Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nendyah Roestijawati
"Latar Belakang : Penggunaan VDT merupakan salah satu faktor risiko sindroma dry eye pada pekerja. Faktor risiko lainnya adalah faktor pekerja dan lingkungan kerja. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan penggunaan VDT, faktor pekerja dan lingkungan kerja dengan sindroma dry eye pada karyawan Universitas X Jakarta.
Metoda Penelitian : Desain penelitian cross sectional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, sedangkan untuk data lingkungan kerja dilakukan dengan pengukuran. Diagnosis sindroma dry eye ditegakkan dengan pemeriksaan tes Schirmer dan Break-up Time (BUT).
Hasil : Prevalensi sindroma dry eye pada karyawan Universitas X Jakarta sebesar 48,61%. Tidak didapatkan hubungan bermakna penggunaan VDT, faktor pekerja dan lingkungan kerja dengan sindroma dry eye pada karyawan Universitas X. Faktor yang berhubungan dengan sindroma dry eye pada karyawan pengguna VDT di Universitas X Jakarta adalah usia.
Kesimpulan dan saran : Perlunya upaya pencegahan sindroma dry eye melalui pemeriksaan kesehatan mata secara berkala terutama kemampuan akomodasi mata yang menurun seiring dengan meningkatnya usia.

Association Between Visual Display Terminal (VDT) Work, Worker And Workplace Environment Factors With Dry Eye .Syndrome In Universitas X JakartaBackground : VDT work is risk factor for dry eye syndrome. The other risk factor of thy eye syndrome are worker and workplace environment _factors. To find out association between VDT work, worker and workplace environment factors with thy eye syndrome a study was done in X University Jakarta.
Methods : A cross sectional study was used. Data of VDT work was collected by questionnaire, while for workplace environment was collected by measurement. Dry eye syndrome was determined using Schirmer test and Break-up Time (BUT) test.
Results' : The prevalence of dry eye syndrome among workers in X University Jakarta is 48,61%. There was no association between VDT work, worker and workplace environment factors with dry eye syndrome. The risk factor that associated with dry eye syndrome among VDT worker was age.
Conclusions : Periodical medical check up was needed to prevent dry eye syndrome especially eye accommodation examination that related with age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwin Gozali
"Tujuan: Menilai efektifitas dan efek samping fluorometolon (full) 0,1% dalam penatalaksanaan dry eye tipe defisiensi akuos
Metode: Penelitian ini merupakan studi uji Minis prospektif, randomisasi dan tersamar ganda di sebuah panti wredha. Sebanyak 35 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini merupakan dry eye defisiensi akuos tipe non-Sjogren. Subjek diacak ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok I mendapatkan fluorometolon 0,1% dan kelompok 2 mendapatkan hidroksipropil metilselulosa 0,3% (kontrol). Penilaian efektifitas berdasarkan skor gejala, tes Schirmer tanpa anestesi, fluorescein break up time (FBUT), pewarnaan fluoresein dan sensitivitas kornea dilakukan pada hari 0, 14 dan 28. Pemeriksaan derajat metaplasia skuamosa dilakukan 2 kali yaitu pada hari 0 dan 28. Penilaian efek samping dilihat dari tekanan intraokular dan katarak. Analisis statistik dilakukan di dalam dan antar kelompok.
Hasil: Kedua kelompok mengalami perbaikan gejala, tanda klinis dan derajat metaplasia yang bermakna dari data dasar. Namun tidak didapatkan perbaikan bermakna antara hari 14 dan 28 pada kelompok kontrol. Hasil tes Schirmer dan FBUT lebih baik secara bermakna di kelompok fluorometolon dibanding kelompok kontrol pada hari 14 dan 28. Perbaikan pewarnaan fluoresein lebih berkurang secara bermakna pada kelompok fluorometolon dibanding kelompok kontrol pada hari 28. Skor gejala, sensitivitas kornea dan perbaikan derajat metaplasia tidak berbeda bermakna antar kelompok namun cenderung lebih balk pada kelompok fluorometolon. Efek samping berupa rasa Iengket dan gatal pada ke dua kelompok tidak berbeda bermakna. Tekanan intraokular cenderung stabil dan tidak didapatkan progresifitas katarak selama penelitian.
Kesimpulan: Fluorometolon 0,1% topikal memberikan perbaikan gejala dan tanda Minis yang bermakna pada dry eye defisiensi akuos tipe non-Sjogren.

Purpose: To evaluate the effectiveness and safety of fluorometholone (fml) 0.1% in non-Surgery dry eye syndrome.
Methods: A prospective, randomized, double-masked, clinical trial was conducted in a nursing home. Thirty-five non-Sjogren dry 'eye subjects were included in the study. The subjects were randomized into two groups. Group 1 subjects received fluorometholone 0.1% and group 2 received hydroxypropyl methylcellulose (control). The eye symptom severity score, Schirmer test without anesthesia values, fluorescein break up time (FBUT), fluoresecein staining scores and corneal sensitivity were evaluated before treatment, 14 and 28 days after start the treatment. The degree of squamous metaplasia was evaluated before treatment and day 28. Intraocular pressure, cataract formation and other side effects were recorded to evaluate the safety in both groups. Statistical analyses were performed within and between groups.
Results: Both groups had significant differences compared with their baseline measurements in all of the parameters. However, subjects in the control group showed no significantly improvements between day 14 and day 30. There were no significant differences between groups on symptom severity score and corneal sensitivity on day 14 and 28. The degree of squamous metaplasia was not significantly different between groups on day 28. The FML group had significantly better Schirmer test value and FBUT on days 14 and 28 compared to control group. The fml group subjects also had significantly lower fluorescein staining on days 28. The side effects detected in fml group were sticky and itchy, comparable to control group. Intraocular pressure was stable and no progression of cataract formation.
Conclusion: Topical fluorometholone 0.1% had a clearly beneficial effect both on subjective and objective clinical parameters of non-Sjogren dry eye patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syougie
"Latar Belakang: Penggunaan video display terminal VDT oleh pemandu lalu lintas udara PLLU dalam pekerjaan mereka dapat menyebabkan sindrom mata kering SMK yang berbahaya bagi keselamatan dan keamanan penerbangan.
Tujuan: Menilai efektifitas pemberian obat tetes mata sodium hyaluronate pada PLLU Bandara Soekarno Hatta dengan sindom mata kering.
Metode Penelitian: Penelitian potong lintang dengan total sampling dilakukan pada PLLU Bandara Soekarno Hatta untuk mencari prevalensi sindrom mata kering. Dilanjutkan penelitian intervensi pre-post pada lima puluh PLLU Bandara Soekarno Hatta yang didiagnosis SMK derajat ringan dengan tes Schirmer kemudian diberikan obat tetes sodium hyaluronate. Efektivitas obat dinilai secara obyektif dengan uji Schirmer dan secara subyektif dengan kuesioner Ocular Surface Disease Index OSDI sebelum dan sesudah pemberian obat.
Hasil: Prevalensi sindrom mata kering pada PLLU Bandara Soekarno Hatta sebanyak 60,3 . Ada peningkatan yang signifikan secara statistik untuk kedua uji Schirmer dari 14,58 2,56 menjadi 8,22 1,33 dan skor OSDI dari 16,7 0-46 menjadi 25 0-64,6 setelah tujuh hari pemberian obat. Hal ini juga sejalan dengan kondisi klinis yang menunjukkan pergeseran dari derajat ringan menjadi normal baik untuk tes Schirmer dan kuesioner OSDI.
Kesimpulan: Obat tetes Sodium hyaluronate efektif dalam mengatasi sindrom mata kering derajat ringan pada pemandu lalu lintas udara.

Background: The use of video display terminals VDT by air traffic guides ATC can lead to dry eye syndrome DES that rsquo s harmful for safety and security of aviation.
Objective: Assess the effectiveness of sodium hyaluronate SH eye drops on ATC of Soekarno Hatta Airport with DES.
Research Methods: Cross sectional studies with total sampling were conducted on ATC of Soekarno Hatta Airport to find prevalence of DES. Followed with pre post intervention study on fifty ATC of Soekarno Hatta Airport which was diagnosed DES mild degree with Schirmer test and then administered SH eye drops. The effectiveness of the drug was assessed objectively by Schirmer test and subjectively by Ocular Surface Disease Index OSDI questionnaire before and after drug administration.
Result: Prevalence of DES on ATC of Soekarno Hatta Airport is 60,3. There was a statistically significant increase for both Schirmer tests from 14.58 2.56 to 8.22 1.33 and OSDI scores from 16.7 0 46 to 25 0 64.6 after seven days administration of drugs. This is also in line with clinical conditions that indicate a shift from mild degrees to normal for both Schirmer test and OSDI questionnaire.
Conclusion Sodium hyaluronate eye drops are effective in treating mild DES on ATC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library