Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Wayan Jatasya Adrianie
"Gambar sebagai representasi arsitektur merupakan hubungan yang kompleks antara gambar, penggambar, objek yang direpresentasi dan pengamat. Hubungan yang kompleks tersebut dapat menyebabkan ketidaksesuaian gambar dengan kondisi penggambaran. Sehingga pernyataan bahwa gambar adalah bahasa universal perlu ditinjau kembali.
Gambar memiliki sifat dualistik yang ditandai oleh keberadaan dua sisi yang berkebalikan. Dualistik dapat menimbulkan keraguan terhadap kecenderungan penggunaan gambar di dalam arsitektur sehingga gambar tidak lagi dianggap representatif. Sifat tersebut tidak hanya membatasi tetapi juga mendefinisi.
Hasil studi yang dilakukan pada beberapa gambar proyeksi aksonometri menunjukkan bagaimana dualistik terjadi pada gambar. Dualistik dapat dilihat sebagai konsekuensi proses membuat gambar. Dengan memahami dualistik, penggambar mampu memberikan tanggapan yang sesuai dan tetap bekerja dengan gambar.
Drawing, being architectural representation, is constituted by complex relationships between drawing, its draughtsman, represented object and readers. These complicated relationships could cause incompatibility between drawing and its condition. Therefore, drawing can not be perceived as universal language.Drawing has dualistic as its nature that can be indicated by the presence of two opposite sides. Dualistic could further provoke doubts in the tendency of using drawing as architectural representation. Drawing can no longer be considered representative. This nature not only limits but also defines. The results of studies conducted on several axonometric projection drawings indicate how dualistic occurs within drawing. Understanding dualistic, draughtsman (and also architect) may be able to give appropriate and corresponding response to it while still working with drawing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56252
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tika Astri Astika
"Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana dualistik patriarkal bekerja, khususnya dalam konsep pembangunan yang sering kali dalam praktiknya, menunjukkan adanya ketimpangan posisi antara laki-laki dan perempuan. Sejak awal konsep pembangunan merupakan ranah publik sudah didominasi oleh laki-laki sebagai tuan, perempuan kemudian hanya dipandang sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara pada salah wilayah desa yaitu Mawar. Hasil wawancara akan digunakan untuk memperkuat hasil dengan metode analisis kritis dari masalah tersebut, dengan menggunakan logika feminis non-hierarkis. Seharusya konsep pembangunan menjadi perhatian penting, semua itu tidak akan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan jika salah satu pihak tertindas, pembangunan harus bisa memberikan manfaat bagi semua, karena itu perlu adanya tindakan yaitu dengan memeriksa lebih jauh tentang konsep yang dipakai dan membantu menjelaskan struktur umum yang mengakibatkan banyaknya kelompok tertindas, dan memberikan beberapa langkah penting agar konsep pembangunan yang sebenarnya bisa dilakukan, yaitu memberikan manfaat bagi semua.
This paper provides an overview of how patriarchal dulistics works, especially in the concept of development which often in practice shows an imbalance in the position of men and women. Since the beginning, the concept of development as a public sphere has been dominated by men as masters, women are then only seen as complements to achieve goals. The method used is a qualitative method with data collection techniques through interviews in one of the village areas, namely Mawar. The results of the interviews will be used to strengthen the results with a critical analysis method of the problem, using non-hierarchical feminist logic. Should the concept of development be an important concern, all of that will not work as expected if one party is oppressed, development must be able to provide benefits for all, therefore action is needed, namely by examining further the concepts used and helping explain the structure which resulted in many oppressed groups, and provided several important steps so that the actual development concept could be implemented, namely to provide benefits for all."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library