Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathurrohman
"Perkembangan ilmu dan teknologi membawa program imunisasi ke dalam penyelenggaraan pelayanan yang bermutu dan efisien. Upaya terscbut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam penemuan vaksin baru. Kemajuan lainnya adalah menggabungkan beberapa jenis vaksin dalam satu kemasan/vial. Salah satu vaksin tersebut adalah Vaksin DPT - Hepatitis B Combo, yang mcrupakan kombinasi antara vaksin DPT dan Hepatitis B.
Kabupaten Tangerang masih menggunakan 3 jenis vaksin dalarn imunisasi DPT dan Hepatitis B, yaitu vaksin DPT, Hepatitis B Vial dan DPT - Hepatitis B Combo. Sejauh ini belum diketahui vaksin mana yang lebih cost Mctive antara DPT dan Hepatitis B Vial dengan DPT - Hepatitis B Combo. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui vaksin manakah yang lebih cost effective dalam pelaksanaan imunisasi DPT dan Hepatitis B di Kabupaten Tangerang.
Peneilitian dilakukan di Puskesmas Cisoka yang menggunakan vaksin DPT dari Hepatitis B Vial, dan Puskesmas Jayanti yang menggunakan vaksin DPT - Hepatitis B Combo. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Operasional Research, dasar penilaian Cost effectiveness menggunakan sistem atau metode Acifivily Based Costing (ABC).
Hasil penclitian menunjukkan bahwa niiai Cost Ejjieclive Rario (CER) penggunaan vaksin DPT - Hepatitis B Vial lebih besar dibandingkan dengan vaksin DPT - Hepatitis B Combo, yaitu CER berdasarkan cakupan vaksin DPT - Hepatitis B Vial scbcsar Rp. 151.981 dan vaksin DPT - Hepatitis B Combo sebesar Rp. 85.l27. CBR Indeks pemakaian Vaksin DPT » Hepatitis B Vial scbcsar Rp. 21.788470 dan vaksin DPT - Hepatitis B Combo scbcsar Rp. 2l.2l7.8l9. CER berdasarkan dosis vaksin terbuang vaksin DPT -» Hepatitis B vial sebesar Rp. 16,510,787 dan vaksin DPT - Hepatitis B Combo sebesar Rp. 7.0~'l4.23l. Hasil ini menunjukkan bahwa vaksin DPT -» Hepatitis B Combo lebih murah dibandingkan vaksin DPT - Hepatitis B Combo.
Berdasarkan hasil peneiitian disarankan khususnya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang agar menggunakan vaksin DPT - Hepatitis B Combo dalam pelaksanaan imunisasi DPT dan Hepatitis B.

Development of science and technology brought immunization program into qualitative and efficiently services management. lt supported by vast progress in finding new vaccine. Other development is gathering various vaccines in one vial. One of the vaccines is DPT Vaccine - Hepatitis B Combo, that representing combination between DPT vaccine and Hepatitis B.
Tangerang Regency still utilized three types of vaccine in immunization DPT and Hepatitis B, there are DPT vaccine, Hepatitis B Vial and DPT - Hepatitis B Combo. Meanwhile, didn?t know yet whether vaccine is most effective costly between DPT and Hepatitis B Vial with DPT - Hepatitis B Combo.
This research conducted to recognize which vaccine is more cost effective in conducting DPT immunization and Hepatitis B at Tangerang Regency. This research conducted in Cisoka Puskesrnas that use DPT vaccine and Hepatitis B Vial, and Jayanti Puskesmas that use DPT vaccine - Hepatitis B Combo. Research designed utilized operational research. Bases on Cost Effectiveness asses? system or method activity based costing (ABC).
Research result shows that Cost EiTective Ratio (CER) using DPT vaccine - Hepatitis B Vial value is higher that DPT vaccine - Hepatitis B Combo, which is CER based on coverage of DPT vaccine - Hepatitis B Vial as much as Rp. 151.981 and DPT vaccine - Hepatitis B Combo as much as Rp. 85.l27. CER Index of using DPT vaccine - Hepatitis B Vial as much as Rp. 2l.788.4'70 and DPT vaccine - Hepatitis B Combo as much as Rp. 21.2l7.819. CER based on wasted vaccine dose of DPT vaccine - Hepatitis B Vial as much as Rp. 16.5lO.787 and DPT vaccine - Hepatitis B Combo as much as Rp. 7.044.23l. This result shows that DPT vaccine - Hepatitis B Combo is more lower at cost.
Based on research result, suggested to, especially, Health Agency Tangerang Regency use DPT vaccine - Hepatitis B Combo as altemative vaccine in conducting DPT immunization and Hepatitis B."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2007
T34449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Athiyya Wibowo
"ABSTRACT
Immunization has been proven to control and eliminate life-threatening infectious diseases. However, based on the data from Ministry of Health Central Data and Information Center, there is an decrease in DPT vaccine rates from 95% in 2014 to 93.1% in 2015, which is said to be linked to groups of parents that chose to not undergo DPT vaccine. A cross sectional survey of randomized sample of 250 mothers with children in the age of 2 - 5 years old were given questionnaires at early child education programs and pre-schools in North and South Jakarta. One-hundred and seventy nine participants had good knowledge of immunization regardless of their level of education, this showed an insignificant result. This proved to be the same in the relationship of level of education with knowledge on DPT vaccine. As for knowledge on immunization and practice to do immunization was significant. However, this was different in relationship of knowledge on DPT vaccine with practice to do DPT vaccine. The relationship of attitude on practice to do DPT vaccine was also insignificant. While the relationship of factors such as residence and number of children to practice to do DPT vaccine was also insignificant. Parental knowledge is an important factor in parents' decision to immunize their child, but this is not reflected in the parental knowledge relating to DPT vaccine against the practice of parents in choosing DPT vaccine.

ABSTRACT
Imunisasi telah dibuktikan untuk terbuksi bisa mengendalikan dan menghapuskan penyakit menular. Namun, berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, ada penurunan tingkat vaksin DPT dari 95% di tahun 2014 menjadi 93.1% di tahun 2015, yang dikatakan terkait dengan kelompok orang tua yang memilih untuk tidak menjalani imunisasi DPT. Survei cross sectional terhadap sampel random dari 250 ibu dengan anak-anak di usia 2 - 5 tahun diberi kuesioner pada Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK di Utara dan Selatan Jakarta. Seratus tujuh puluh sembilan peserta memiliki pengetahuan tentang imunisasi baik terlepas dari tingkat pendidikan mereka, hal ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini terbukti sama dalam hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang pengetahuan vaksin DPT. Adapun pengetahuan tentang immunisasi dan praktik untuk melakukan immunisasi sangat signifikan. Namun, hal ini berbeda dalam hubungan pengetahuan tentang edukasi vaksin DPT dengan praktik melakukan pengetahuan vaksin DPT. Hubungan sikap dalam praktik melakukan vaksin DPT juga tidak signifikan. Sedangkan hubungan faktor-faktor seperti tempat tinggal dan jumlah anak yang melakukan praktik vaksin DPT juga tidak signifikan.Pengetahuan orang tua merupakan faktor penting dalam keputusan orang tua untuk memberikan imunisasi kepada anak mereka, namun hal ini tidak tercermin dalam hubungan pengetahuan orang tua tentang vaksin DPT terhadap praktik orang tua untuk memilih melakukan vkaksin DPT"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parinduri, Nikmah Choiriah
"ABSTRAK
Long-term national development stresses on life quality of excellent resources. so that we focus to the young generationsm who need guidance and care from all disease than can stop their growth to be adulthood to continue long term national development.
This observation aims to know informations factor about something low DPT (diphteria, pertussis, tetanus). immunization in Gunung Tua Julu village of Panyabungan district, Mandailing Natal. this observation is analytical survey with correlation approach this instrument used questionnaire from 38 moms who have baby ages two to four months. primary and secondary data were processed and analyzed with quantitative univariat and bivariat analyses. biavariat analysis used chi square test the significant value is p <0.05.
Based on the univariat result of research / observation can be seen that the majority of respondents age from 30-35 is 22 persons (57,9%) and minority is 20-29 is 16 person (42,1%). for the respondents education majority of high school (SMA, D3,PT) IS 24 persons (63,2%) and minority of secondary school (SD,SMP) is14 persons (36,8%). for unemployment (housewife) is 26 persons (31, 58%) and minority of employes (PNS), farmer, merchant etc) is 12 persons (68,42%). based on the research result, the distance from health facility majority is 27 persons (71.1%) and minority is 11 persons (28,9%).
The result showed that some factors which related to the giving of DPT (diphteria, pertussis, tatnus) in Gunung Tua Julu Mandailing Natal District is job/ occupation (value p: 0,11) supporting from husband (0.001) distance (p:0.003) knowledge (0.026).
To all health worker in puskesmas Gunung Tua Julu need to give counseling to all moms/ mothers who have baby about how important giving DPT (diphteria, pertussis, tetanus). immunization and to all local health workers to give more information to the society so that they know more about immunization."
Sumatera Utara: Universitas HKBP Nommensen, 2018
VISI 26:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harmein Harun
"Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi, diantaranya adalah imunisasi DPT. Terdapat dua komponen pelaksanaannya yaitu komponen statik dan komponen dinamik. Komponen statik adalah pelayanan imunisasi di Puskesmas, Rumah Sakit dan praktek dokter. Seharusnya semua bayi/anak sasaran imunisasi yang berkunjung ke Puskesmas memperoleh imunisasi yang sesuai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian missed opportunities (kesempatan yang tidak dimanfaatkan) imunisasi DPT di Puskesmas Kecamatan Bogor Barat. penelitian ini merupakan penelitian analitik yang mengamati kejadian "missed opportunities" imunisasi. DPT dan kemudian mencatat berbagai faktor yang diperkirakan mempengaruhinya. Hasil penelitian ini, memperlihatkan kejadian "missed opportunities" imunisasi DPT sebesar 78 % di Puskesrnas Kecamatan Bogor Barat.
Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda biner dan/atau regresi logistik linier dapat dibuktikan adanya pengaruh beberapa faktor terhadap kejadian "missed opportunities" imunisasi DPT. Yang pertama adalah Hari Kedatangan Bayi/Anak ke Puskesmas, bila seorang bayi/anak datang bukan pada hari pelayanan imunisasi selalu mengalami kejadian "missed opportunities" tersebut. Kedua, Sifat Kedatangan ke Puskesmas, seorang bayi/anak yang dibawa ibunya ke Puskesmas bukan dengan maksud memperoleh imunisasi akan mempunyai risiko untuk mengalami "missed opportunities" 18 kali lebih besar bila dibandingkan dengan yang datang untuk memperoleh imunisasi. Ketiga, Unit Yang Memberikan Pelayanan Kesehatan, seorang bayi/anak yang dibawa ibunya ke Puskesmas dan dilayani bukan oleh unit K.I.A. akan mempunyai risiko untuk mengalami "missed opportunities" 21 kali lebih besar bila dibandingkan dengan yang dilayani oleh unit K.I.A. Keempat, adalah Faktor Pengalaman Petugas Bertugas di K.I.A., seorang bayi/anak yang dibawa ibunya ke Puskesmas dan dilayani bukan oleh petugas yang berpengalarnan bertugas di K. I. A. akan mempunyai risiko untuk mengalami "missed opportunities" 28 kali lebih besar bila dibandingkan dengan yang dilayani oleh petugas yang mempunyai pengalaman bertugas di K. I. A.
Selanjutnya disarankan agar setiap petugas Puskesmas yang rnernberikan pelayanan kesehatan kepada bayi/anak berumur 3-14 bulan untuk selalu menetapkan status imunisasi mereka. Dan perlu dipikirkan suatu mekanisme untuk itu, antara lain dengan memberikan tanda peringatan tertentu pada kartu rawat jalan bayi/anak tersebut, atau dengan menempelkan tanda tertentu (stiker) pada meja tulis atau di dinding dekat tempat tidur periksa. Perlu pula disarankan agar informasi tentang hari pelayanan imunisasi di Puskesmas disampaikan kepada masyarakat secara jelas. Saran lain yang memerlukan pertimbangan yang lebih mendalam adalah penambahan frekuensi hari pelayanan imunisasi serta arus pelayanan kesehatan bagi bayi/anak berumur 3-14 bulan harus melalui unit K.I.A."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustam Effendi
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kecenderungan pemerintah untuk melakukan stabilisasi harga minyak goreng dalam rangka membantu masyarakat miskin melalui instrument pajak berupa pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP). Pemberian subsidi dalam bentuk pajak tidak hanya dinikmati oleh masyarakat miskin saja tetapi juga dinikmati oleh masyarakat kaya yang tentu memiliki pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi minyak goreng. Hal ini membuat pro kontra di masyarakat. Penelitian ini menghitung dampak tersebut dengan menggunakan pengganda output dan pengganda pendapatan. Pengganda output dan pengganda pendapatan didapatkan melalui perhitungan Ma (accounting multiplier) dari SNSE 2008. Hasil perhitungan menunjukkan bahwasanya baik subsidi pajak berupa PPN DTP maupun dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai berdampak positif terhadap peningkatan output dengan besaran yang hampir sama dan meningkatan pendapatan rumah tangga. Dari sisi peningkatan output perekonomian, subsidi pajak berupa PPN DTP lebih baik dibandingkan bantuan langsung tunai. Namun dari sisi peningkatan pendapatan masyarakat dan ketepatan sasaran penerima subsidi, subsidi dalam bentuk BLT jauh lebih baik dibandingkan dengan subsidi pajak. Tujuan intervensi pemerintah adalah membantu masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya berupa minyak goreng, sehingga yang menjadi dasar pertimbangan utama adalah ketepatan sasaran dan peningkatan pendapatan rumah tangga yang lebih besar. Dengan demikian, subsidi dalam bentuk bantuan langsung tunai dapat dinyatakan lebih baik dibandingkan subsidi pajak berupa PPN DTP.

ABSTRACT
The background of this research is government?s policy to help the poor by giving tax subsidy in the form of Value Added Tax paid by government at the time of the price of cooking oil arises. This subsidy is not only enjoyed by the poor but also the rich who have more expenditure in cooking oil. This fact made a debate in the society. This research calculates the impact of tax subsidy to several short-run economic indicators, which are: output, employment, and income distribution. In order to achieve the objectives of this research, economic tools are applied i.e.: ouput multiplier and employment multiplier. Output multiplier and employment multiplier are calculated based on Ma (accounting multiplier) of the SNSE 2008. The result shows that both tax subsidy and cash transfer have significant influences to output and employment. On the part of output, the calculation indicates the tax subsidy is better than cash transfer. On the contrary, in the side of increasing in household income and appropriate targeted, the cash transfer is better. Since the objective of government intervention is to help the poor to fulfill their need of cooking oil, thus the foremost concern is appropriate targeted and income incremental. Accordingly, we conclude that cash transfer is better than tax subsidy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T32697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library