran ESD pada phantom dan penentuan ESD metoda kalkulasi dilakukan pada kondisi penyinaran yang dibuat sama dengan kondisi penyinaran untuk pengukuran ESD pasien. Hasil penelitian menunjukkan nilai ESD thorax (PA) rata-rata di tiga rumah sakit berbeda secara signifikan. Hasil penelitian ESD thorax (PA) mendapatkan nilai ?faktor konversi metoda phantom? sebesar 0.874 sementara nilai ESD hasil perhitungan tidak berbeda signifikan dengan ESD pasien dengan penyimpangan maksimum sebesar ± 12 %. ......Entrance surface dose (ESD) measurements have been carried out for chest examinations by means of thermoluminescent dosimeter (TLD). Data were collected from 71 patients at three hospitals (A, B, and C) which have been provided with Kodak computed radiography (CR). Based on exposure measurement parameters, ESD from these examinations was also calculated. An alternative method of measurement has been done with home-made chest phantom. This work was initiated with measurements of X-ray tube parameters (kVp, HVL, tube output) to check equipment performance. Phantom-based measurement was set with the same exposure conditions as for patient measurements. The same exposure condition was also used in the calculation method. The results indicate that the ESD averages from chest examination (PA) at three hospitals were vary widely. Phantom-based conversion factor for ESD chest PA was found to be 0.874, whereas ESD from calculation is not differ significantly from the patient-ESD with maximum deviation ± 12 %.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29008
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sawiyah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29000
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulfiatry Yubhar
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran Dosis Rata-rata Glandular (Mean glandular Dose) pada pemeriksaan mammografi dengan menggunakan Thermoluminiscense (TLD) terhadap 49 pasien. Dosis yang terbaca pada TLD adalah Entrance Surface Dose (ESD) dengan nilai ratarata yang didapat 7.6 (± 3.9) mGy. Untuk konversi ke nilai Mean Glandular Dose, nilai ESD dikalikan dengan nilai Dgn (ESD dengan faktor konversi average glandular dose per unit exposure) yang terkonversi dengan memperhitungkan prosentase glandular terhadap adipose. Data Dgn diperoleh dari perhitungan John M Boone yang menggunakan metode Monte Carlo yang masih tergantung dari nilai HVL dan ketebalan payudara. Prosentase glandular terhadap adipose dihitung dengan menggunakan metoda analisa film Nooriah Djamal. Kemudian nilai Dgn 0% glandular untuk kontribusi adipose maupun Dgn 100% glandular untuk kontribusi glandular diperoleh dari Tabel Dgn Boone. Nilai MGD yang diperoleh adalah 1.818 (± 0.615) mGy. Nilai masih dibawah limit yang direkomendasikan FDA( Food and Drug Administration) yaitu < 3 mGy.
Mean glandular Dose (MGD) during mammography has been determined for 49 patients using TLD. MGD numbers has been derived from the measured ESD (Entrance Surface Dose) by multiplicating ESD with converted Dgn (ESD with average glandular dose per unit exposure conversion factor) incorporating the glandular percentage to adipose percentage. Dgn data were obtained from Boone's Monte Carlo calculation and generally is a function of HVL values and breast thickness. The glandular percentage to adipose were obtained using Nooriah Djamal's methods of mammography film analysis Both 0% glandular Dgn for adipose contribution and 100% glandular Dgn for glandular contribution were then obtained from Boone's table. Average Entrance Surface Dose (ESD) for 49 patients were found to be 7.6 (± 3.9) mGy. The average MGD for 49 patients were found to be 1.818 (± 0.615) mGy. These values were generally below the recommended FDA ( Food and Drug Administration) limit of 3 mGy.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S29104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Risma Laura
Abstrak :
Dalam penelitian ini, telah dilakukan pengukuran dosis ekuivalen di titik organ tiroid, sumsum tulang belakang, gonad dan jari tangan pada dua pekerja Instalasi Kedokteran Nuklir MRCCC Siloam serta pada dua pekerja RSPP. Hasilnya menunjukkan bahwa pengukuran telah berada di bawah nilai batas dosis (NBD) yang telah ditetapkan oleh IAEA dan BAPETEN dan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui laju dosis serta aktivitas radiasi pengion untuk setiap kegiatan dari pekerja di Instalasi Kedokteran Nuklir MRCCC Siloam dan RSPP. Evaluasi dosis ekuivalen kumulatif selama 3 bulan pada setiap organ 4 pekerja memiliki range dosis 0.05 mSv hingga 0.11 mSv pada tiroid, 0.1 mSv hingga 0.19 mSv pada sumsum tulang belakang, 0.08 mSv hingga 0.14 mSv pada gonad dan 0.05 mSv hingga 0.24 mSv pada jari tangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis ekuivalen yang diterima pekerja di Instalasi Kedokteran Nuklir MRCCC Siloam dan RSPP tidak melewati batasan dosis untuk pekerja radiasi yaitu 20 mSv/tahun. Pengukuran laju dosis sesaat radiasi pengion paling besar dari setiap kegiatan pekerja ketika menginjeksi radiofarmaka kepada pasien sebesar (25.03±26.57) μGy/hr. ...... Within this research, measurement of equivalent doses have been conducted on the thyroid points, bone marrow, gonads and fingers for two employees at Nuclear Installation of MRCCC Siloam and two employees at RSPP. The result show that it has been below of the dose limit value (NBD) as determined by IAEA and BAPETEN and the purpose of this reasearch is to determine the dose rate of ionizing radiation in all of the activities every day of employees in Nuclear Installation of MRCCC Siloam and RSPP. The evaluation for cumulative equivalent dose of employees for 3 months on organ at risk of 4 employees have range dose 0.05 mSv to 0.11 mSv on thyroid, 0.1 mSv to 0.19 mSv on bone marrow, 0.08 mSv to 0.14 mSv on gonads dan 0.05 mSv to 0.24 mSv on fingers. This results show that radiation dose evaluation for the radiation employees in Nuclear Installation of MRCCC Siloam and RSPP is not exceed of the dose limit from BAPETEN for the radiation employee that is 20 mSv/ year. Measurement of highest dose rate in all of the employee activities is on the employee injection of radiopharmaceutical to patient that is (25.03±26.57) μGy/hr.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Naflah Gozali
Abstrak :
ABSTRACT
Kebijakan pemberantasan Soil Transmitted Helminths saat ini adalah menggunakan albendazol oral dosis tunggal namun, metode tersebut hanya efektif terhadap Ascaris lumbricoides dan tidak untuk Trichuris trichiura. Albendazol triple dose lebih efektif dari dosis tunggal namun sulit diimplementasikan sehingga diperlukan antelmintik yang memiliki efektifitas serupa dengan frekuensi pemberian lebih mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas mebendazol 500mg double dose dan albendazol 400mg triple dose dalam pengobatan trikuriasis. Randomized controlled trial dilakukan pada anak-anak berusia 1-15 tahun di desa Pero, Sumba Barat Daya pada bulan Juli 2016. Sebanyak 303 anak diminta mengumpulkan tinja kemudian diperiksa dengan metode Kato-Katz untuk mengetahui prevalensi trikuriasis dan anak yang positif dibagi dua kelompok secara acak. Kelompok pertama diberi albendazol triple dose dan kelompok kedua diberikan mebendazol double dose. Dua minggu setelah pengobatan dilakukan pemeriksaan tinja untuk mengetahui angka kesembuhan pengobatan. Dari 303 anak yang diperiksa didapatkan 190 subjek positif T.trichiura prevalensi 62,7, kemudian diambil 47 subjek berdasarkan rumus besar sampel untuk masing-masing kelompok. Proporsi trikuriasis setelah pengobatan albendazol triple dose adalah 38,3 sedangkan mebendazol double dose 36,2. Pada uji McNemar tidak didapatkan perbedaan bermakna pada kedua jenis pengobatan p> 0,05. Angka kesembuhan albendazol triple dose 61,7 dan mebendazol double dose 63,8. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada angka kesembuhan tersebut uji chi square p>0,05. Disimpulkan mebendazol double dose sama efektifnya dengan albendazol triple dose. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas mebendazol double dose dengan triple dose dalam pengobatan trikuriasis.
ABSTRACT
The current STH eradication policy is to use single dose oral albendazole, however this treatment is only effective against Ascaris lumbricoides and not for Trichuris trichiura. Albendazole triple dose is more effective than single dose but is difficult to implement so an antelmintic that has similar effectiveness but less delivery frequency is required. This study was aimed to determine the effectiveness of mebendazole 500mg double dose and albendazole 400mg in the treatment of trichuriasis. A randomized controlled trial was conducted on children aged 1 15 years old in Pero village, Southwest Sumba in July 2016. A total of 303 children were asked to collect feces and then examined by Kato Katz method to determine the prevalence of positive trichuriasis, afterwards the children were divided into groups by random. The first group was given triple dose and the second group was given double dose mebendazole. Two weeks after the treatment, the stools were reexamined to determine the rate of cure of treatment. Of 303 children examined, 190 subjects were T.trichiura positive prevalence 62,7 , then 47 subjects based on the sample formula were selected for each group. The proportion of trichuriasis after treatment of albendazoe triple dose was 38.3 while mebendazole double dose was 36.3. In McNemar test, there was no significant difference between the two treatments p 0.05. Cure rate of albendazole double dose was 61.7 and mebendazole double dose was 63.8. There was no significant difference in the cure rate chi square test p 0.05. In conclusion, mebendazole double dose is as effective as albendazole triple dose. Further research is needed to determine the effectiveness of mebendazole double dose and triple dose in the treatment of trichuriasis.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, Antibiotika merupakan obat yang banyak digunakan oleh pasien di lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei yang bersifat deskriptif analilitis dan pengumpulan datanya dilakukan secara retrospektif terhadap data resep pasien yang menggunakan antibiotika periode Oktober sampai dengan Desember 2004. Kriteria pasien yang dipilih adalah pasien yang menggunakan obat golongan antibiotika yang diketahui dengan jelas regimen dosis yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis antibiotika yang banyak digunakan oleh pasien dilokasi penelitian adalah Amoksisilin sebanyak 85,80% diikuti Tiamfenikol sebanyak 7,10% dan Eritromisin 2,96%. Dari penelitian ini ditemukan beberapa masalah yang teridentifikasi sehubungan dengan ketidakrasionalan penggunaan antibiotika jika dilihat dari segi dosis. Ada 15,38% pasien mendapatkan dosis antibiotika yang tidak tepat. Berdasarkan analisis data bivariat yang dilakukan diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur pasien dengan kerasionalan penggunaannya dari segi dosis.
Universitas Indonesia, 2005
S32493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Subawa
Abstrak :
Pendahuluan En-blok reseksi femur distal dan dilakukan extracorporeal irradiation autograft dengan menyertakan kartilago sendi dalam rekontruksi limb salvage prosedur merupakan metoda pilihan dalam penanganan kasus keganasan tulang terutama pada negara miskin dan berkembang, dimana tehnik lain tidak tersedia karena alasan finansial atau tehnikal. Pajanan ECI dosis tinggi perfraksi tunggal yaitu 50 Gy, 150 Gy dan 300 Gy untuk sterilisasi allograf diprosedur ini juga mempengaruhi kartilago dari femur distal. Walaupun ada literatur yang menyatakan radiasi menyebabkan kerusakan terhadap kartilago dalam prosedur ini. Sesuai dengan kondisi di atas, kami berusaha melakukan penelitian eksperimental pada tulang femur distal sprague rats untuk membandingkan gambaran histopatologi efek pajanan ECI dosis tinggi perfraksi tunggal 50 Gy, 150 Gy dan 300 Gy serta resiko terjadinya osteoartritis sendi. Metode Desain penelitian adalah studi post test control group design. Sampel yang digunakan adalah lima puluh enam tikus putih Sprague Dawley yang telah mengalami maturasi skeletal (8-12 minggu), dibagi menjadi dua kelompok dan tujuh subkelompok, tiap tikus akan dilakukan tindakan en-blok reseksi di bagian femur distal, kemudian kelompok kontrol langsung diperiksa histopatologi kartilagonya, kelompok perlakuan diberikan pajanan ECI 50 Gy, 150 Gy, 300 Gy. Semua kelompok juga dilakukan pemeriksaan tingkat kerusakan kartilago berupa terjadinya osteoarthritis. Hasil Efek pajanan ECI terhadap kerusakan kartilago dianalisis dengan menggunakan uji non parametik Kruskal Walis, menunjukkan hasil analisis didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) skor di masing-masing kelompok perlakuan yaitu kelompok pasca pajanan ECI, baik untuk permukaan kartilago (p = 0,13), matriks (p = 1,0), distribusi sel (p=0,25), viabilitas sel (p=0,40) dan tulang subkondral (p=0,35). Untuk melihat perbedaan antara kelompok kontrol dengan 50 Gy, kelompok kontrol dengan 150 Gy, dan kelompok kontrol dengan 300 Gy, dilakukan analisis non-paramterik mann-Whitney, juga menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna skor untuk permukaan, matriks, distribusi sel, viabilitas sel, dan tulang subkondral baik di kelompok kontrol dengan kelompok ECI (p>0,05). Sedangkan untuk terjadinya osteoartritis perbedaan skor grade osteoartritis di tulang rawan antara yang segera pasca pajanan ECI dan pasca reimplantasi digunakan analisis statistik nonparameterik kruskal walis. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan bermakna skor grade osteoartritis di tulang rawan segera pasca pajanan ECI di tiap-tiap kelompok perlakuan, yaitu ECI 50 Gy (p=0,001), 150 Gy (p=0,001), 300 Gy (p=0,001) Simpulan Pajanan radiasi dosis tinggi perfraksi tunggal tidak menyebabkan terjadinya kerusakan kartilago baik segera setelah pajanan radiasi dan tidak bermakna secara statistik. Pajanan radiasi dosis tinggi perfraksi tunggal menyebabkan terjadinya osteoartritis dan bermakna secara statistik ......Introduction Distal femur en-blok resection and extracorporeal irradiation autograft with the articulation cartilage enclose is one of many methods in limb salvage surgery or recontruction for the bone malignancies, especially in developing countries where other methods are not feasible due to financial and tehnical. The procedur is usually done single fraction high dose 50 Gy, 150 Gy and 300 Gy to allograft sterilization, also affected distal femur cartilages. Althought some studies claim radiation causes cartilages damage in this procedur. Bases on those facts, we decided to do an experimental studies in distal femur of sprague rat to compare the difference histopatologycally finding between bone subjected 50 Gy, 150 Gy, 300 Gy doses irradiation and the risk of articular osteoarthritis. Material and Methods The research design is post test control group using fivety six skeletally matured Sprague Dawley rats, divided into two groups and sevens sub group and en-block resection of distal femur in al samples. eight rats were randomly assigned to each irradiation sub group, which directly in control group check the histopathologic, after irradiation group and after reimplatation group maitenence 8 week and check the histopathologic. Check of osteoarthritis occurences in all groups. Results Analysis of cartilages damage after irradiation usually with Kruskal Walis non parametric test is no statistically significant (p>0,05) in all group to cartilage surface (p = 0,13), matrix (p = 1,0), cells distribution (p=0,25), cell viablel (p=0,40), and subchondral bone (p=0,35). Mann-Whitney non parametric test no statistically significant (p>0,05) between group comparation. Kruskal walis non parametric analysis test is statistically significant (p<0,005) to osteoarthritis in all groups after irradiation 50 Gy (p=0,001), 150 Gy (p=0,001), 300 Gy (p=0,001) Conclusion The cartilage damages have not occurs after irradiation in all groups 50 Gy. 150 Gy and 300 Gy . Single fraction high dose irradiation causes osteoarthritis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>