Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anfa Adnia Fatma
"Meningkatnya kejadian interaksi obat pada pola peresepan dapat disebabkan banyaknya obat yang sering digunakan / polifarmasi. Polifarmasi dapat menimbulkan risiko yaitu terjadinya interaksi obat. Interaksi obat dapat menyebabkan beberapa hal seperti penurunan efek terapi, peningkatan toksisitas atau efek farmakologis yang tidak diharapkan. Pengumpulan data didasarkan pada resep rawat jalan dengan skrining 50 resep polifarmasi yang kemudian dipilih resep polifarmasi pada pasien dengan diagnosa penyakit kardiovaskuler. Resep polifarmasi tersebut diidentifikasi melalui studi pustaka menggunakan pustaka drug interaction checker seperti Stockley’s Drug Interaction, Lexicomp Drug Interactions, Medscape, dan Drugs.com. Peresepan polifarmasi dari 3 resep menunjukkan pada R1 potensi interaksi obat pada kategori minor, pada R2 potensi interaksi obat yaitu kategori mayor dan R3 potensi interaksi obat yaitu kategori minor sebanyak 1 dan kategori moderate sebanyak 4, dengan setiap resep memiliki beberapa efek samping yang perlu diperhatikan. Langkah untuk meminimalkan interaksi obat dan efek samping yang mungkin terjadi yaitu dengan menghindari penggunaan obat secara bersamaan yang memiliki potensi menimbulkan interaksi, memberikan jeda penggunaan obat 2 jam, serta melakukan monitoring gejala klinis atau data laboratorium pasien terkait efek dari penggunaan obat.

The increasing incidence of drug interactions in prescribing patterns can be caused by the large number of drugs frequently used / polypharmacy. Polypharmacy can pose a risk, namely drug interactions. Drug interactions can cause several things such as decreased therapeutic effect, increased toxicity or unexpected pharmacological effects. Data collection was based on outpatient prescriptions by screening 50 polypharmacy prescriptions which then selected polypharmacy prescriptions in patients diagnosed with cardiovascular disease. These polypharmacy prescriptions were identified through literature studies using drug interaction checker libraries such as Stockley's Drug Interaction, Lexicomp Drug Interactions, Medscape, and Drugs.com. Prescribing polypharmacy from 3 prescriptions shows that in R1 the potential for drug interactions is in the minor category, in R2 the potential for drug interactions is in the major category and in R3 the potential for drug interactions is in the minor category of 1 and the moderate category is 4, with each prescription having several side effects that need to be taken into account. Steps to minimize drug interactions and side effects that may occur are by avoiding simultaneous use of drugs that have the potential to cause interactions, giving a 2 hour break from drug use, and monitoring the patient's clinical symptoms or laboratory data regarding the effects of drug use.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adristi Arum Nabilah
"Indonesia merupakan negara berkembang dengan maraknya penyakit infeksius. Beberapa penyakit infeksius menjadi penyumbang angka kematian tertinggi dibanding penyakit lainnya. Penggunaan obat antiinfeksi, terutama dalam jalur pemberian oral, tentunya menjadi perhatian karena apabila penggunaannya tidak dilakukan secara rasional, maka dapat mengakibatkan resistensi mikroba terhadap obat antiinfeksi. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan utama tingkat pertama menjadi tempat pasien pertama kali berobat ketika merasa sakit. Penggunaan obat antiinfeksi yang rasional perlu diterapkan dari awal pasien berobat guna mencegah terjadinya resistensi mikroba, maka dari itu diperlukan handbook antiinfeksi oral berisikan dosis maksimum, efek samping, dan interaksi obat dari obat antiinfeksi oral yang ada di Puskesmas Jatinegara. Obat antiinfeksi oral yang tercantum pada Formularium Puskesmas Jatinegara tahun 2022 dilakukan penelusuran literatur. Data dosis maksimum didapatkan dari Drug Information Handbook Edisi 22 dan aplikasi Medscape®. Data efek samping dan interaksi obat didapatkan dari aplikasi Medscape®. Handbook yang telah dibuat diharapkan dapat membantu praktisi untuk mencari data dosis maksimum, efek samping, dan interaksi obat dari obat antiinfeksi oral yang akan diberikan pada pasien sehingga dapat mengurangi tingkat kejadian yang tidak diinginkan akibat pemakaian obat.

Indonesia is a developing country with many infectious diseases. Some infectious diseases contribute to the highest mortality rate compared to other diseases. The use of anti-infective drugs, especially in the oral administration route, is of course a concern because if their use is not carried out rationally, it can lead to microbial resistance to anti-infective drugs. Puskesmas as the main first-level health facility is the first place for patients to seek treatment when they feel sick. Rational use of anti-infective drugs needs to be applied from the start of the patient's treatment to prevent microbial resistance from occurring, therefore an oral anti-infective handbook is needed containing the maximum dose, side effects, and drug interactions of oral anti-infective drugs available at Puskesmas Jatinegara. Oral anti-infective drugs listed in Puskesmas Jatinegara Formulary for 2022 were carried out through a literature search. Maximum dose data were obtained from Drug Information Handbook Edition 22 and Medscape® application. Data on side effects and drug interactions were obtained from Medscape® application. The handbook that has been created is expected to help practitioners find data on maximum doses, side effects, and drug interactions of oral anti-infective drugs that will be given to patients so that they can reduce the level of unwanted events due to drug use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sahnaz Rizky Alghonia
"Pekerjaan Farmasis bukan hanya sekedar membuat obat, melainkan juga menjamin, pemberian informasi mengenai indikasi, efek samping dan penggunaan obat dengan benar. Efek Samping Obat (ESO) merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di fasilitas perawatan kesehatan di seluruh dunia. Salah satu bentuk kegiatan Pharmaseutical care adalah Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek samping obat dan memonitoring penggunaan obat pada pasien hipertensi agar dapat meminimalkan terjadinya efek samping obat dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat. Penelitian disusun pada tanggal 1-31 Agustus 2021 di Apotek Nusukan, Surakarta. Tugas khusus mengenai “Monitoring Efek Samping Obat Hipertensi” disusun dengan melakukan wawancara secara langsung dengan pasien yang menderita hipertensi dan melakukan studi literatur mengenai pengertian, patosiologi, gejala klinis, penatalaksanaan penyakit hipertensi. Selain itu, materi pengkajian juga diperoleh melalui diskusi dengan Pembimbing.
Resep pasien dengan penyakit hipertensi yang berisi amlodipine, diovan, bisoprolol, miniaspi di skrining terlebih dahulu untuk menjamin keamanan (safety) dan kemanjuran (efficacy) dari obat yang terdapat di dalam resep ketika digunakan pasien serta memaksimalkan tujuan terapi. Skrining resep meliputi kajian administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Penelitian menunjukkan pasien mendapatkan obat sesuai dengan apa yang dikeluhkan dan tidak pernah menghentikan pengobatan pada saat tekanan darah normal, tetapi pernah mengeluhkan pusing dan nyeri setelah mengonsumsi obat.

Pharmacist have responsibilities to guarantee, provide information regarding indications, side effects and correct use of drugs. Drug Adverse Effects (ESO) is one of the leading causes of mortality and morbidity in health care facilities worldwide. One form of Pharmaseutical care activity is Drug Side Effect Monitoring (MESO).
This study aims to determine the side effects of drugs and monitor the use of drugs in hypertensive patients in order to minimize the occurrence of drug side effects and improve patient compliance in taking drugs. The study was arranged on 1-31 August 2021 at Apotek Nusukan, Surakarta. The special task regarding "Monitoring Side Effects of Hypertension Drugs" was prepared by conducting direct interviews with patients suffering from hypertension and conducting literature studies on the definition, pathophysiology, clinical symptoms, and management of hypertension. In addition, the study material was also obtained through discussions with Supervisor 1 author at Nusukan Pharmacy and Supervisor 2 from the University of Indonesia.
Prescriptions for patients with hypertension containing amlodipine, diovan, bisoprolol, miniaspi are screened first to ensure the safety and efficacy of the drugs contained in the prescription when used by patients and maximize therapeutic goals. Prescription screening includes administrative review, pharmaceutical suitability, and clinical judgment. Research shows that patients get the drug according to what they complain about and never stop medication when blood pressure is normal, but have complained of dizziness and pain after taking the drug.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Indah Pratiwi
"Polifarmasi merupakan penggunaan bersamaan enam obat atau lebih oleh seorang pasien. Semakin banyak obat yang digunakan maka semakin tinggi potensi interaksi yang terjadi dan dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui resiko efek samping dan potensi interaksi obat pada resep polifarmasi nonracikan. Identifikasi terkait potensi efek samping dan interaksi obat dinilai berdasarkan database dari Medscape Drug Interaction Checker, RxList Drug Interaction Checker, drugs.com Drug Interaction Checker, dan WebMD Drug Interaction Checker. Pada resep polifarmasi nonracik pertama ditemukan potensi efek samping berupa ketidakseimbangan elektrolit, hipotensi, hiperurisemia, asam urat, sakit kepala, dan mual/muntah serta terdapat dua potensi interaksi major dan empat potensi interaksi moderate. Sementara pada resep polifarmasi nonracik kedua ditemukan potensi efek samping berupa pencernaan yang terganggu, mengantuk, tremor otot rangka, peningkatan BUN atau kreatinin, dan bronkospasme serta terdapat lima potensi interaksi moderate. Berdasarkan mekansimenya, mayoritas potensi interaksi obat yang ditemukan adalah interaksi farmakodinamik (45.4%). Sementara berdasarkan tingkatannya, mayoritas potensi interaksi obat yang ditemukan adalah interaksi moderate (81.8%).

Polypharmacy is the concomitant use of six or more drugs by a patient. The more drugs used, the higher the potential for interactions that occur and can cause dangerous side effects. The purpose of this study was to determine the risk of side effects and potential drug interactions in nonconcocted polypharmacy prescriptions. Identification of potential side effects and drug interactions is assessed based on databases from Medscape Drug Interaction Checker, RxList Drug Interaction Checker, drugs.com Drug Interaction Checker, and WebMD Drug Interaction Checker. In the first non-mixed polypharmacy prescription, potential side effects were found in the form of electrolyte imbalance, hypotension, hyperuricemia, gout, headache, nausea, and vomiting, and there were two potential major interactions and four potential moderate interactions. While the second non-mixed polypharmaceutical prescription found potential side effects in the form of disturbed digestion, drowsiness, skeletal muscle tremors, increased BUN or creatinine, and bronchospasm, there were five potential moderate interactions. Based on the mechanism, the majority of potential drug interactions found were pharmacodynamic interactions (45.4%). Based on the level, the majority of potential drug interactions found were moderate (81.8%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library