Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zatadini Karisma Paradasa
"Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial rentan mengalami burnout saat melaksanakan praktikum selayaknya pekerja sosial yang rentan burnout terkait pekerjaannya. Beban tugas praktikum, tugas akademik, tuntutan untuk melibatkan emosi saat bekerja dengan kelompok sasaran, dan ekspektasi yang diberikan dari berbagai pihak menjadi penyebabnya. Burnout yang dialami mahasiswa mengganggu keberfungsian sosial mereka sehingga menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas dari pelaksanaan praktikum, yang pada akhirnya berdampak pada kelompok sasaran, lembaga, dan universitas. Salah satu faktor yang berkaitan dengan burnout adalah dukungan sosial yang dipersepsikan oleh mahasiswa. Namun, masih minim penelitian terkait burnout dan dukungan sosial pada mahasiswa praktikum dari jurusan sosial di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan tingkat burnout, dukungan sosial, dan hubungan dukungan sosial teman sebaya dan supervisor sekolah dengan tingkat burnout Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial UI saat melaksanakan praktikum pada semester genap 2023/2024. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tujuan deskriptif, dengan instrumen Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (MBI-HSS) untuk mengukur burnout, instrumen Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya, dan instrumen Supervisory Social Support (SSS) untuk mengukur dukungan sosial supervisor sekolah. Metode sampling yang digunakan adalah total sampling dari seluruh populasi mahasiswa yang sedang melaksanakan praktikum pada semester genap 2023/2024. Pengambilan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada bulan Juni 2024 yang diisi oleh 75 responden. Data hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Kendall’s tau-b dengan bantuan SPSS. Hasil uji univariat menunjukkan bahwa 70.7% mahasiswa mengalami burnout dengan tingkatan sedang, 73.7% mahasiswa memiliki persepsi dukungan sosial teman sebaya sedang, dan 65.3% mahasiswa memiliki persepsi dukungan sosial supervisor sekolah yang sedang. Hasil uji Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan namun lemah pada dukungan sosial teman sebaya dan burnout (T = -.334, p < 0.05), serta pada dukungan sosial supervisor sekolah dan burnout (T = -.322, p < 0.05). Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran terkait burnout pada mahasiswa yang melaksanakan praktikum sehingga dapat menjadi acuan untuk pengembangan program intervensi level mikro, mezzo, maupun makro untuk mencegah burnout mahasiswa menjadi lebih buruk.

Social welfare students are susceptible to burnout when carrying out practicums, just like social workers who are susceptible to burnout related to their work. The burden of practical assignments, academic assignments, demands to involve emotions when working with target groups, and expectations given from various parties are the causes. Burnout experienced by students disrupts their social functioning causing a decrease in productivity and the quality of practicum implementation, ultimately impacting the target group, institutions, and universities. One of the factors related to burnout is the social support perceived by students. However, there is still minimal research related to burnout and social support among practicum students from social departments in Indonesia. Therefore, this study aims to describe the level of burnout, social support, and the relationship between social support from peers and school supervisors with the burnout level of UI Social Welfare Students when carrying out practicum in semester 2023/2024. This study uses a quantitative approach with descriptive objectives, with the Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (MBI-HSS) instrument to measure burnout, the Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) instrument to measure peer social support, and the Supervisory Social Support (SSS) instrument to measure school supervisors' social support. The sampling method used was total sampling from the entire population of students who are carrying out practicums in the even semester 2023/2024. Data collection was carried out by distributing questionnaires in June 2024 which were filled in by 75 respondents. The research data were explained univariately and bivariately using Kendall's tau-b test with SPSS. Univariate test results showed that 70.7% of students experienced moderate levels of burnout, 73.7% of students had moderate perceptions of peer social support, and 65.3% of students had moderate perceptions of social support from school supervisors. The results of Kendall's tau-b test show a significant but weak negative relationship between peer social support and burnout (T = -.334, p < 0.05), as well as between school supervisor social support and burnout (T = -.322, p < 0.05). This research is expected to provide an overview of burnout in students carrying out practicums so that it can become a reference for developing intervention programs at micro, mezzo, and macro levels to prevent student burnout from getting worse."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Nurul Hijriah
"Setiap manusia memiliki hak untuk meningkatkan kualitas hidupnya, salah satunya melalui pendidikan. Namun, perguruan tinggi yang memadai masih terpusat di pulau Jawa dan Bali sehingga calon mahasiswa memutuskan merantau. Mahasiswa rantau akan lebih dituntut untuk bisa menghadapi tantangan baru terkait hal akademis maupun kehidupan sehari-hari yang jauh dari orang tua dan teman sebaya dari tempat asal. Dengan begitu, mahasiswa rantau membutuhkan resiliensi yang tinggi untuk beradaptasi. Dalam praktik pekerjaan sosial, konsep yang berkaitan dengan resiliensi, yaitu strengths perspective yang menyoroti kemampuan atau kekuatan seseorang untuk mewujudkan pemberdayaan dan memperbaiki kualitas hidup dengan proses peningkatan kekuatan interpersonal. Terdapat dua sumber faktor pengaruh protektif untuk mengembangkan resiliensi, yaitu melalui konsep diri sebagai sumber daya internal dan dukungan sosial teman sebaya sebagai sumber daya eksternal. Penelitian terdahulu menunjukkan adanya perbedaan hasil yang beragam dari banyaknya faktor pengaruh resiliensi dengan subjek mahasiswa dalam berbagai kondisi. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh konsep diri dan dukungan sosial secara bersamaan terhadap resiliensi pada mahasiswa rantau. Dengan adanya pemahaman konsep diri yang baik dan dukungan sosial teman sebaya yang tinggi, mahasiswa rantau akan membantunya berpikir secara positif ketika mengatasi tantangan dalam beradaptasi selama merantau. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknis pengumpulan data menggunakan stratified random sampling. Sampel yang didapat berjumlah 214 mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia angkatan 2020-2023 yang berasal dari luar wilayah Jabodetabek. Hasil analisis univariat diketahui sebagian besar responden memiliki tingkat resiliensi sedang sebesar 73.4% (n = 157), memiliki tingkat konsep diri sedang sebesar 66.8% (n = 143) dan merasakan dukungan sosial teman sebaya tingkat sedang sebesar 71% (n = 152). Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa terdapat pengaruh konsep diri terhadap resiliensi mahasiswa rantau yang signifikan (B = 0.208, Wald = 42.098, p < 0.001). Pada hasil penelitian, pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap resiliensi mahasiswa rantau tidak signifikan (p = 0.41). Hasil penelitian analisis multivariat diketahui X2(4, N = 214) = 65.836, p < 0.001 yang menunjukkan bahwa variabel konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya secara signifikan memberikan akurasi yang lebih baik dalam memprediksi resiliensi. Pengaruh konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya secara bersamaan menjelaskan 34% variabilitas dalam tingkat resiliensi mahasiswa rantau FISIP UI.

Every human being has the right to improve the quality of his life, one of which is through education. However, adequate tertiary institutions are still concentrated on the islands of Java and Bali, so prospective students decide to migrate. Overseas students will be more required to be able to face new challenges related to academics and daily life far from their parents and peers from their place of origin. That way, overseas students need high resilience to adapt. In social work practice, a concept related to resilience, namely a strengths perspective, highlights a person's ability or strength to realize empowerment and improve the quality of life through the process of increasing interpersonal strength. There are two sources of protective influence factors for developing resilience, namely through self-concept as an internal resource and social support from peers as an external resource. Previous research shows that there are various differences in results from the many factors influencing resilience among student subjects in various conditions. Therefore, research was conducted to see whether or not there was an influence of self-concept and social support simultaneously on resilience in overseas students. By having a good understanding of self-concept and high social support from peers, overseas students will help them think positively when overcoming challenges in adapting while abroad. This research uses a quantitative approach and descriptive research type. The data collection technique uses stratified random sampling. The sample obtained was 214 active students from the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia class 2020-2023 who came from outside the Jabodetabek area. The results of univariate analysis showed that the majority of respondents had a moderate level of resilience of 73.4% (n = 157), had a moderate level of self-concept of 66.8% (n = 143) and felt a moderate level of peer social support of 71% (n = 152). From the results of the bivariate analysis, it is known that there is a significant influence of self-concept on the resilience of overseas students (B = 0.208, Wald = 42.098, p < 0.001). In the research results, the effect of peer social support on the resilience of overseas students was not significant (p = 0.41). The results of the multivariate analysis research showed that X2(4, N = 214) = 65.836, p < 0.001, which shows that the variables of self-concept and peer social support significantly provide better accuracy in predicting resilience. The effect of self-concept and peer social support together explains 34% of the variability in the level of resilience of FISIP UI overseas students."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovi Nur Utami
"Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Fokus penelitian ini yaitu untuk melihat bagaimana pengaruh dukungan sosial kelompok
teman sebaya terhadap perilaku anak untuk melakukan pull ups. Populasi penelitian yang dipilih yaitu para AN/ABH yang tinggal di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Bambu Apus Jakarta dengan sampel sebanyak 90 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dukungan sosial dari kelompok teman sebaya terhadap perilaku anak untuk melakukan pull ups di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Bambu Apus Jakarta karena penelitian ini tidak mengukur tingkat kedekatan dan kualitas pertemanan teman sebaya.

This research is a quantitative research with descriptive design. This research focus on how the effect of peer social support on child’s behavior to doing pull
ups. This study population are AN/ABH who stay in Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Bambu Apus Jakarta. Sample of this research is 90 respondents. Theresults showed that there is not effect of peer social support on child’s behavior to doing pull ups at Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Bambu Apus Jakarta because this research did not measure the level of closeness and the quality of peer friendship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Sulistiawijaya
"Mahasiswa keperawatan tentunya akan selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan dan permasalahan akademik yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya kecemasan, stres, depresi, sampai dengan pengunduran diri dari perkuliahan. Dalam menghadapi tantangan dan permasalahan yang terjadi mahasiswa memerlukan resiliensi, dalam konteks akademik disebut dengan resiliensi akademik. Dukungan sosial teman sebaya dan self-efficacy yang tinggi dapat menjadi faktor dalam membentuk atau meningkatkan resiliensi akademik pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan self-efficacy dengan resiliensi akademik pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Dilakukan pada 246 mahasiswa keperawatan di salah satu institusi pendidikan di Indonesia dengan teknik proportionate stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner karakteristik responden, The Academic Resilience Scale-30 (ARS-30), The Social Provision Scale (SPS), dan General Self-Efficacy Scale (GSE). Penelitian ini telah lolos uji etik fakultas dengan nomor registrasi KET-018/UN2.F12.D1.2.1/PPM.00.02/2023. Hasil penelitian dianalisis dengan uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan resiliensi akademik (p-value= 0,001 r=0,425) dan self-efficacy dengan resiliensi akademik (p-value= 0,001 r=0,557). Penelitian ini merekomendasikan institusi pendidikan untuk menyusun dan melaksanakan program yang dapat membantu mahasiswa mengoptimalkan hubungan pertemanannya serta meningkatkan keyakinannya terkait dengan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan pendidikan.

Nursing students will certainly always be faced with various challenges and academic problems that have the potential to cause anxiety, stress, depression, and even withdrawal from lectures. In facing the challenges and problems that occur, nursing students need resilience, in the academic context it is called academic resilience. High peer social support and self-efficacy can be factors in forming or increasing academic resilience in nursing students. This study aims to identify the relationship between peer social support and self-efficacy with academic resilience in nursing students. This study is a quantitative study with a cross-sectional approach. Conducted on 246 nursing students in one of the educational institutions in Indonesia with a proportionate stratified random sampling technique. Data was collected using a respondent characteristics questionnaire, The Academic Resilience Scale-30 (ARS-30), The Social Provision Scale (SPS), and General Self-Efficacy Scale (GSE). This research has passed the faculty ethics test with registration number KET-018/UN2.F12.D1.2.1/PPM.00.02/2023. The results of the study analyzed with the Spearman correlation test showed a significant relationship between peer social support with academic resilience (p value = 0.001 r = 0.425) and self-efficacy with academic resilience (p value = 0.001 r = 0.557). This study recommends educational institutions develop and implement programs that can help nursing students optimize their friendship relationships and increase their confidence related to their ability to complete their education. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reyhan Al Fakhri
"Penelitian ini membahas hubungan dukungan sosial teman sebaya dan peer attachment dengan penyesuaian diri mahasiswa perantau. Kemampuan penyesuaian diri merupakan hal yang penting untuk dimiliki mahasiswa perantau, karena di tahun pertamanya mahasiswa perantau akan mengalami culture shock dalam berbagai hal. Penelitian ini melihat beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap penyesuaian diri mahasiswa, diantaranya yaitu dukungan sosial teman sebaya dan peer attachment. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Politik Universitas Indonesia yang berasal dari luar Jabodetabek. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang cukup atau sedang antara dukungan sosial teman sebaya dan penyesuaian diri mahasiswa dengan nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,541. Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang dimiliki oleh mahasiswa perantau, maka akan semakin baik penyesuaian dirinya. Sementara itu, penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan positif yang sedang antara peer attachment dengan penyesuaian diri mahasiswa perantau dengan nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,498. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin kuat peer attachment yang dimiliki oleh mahasiswa perantau, maka akan semakin baik penyesuaian dirinya.

This study discusses the relationship between peer social support and peer attachment with the adjustment of overseas students. The ability to adapt is an important thing for overseas students to have, because in their first-year overseas students will experience culture shock in various ways. This study looks at several factors that can influence student adjustment, including peer social support and peer attachment. Respondents in this study were first-year students of the Faculty of Political Science and Political Science, University of Indonesia who came from outside Jabodetabek. The research method used in this research is a quantitative method with a descriptive research type. The data collection technique in this study used stratified random sampling. The results of this study indicate that there is a moderate positive relationship between peer social support and student adjustment with a correlation coefficient (r) of 0.541. This value indicates that the higher the social support possessed by overseas students, the better their adjustment will be. Meanwhile, this study also showed a moderate positive relationship between peer attachment and self-adjustment of overseas students with a correlation coefficient (r) of 0.498. This shows that the stronger the peer attachment possessed by overseas students, the better their adjustment will be."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Asyfiani Rufaida
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perkembangan baik dari fisik, kognitif, dan psikososial. Remaja yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut akan mengalami stres yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan jiwa. Dukungan sosial dari teman sebaya menjadikan remaja memiliki kesehatan jiwa yang baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Sampel sebanyak 292 siswa SMP Negeri 1 Cisaat yang dipilih melalui teknik stratified random sampling. Responden mengisi kuesioner Social Provision Scale (SPS) untuk dukungan sosial teman sebaya dan Strenghts and Difficulties Questionnare (SDQ) untuk masalah kesehatan jiwa. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p value 0,034) antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Diperlukan skrining awal kesehatan jiwa, pembentukan kelompok teman sebaya dan pendidikan kesehatan jiwa di sekolah untuk meningkatkan kesehatan jiwa remaja.

ABSTRACT
Adolescence is a transition period between childhood and adulthood which includes the development of physical, cognitive, and psychosocial. In adolescent who cannot adapt to these changes, they will experience stress that can affect their mental health. Peer social support makes adolescents to maintain mental health well-being. This study is quantitativeh study using cross-sectional design to identify the association between peer social support and mental health problems among adolescents.There were 292 students at junior high school 1 Cisaat selected with stratified random sampling. The participants filled up Social Provision Scale (SPS) peer social suppot and Strenghts and Difficulties Questionnare (SDQ) for mental health problems. Data analysis used are univariate and bivariate analysis with chi square test. The result shows that there is significant correlation between peer social support and mental health problems among adolescents. Early mental health screening, peer groups formation and mental health education are needed among adolescents in school to increase their mental health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Bara Wedaloka
"Penelitian ini membahas hubungan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya pada remaja yang bersekolah di SMA. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur keterlibatan ayah, penulis menggunakan alat ukur keterlibatan ayah oleh Carlson (2006) dan untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya, penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) oleh Malecki, Demaray, dan Elliott (2000). Kedua alat ukur tersebut diberikan kepada responden dalam bentuk kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah remaja kelas 10 SMA dan masih mempunyai ayah dengan jumlah responden 403 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya dengan r (401) = 0,158; p = 0,001.

This research discusses the relationship between father involvement and peer social support on adolescents who attend high school. This research is a quantitative study with a correlational design. To measure father involvement, the author using a father involvement instrument by Carlson (2006) and to measure peer social support, the author using an instrument Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) by Malecki, Demaray, and Elliott (2000). Both the instruments were given to respondents in the form of a questionnaire. Respondents in this research were adolescents who attend grade 10 of high school and still have a father with a number of respondents are 403 people. The result showed there is a significant positive relationship between father involvement and peer social support with r (401) = 0,158; p = 0,001.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56530
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Mellyza Rizka
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh keterampilan sosial terhadap kualitas pertemanan yang dimediasi oleh dukungan sosial teman sebaya pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 292 anak berkebutuhan khusus yang belajar di sekolah inklusif yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah Friendship Quality Questionnaire FQQ mengukur kualitas pertemanan; Social Skills Improvement System SSIS untuk mengukur keterampilan sosial; Social Support Questionnaire for Children SSQC untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya. Hasil penelitian yang didapatkan adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara keterampilan sosial terhadap kualiatas teman sebaya yang dimediasi oleh dukungan sosial teman sebaya pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif secara parsial. Hal ini berarti keterampilan sosial tetap berpengaruh signifikan dan hubungannya kuat terhadap kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Hasil penelitian menyarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai dukungan sosial yang tidak hanya dari teman sebaya tetapi juga dari orangtua pada anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif dalam membentuk kualitas pertemanan.

This study was aimed to determine the influence of social skills on friendship quality mediated by peer social support in special need children at inclusive primary school. A total of 292 participants are special need children at inclusive primary school spread throughtout the DKI Jakarta. The instrument were used for research variables are Friendship Quality Questionnaire FQQ for measured friendship quality Social Skills Improvement System SSIS for measured social skills and Social Support Questionnaire for Children SSQC for measured peer social support. The results was there is a significant influence between social skills on friendship quality partial mediates by peer social support in special need children at inclusive school. It means social skills still have a strong influence and correlation on friendship quality in special need children at inclusive school. These findings suggest that to research social support not only at peer but from parents in special need children at inclusive school in needed for making friendship quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nibras Widad Kamilah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan empati dengan perilaku prososial pada mahasiswa. Perilaku prososial menjadi suatu perilaku yang penting dimiliki bagi mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial karena mata kuliah dan kurikulum yang dipelajari serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial lekat sekali dengan upaya pengembangan perilaku prososial. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program SarjanaIlmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia Angkatan 2019-2022 sebanyak 179 mahasiswa dengan menggunakan metode kuantitatif, jenis penelitian korelasional dan menggunakan stratified random sampling sebagai teknik pengumpulan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan tabel silang dan uji korelasi kendall's tau b dan juga melakukan uji validitas dan reliabilitas.
Pengukuran variabel dukungan sosial teman sebaya menggunakan 4 dimensi, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif (House, 1981). Pengukuran variabel empati menggunakan menggunakan 2 dimensi, yaitu kognitif dan afektif (Baron & Byrne, 2005).Sedangkan, pengukuran untuk variabel terikat perilaku prososial berdasarkan teori dari Schroeder (Bierhoff, 2002) dengan pengukuran berdasarkan 2 dimensi juga, yaitu menolong dan kerja sama. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban, yaitu tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan selalu.
Hasil univariat penelitian ini menunjukkan bahwa 86,6% responden memiliki tingkat dukungan sosial teman sebaya yang tinggi, 90,5% responden memiliki tingkat empati yang tinggi, dan82,1% responden memiliki tingkat perilaku prososial tinggi. Kemudian, dari hasil uji bivariat diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku prososial dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,372 dan p-value 0,001.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa walaupun kekuatan hubungan yang dihasilkan cukup, tetapi hubungan antara keduanya positif yang berarti semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya semakin tinggi perilaku prososial. Sedangkan, hubungan antara empati dengan perilaku prososial adalah positif dan nyata dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,456 dan p-value sebesar 0,001 < 0,05. Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan antaranya cukup, tidak lemah dan juga tidak kuat, tetapi hubungan yang dihasilkan positif, artinya semakin tinggi empati mahasiswa semakin tinggi pula perilaku prososial yang dimiliki.

This study aims to identify the relationship between peer social support and empathy with prosocial behavior in college students. Prosocial behavior is an important behavior for Social Welfare students because the courses and curriculum studied and the activities carried out by Social Welfare students are closely related to efforts to develop prosocial behavior. Respondents in this study were 179 students of the Social Welfare Science Undergraduate Program at the University of Indonesia, with a total of 179 students using quantitative methods, this type of correlational research and using stratified random sampling as a data collection technique. The data analysis technique used was univariate and bivariate analysis using cross tables and Kendall's tau b correlation test and also conducting validity and reliability tests.
The measurement of peer social support variables using 4 dimensions, namely emotional support, appreciation support, instrumental support, and informative support (House, 1981). The measurement of empathy variables using 2 dimensions, namely cognitive and affective (Baron & Byrne, 2005). Meanwhile, the measurement for the dependent variable of prosocial behavior is based on the theory of Schroeder (Bierhoff, 2002) with measurements based on 2 dimensions as well, namely helping and cooperation. The research instrument uses a Likert scale with 5 alternative answers, namely never, rarely, sometimes, often and always.
The univariate results of this study showed that 86.6% of respondents had a high level of peer social support, 90.5% of respondents had a high level of empathy, and 82.1% of respondents had a high level of prosocial behavior. Then, from the results of the bivariate test it is known that there is a positive and significant relationship between peer social support and prosocial behavior with a correlation coefficient of 0.372 and a p-value of 0.001.
These results indicate that although the strength of the resulting relationship is sufficient, the relationship between the two is positive, which means that the higher the peersocial support, the higher the prosocial behavior. Meanwhile, the relationship between empathy and prosocial behavior is positive and the correlation with coefficient is 0.456 and the p-value is 0.001 <0.05. These results can be interpreted that the strength of the relationship between them is sufficient, neither weak nor strong, but the resulting relationship is positive, meaning that the higher the student's empathy, the higher the prosocial behavior they have.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Yunian Putri
"Culture shock merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami adanya rasa ketidaknyamanan atas apa yang dilakukannya saat berada di lingkungan yang baru atau berbeda secara signifikan dengan lingkungan asalnya, sehingga membuat seseorang sulit untuk beradaptasi. Ketidaknyamanan ini dapat mencakup perbedaan dalam norma sosial, nilai budaya, dan perilaku yang berlaku di lingkungan baru. Individu yang mengalami culture shock seringkali mengalami kesulitan dalam beradaptasi, karena mereka merasa tidak familiar dengan aturan dan norma yang berlaku. Teman sebaya tidak hanya dapat memberikan kenyamanan emosional, tetapi juga menyediakan sumber daya yang mendukung proses adaptasi individu di lingkungan yang baru dan jauh dari lingkungan keluarganya. Dukungan sosial ini mencakup pertukaran informasi, pengalaman, dan pemahaman bersama yang dapat membantu individu untuk mengatasi tantangan culture shock dan mempercepat proses adaptasi mereka. Saat ini pemerintah memberikan kesempatan untuk para mahasiswa yang ingin merasakan belajar di luar negeri melalui program barunya yaitu IISMA (Indonesian International Student Mobility Award). Program IISMA sudah berjalan selama 2 tahun sejak 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan culture shock pada mahasiswa yang mengikuti program belajar di luar negeri, secara spesifik pada penelitian ini ialah program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis survey. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah stratified random sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan tabel silang dan uji korelasi Kendall’s tau b serta uji validatitas dan reliabilitas. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai Desember 2023 kepada 74 mahasiwa Universitas Indonesia yang telah menyelesaikan program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award) batch 1 maupun batch 2. Hasil penelitian melalui uji korelasi Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat culture shock dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,237 dan p-value 0,037. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan yang dihasilkan rendah, tetapi hubungan antara keduanya negative yang berarti semakin tinggi tingkat dukungan sosial teman sebaya yang dimiliki, maka akan semakin rendah tingkat culture shock yang dialami. Terdapat beberapa saran yaitu mahasiswa IISMA perlu persiapan akademis dan aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial lokal untuk mengatasi culture shock. Kemudian, pengembangan mata kuliah Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial dapat diperkaya dengan program adaptasi, metode pengajaran interaktif, dan sumber daya online, serta kolaborasi dengan lembaga dukungan mahasiswa. Terakhir, penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dan culture shock, menyarankan penelitian lanjutan untuk eksplorasi program dukungan inovatif.

Culture shock is a condition in which an individual experiences discomfort in response to their actions in a new environment significantly different from their original one, making it challenging for them to adapt. This discomfort may encompass differences in social norms, cultural values, and behaviors prevailing in the new environment. Individuals undergoing culture shock often face difficulties in adapting because they feel unfamiliar with the rules and norms in place. Peers can provide not only emotional comfort but also resources that support the individual's adaptation process in a new environment far from their family setting. This social support includes the exchange of information, experiences, and shared understanding that can help individuals overcome culture shock challenges and expedite their adaptation process. Currently, the government offers opportunities for students who want to experience studying abroad through its new program called the Indonesian International Student Mobility Award (IISMA). The IISMA program has been running for two years since 2021. This research aims to determine the relationship between peer social support and culture shock in students participating in study abroad programs, specifically focusing on the IISMA program. The research employs a quantitative approach with a survey type. The sampling technique used is stratified random sampling. The analysis techniques include univariate and bivariate analyses using cross-tabulation tables and Kendall's tau-b correlation test, as well as validity and reliability tests. The study was conducted from May to December 2023 on 74 students from the University of Indonesia who have completed the IISMA program batches 1 and 2. The results of the Kendall's tau-b correlation test show a significant negative relationship between peer social support and the level of culture shock, with a correlation coefficient of -0.237 and a p-value of 0.037. This result indicates a low relationship, but the negative correlation suggests that the higher the level of peer social support, the lower the level of experienced culture shock. There are several recommendations, namely that IISMA students need academic preparation and active participation in local social life to overcome culture shock. Furthermore, the development of the Human Behavior and Social Environment course can be enriched with adaptation programs, interactive teaching methods, online resources, and collaboration with student support institutions. Finally, research indicates a significant relationship between peer social support and culture shock, suggesting further research to explore innovative support programs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library