Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Steve Handoyo Gunawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41191
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Hanifa
"Dross merupakan produk sampingan dari proses pengecoran aluminium. Dross tergolong beracun dan berbahaya terhadap lingkungan karena mengeluarkan gas berbau seperi NH3, CH4, dan H2S yang dapat mencemari air tanah. Meskipun dross tergolong limbah yang berbahaya, terdapat sejumlah kandungan logam aluminium yang terperangkap di dalam lapisan oksida. Logam aluminium dapat dipisahkan dari lapisan oksida dengan cara melebur kembali dross dengan penambahan drossing flux, selanjutnya aluminium tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku aluminium sekunder. Pada penelitian ini, digunakan drossing flux dengan bahan penyusun NaCl-Na2SiF6-NaNO3 dengan variasi komposisi NaCl 5 wt%, 10 wt%, 15 wt% dan 20 wt%. Pembuatan drossing flux dilakukan dengan tahapan pencampuran bahan, pengeringan bahan dan pengayakan bahan lalu selanjutnya dilakukan pengujian DSC. Temperatur kerja flux berdasarkan hasil pengujian DSC adalah 700oC. Berdasarkan hasil studi, dengan penambahan drossing flux akan meningkatkan persentase metal yield hingga 8,35% dibandingkan dengan tanpa penambahan drossing flux. Penambahan drossing flux dengan bahan penyusun garam klorida-fluorida-senyawa pengoksida menunjukkan hasil perolehan metal yield yang lebih tinggi dibandingkan drossing flux dengan bahan penyusun garam klorida fluorida, walaupun tidak terlalu signifikan.

Dross is a by-product of aluminum casting. Dross are toxic and hazardous to the environment because it emits odorous gases such as NH3, CH4, and H2S which can contaminate groundwater. Although classified as hazardous waste, there is a certain content of aluminum metal entrapped in the matrix of oxide layer. Aluminum metal can be separated from the oxide layer by remelting the dross with the addition of drossing flux, then aluminum metal can be used as raw material for secondary aluminium. In this research, NaCl-Na2SiF6-NaNO3 based drossing flux is used with various composition 5 wt%, 10 wt%, 15 wt% and 20 wt% of NaCl. The process of making drossing flux is carried out by mixing, drying and sieving the materials and then continued to DSC testing. The working temperature of flux based on DSC testing results is 700oC. Based on the results of the study, the addition of drossing flux will increase the percentage of metal yield up to 8,35% compared to without the addition of drossing flux. The addition of drossing flux with the constituent of chloride fluoride-oxidizing compound showed a higher percentage of metal yield compared to drossing flux with the constituent of chloride fluoride salt, although it was not too significant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Janthinus Kristianto
"Pemanfaatan dross aluminium sebagai pengganti sebagian pasir untuk bahan baku pembuatan beton pada lingkungan asam (HCl), diharapkan meningkatkan mutu beton sehingga dapat meningkatkan ketahanan asam dengan memperlambat degradasi beton akibat larutan asam (HCl). Penggunaan dross aluminum sebagai pengganti bahan pasir dengan kandungan 0%, 5%, 8% dan 16% memberikan fenomena dimana kandungan maksimal dross aluminium sebagai campuran pengganti pasir pada beton yang disarankan tidak mencapai angka 16 %. Hal ini disebabkan peninkatan kandungan nano partikel aluminium dengan area permukaan yang lebih luas sehingga membuat penyerapan air yang lebih besar yang membuat beton tidak mengeras sempurna dan hancur. Penambahan dross aluminium berbanding terbalik dengan penurunan nilai densitas beton yang berbanding lurus dengan peningkatan prosentase kandungan rongga udara dalam struktur beton. Pemuaian juga terjadi pada beton dengan dross aluminium, yang mengakibatkan penurunan kekuatan tekan. Perlakuan immerse-dry pada beton dengan variasi 4, 8, dan 12 hari untuk mengetahui ketahanan beton terhadap asam (HCl) dipengaruhi oleh kadar dross aluminium dalam beton. Beton dengan kandungan dross aluminium lebih tinggi memiliki ketahanan yang lebih baik dalam larutan asam. Beton dengan kandungan dross aluminium 0 % selama 12 hari mendapatkan prosentase tertinggi untuk pengikisan sebesar 10.14 % sedangkan beton dengan kandungan dross aluminium sebesar 8 % mengalami pengikisan hanya sebesar 4.09 %. Biaya yang dibutuhkan akan lebih menguntungkan untuk bangunan penyimpanan asam dengan menggunakan dross aluminium sebagai campuran. Perhitungan didapatkan dari perbandingan beton 0 % dross aluminium dan dengan menggunakan 8 % dross aluminium.

The use of aluminum dross as a partial substitute for sand as raw material for making concrete in an acidic environment (HCl), is expected to improve the quality of concrete so that it can increase acid resistance by slowing down the degradation of concrete due to acid solution (HCl). The use of dross aluminum as a substitute for sand with a content of 0%, 5%, 8% and 16% gives a phenomenon where the maximum content of aluminum dross as a mixture of sand substitutes in the recommended concrete does not reach 16%. This is due to the increase in the content of aluminum nanoparticles with a wider surface area, resulting in greater water absorption which makes the concrete unable to harden completely and crumble. The addition of aluminum dross is inversely proportional to the decrease in the density of concrete which is directly proportional to the increase in the percentage of air voids in the concrete structure. Expansion in concrete also occurs in concrete with aluminum dross which causes a decrease in compressive strength. Immersedry treatment of concrete with variations of 4, 8, and 12 days to determine the resistance
of concrete to acid (HCl) is affected by the aluminum dross content in the concrete. Concrete with a higher dross aluminum content has better resistance in acid solutions.
Concrete with 0% aluminum dross content for 12 days got the highest percentage for erosion of 10.14% while concrete with 8% aluminum dross content experienced only 4.09% erosion. The required cost will be more profitable for acid storage buildings using aluminum dross as a mixture. Calculations are obtained from the ratio of 0% aluminum
dross concrete and by using 8% aluminum dross.
"
Depok: Fakultas Teknik, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Cakti Bramantyo
"ABSTRAK
Kegunaan logam seng yang luas untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan sehari-hari secara otomatis akan meningkatkan angka permintaan terhadap logam seng setiap tahunnya. Mengolah kembali logam seng dari dross seng merupakan salah satu cara agar cadangan mineral seng di bumi tidak habis. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk memperoleh kembali logam seng dari dross seng adalah dengan metode hidro-elektrometalurgi. Proses terdiri dari pemanggangan 700°C, pelindian H2SO4, dan elektrowinning. Penelitian ini meneliti pengaruh dari parameter-parameter pelindian dan elektrowinning pada proses perolehan kembali logam seng. Untuk karakterisasi sampel menggunakan XRD yang dilengkapi dengan perangkat lunak XRD Match!, AAS, dan EDS. Dari penelitian ini, parameter optimal terjadi pada konsentrasi pelindi 2 M H2SO4 dan suhu elektrowinning 25°C pada rapat arus 2000 A/m2. Parameter tersebut menghasilkan efisiensi arus sebesar 91.57% dan kemurnian logam seng sebesar 77.68%.

ABSTRACT
Extensive usability of zinc metal for industry needs and daily needs will automatically increase demand for zinc metal annually. Recovery of zinc metal from zinc dross is one way for zinc mineral deposits in the earth is not exhausted. One method that can be done to recover zinc metal from zinc dross is hydroelectrometallurgy method. The pr°Cess consists of roasting 700°C, H2SO4 leaching, and electrowinning. This study investigated the effect of leaching and electrowinning parameters on recovery of zinc metal. For characterization of samples using XRD, that comes with XRD Match! software, AAS, and EDS. From this study, optimal parameters °Ccurred at 2 M H2SO4 leaching concentration and 25°C electrowinning temperature at 2000 A/m2 current density, each performed for 60 minutes. These parameters produced a current efficiency of 91.57% and a purity of 77.68% zinc metal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55417
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Budiarto
"Dross aluminium yang dihasilkan oleh industri peleburan aluminium dapat menyebabkan polusi udara dan pencemaran lingkungan, untuk itu pemanfaatan ulang dross aluminium sebagai pengganti sebagian pasir pada struktur beton diharapkan bisa mengurangi masalah lingkungan yang ditimbulkan dan bisa menjadi sumber bahan baku alternatif pengganti pasir. Dampak fraksi filler dross aluminium 0%, 5% dan 8% terhadap kekuatan tekan dikarakterisasi dengan compressive strength test pada umur beton 1, 3, 7 dan 28 hari. Ketahanan korosi struktur beton dipelajari dengan potentiodyanamic polarization dan electrochemical impedance spectroscopy. Kandungan ion klorida dianalisis menggunakan X-ray fluorescence spectrometry per ketebalan 10 mm dan perubahan struktur setelah siklus dry-immerse beton di lingkungan klorida selama 30, 60 dan 90 hari dievaluasi dengan scanning electron microscope. Hasil investigasi sifat mekanik beton menampilkan kekuatan tekan cenderung menurun dengan naiknya fraksi dross aluminium. Hasil uji elektrokimia menampilkan ketahanan korosi cenderung meningkat dengan naiknya fraksi dross aluminium, selain itu hasil polarisasi potensiodinamik juga menampilkan perpanjangan rentang pasivasi baja tulangan. Hasil karakterisasi X-ray fluorescence spectrometry menunjukkan peningkatan ion klorida terhadap waktu paparan dan kenaikan fraksi dross aluminium. Pengamatan struktur mikro membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi ion klorida dipengaruhi oleh pola retak dan munculnya rongga udara dalam struktur beton. Kesimpulan menunjukkan bahwa modifikasi konsentrasi dross aluminium memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap struktur beton, kekuatan tekan dan ketahanan korosi.

Aluminum dross was produced by the aluminum smelting industry can induce air pollution and environmental defilement, therefore reused of aluminum dross as a partial replacement of sand in a concrete structure is intended to diminish the environmental problems and it can be an option source of raw material to replace sand. The impact of aluminum filler fraction of 0%, 5% and 8% on compressive strength was analyzed by compressive strength tests on concrete age of 1, 3, 7 and 28 days. Corrosion resistance of concrete structures was studied by potentiodyanamic polarization and electrochemical impedance spectroscopy. The chloride ion content was analyzed using X-ray fluorescence spectrometry every 10 mm thickness and structure evolution after concrete dry-immerse in the chloride environment for 30, 60 and 90 days were evaluated by scanning electron microscope. The results of the mechanical properties examination indicated compressive strength tend to alleviate with the increase the aluminum dross fraction. Electrochemical test results display that corrosion resistance tends to increase with increasing aluminum dross fraction, furthermore, potentiodynamic polarization results also indicate an extended range of reinforced bar passivation. The results of X-ray fluorescence spectrometry characterization showed a chloride ions enhancement towards the exposure time and aluminum dross fraction escalation. Micro structure verification prove that the concentration of chloride ions escalation is influenced by crack patterns and the appearance of air cavities in concrete structures. The consequences illustrate the strong influence of aluminum dross on concrete structure, compressive strength and corrosion resistance of concentrate modification."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Ramadhan
"Friksi yang tidak dikendalikan pada mesin dapat mengakibatkan keausan yang tinggi, menyebabkan maintenance yang sering, dan membuat umur pendek serta memiliki efisiensi energi yang rendah. Lubrikasi merupakan solusi untuk masalah ini dengan membentuk lapisan pelumas yang mencegah kontak langsung antara permukaan material, mengurangi gesekan dan keausan pada mesin. Material nanopartikel timah oksida dan graphene digunakan sebagai aditif pada lubrikan PAO karena masing-masing material sudah menunjukkan performa yang baik dalam menurunkan coefficient of friction (COF) dan wear scar dimension (WSD) pada minyak PAO. Selain itu usaha pemanfaatan SnO2 dilakukan guna memaksimalkan hilirasi tambang dan industri timah dengan usaha pengolahan limbah solder dross. Sintesis SnO₂ dilakukan dari limbah solder dross menggunakan metode leaching dengan asam nitrat berkonsentrasi 68%. Hasil sintesis menunjukkan kemurnian SnO₂ sebesar 98.4%. Karakterisasi XRD mengindikasikan fase kristal rutile dengan ukuran kristal sekitar 21.7 nm. SEM-EDS mengungkapkan partikel SnO₂ berukuran rata-rata 198.5 nm² yang cenderung beraglomerasi. Graphene yang digunakan menunjukkan kemurnian tinggi dengan kandungan karbon 99.4% berdasarkan berat. Pengujian HFRR dilakukan untuk menilai kinerja tribologi dari berbagai sampel pelumas. Penambahan 0.05 wt% graphene dan variasi konsentrasi SnO₂ (1 wt%, 3 wt%, dan 5 wt%) secara signifikan menurunkan COF dan WSD dibandingkan dengan PAO murni. Penambahan 1 wt% SnO₂ dan 0.05 wt% graphene memberikan hasil paling optimal dengan penurunan COF sebesar 44.59% dan WSD sebesar 71.53% dibandingkan PAO murni.

Uncontrolled friction in machinery can lead to high wear, frequent maintenance, short lifespan, and low energy efficiency. Lubrication addresses these issues by forming a lubricating layer that prevents direct contact between material surfaces, reducing friction and wear. Tin oxide nanoparticles and graphene are used as additives in PAO lubricants due to their proven performance in reducing the coefficient of friction (COF) and wear scar dimension (WSD) in PAO oil. Additionally, the utilization of SnO₂ aims to optimize downstream mining and the tin industry by processing solder dross waste. SnO₂ was synthesized from solder dross waste using a leaching method with 68% nitric acid. The synthesis resulted in SnO₂ with a purity of 98.4%. XRD characterization indicated a rutile crystal phase with a crystal size of approximately 21.7 nm. SEM-EDS revealed SnO₂ particles with an average size of 198.5 nm², which tended to agglomerate. The graphene used exhibited high purity with a carbon content of 99.4% by weight. HFRR testing was conducted to evaluate the tribological performance of various lubricant samples. The addition of 0.05 wt% graphene and varying concentrations of SnO₂ (1 wt%, 3 wt%, and 5 wt%) significantly reduced COF and WSD compared to pure PAO. The optimal results were achieved with the addition of 1 wt% SnO₂ and 0.05 wt% graphene, resulting in a 44.59% reduction in COF and a 71.53% reduction in WSD compared to pure PAO."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library