Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunaenah
Abstrak :
Makanan jajanan pada Kantin Sekolah Dasar memiliki potensi yang sangat besar dalam pemenuhan gizi anak sekolah, disamping itu juga memiliki tingkat kerawanan yang dapat menimbulkan kasus keracunan makanan apabila tidak dilakukan pembinaan yang maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kontaminasi E.coli pada makanan jajanan di Kantin Sekolah Dasar. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 65 Kantin Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Wilayah Jakarta Pusat pada bulan April-Mei Tahun 2009. Uji statistik yang digunakan adalah chi square. Kontaminasi E.coli positif pada makanan sebesar 37 (56,92%), pada minuman sebesar 40 (61,54%), pada makanan dan minuman sebesar 49 (75,4%), kualitas E.coli air bersih yang tidak memenuhi syarat sebesar 27 (41,5%). Terdapat hubungan yang bermakna antara kontaminasi E.coli dengan penyimpanan makanan matang dengan OR=6,783, penyajian makanan dengan OR=6,188, fasilitas sanitasi dengan OR=9,214 dan tenaga penjamah makanan dengan OR=7,407 dengan risiko sebesar 37,08 Disarankan untuk dilakukan peningkatan program usaha kesehatan sekolah (UKS), perilaku hidup bersih dan sehat kepada para pedagang dan anak sekolah, serta menyediakan fasilitas sanitasi dan penyajian makanan yang memenuhi syarat di Kantin Sekolah Dasar. ......Nibbles food at the primary school's canteen has two differences side, in one hand, it has known as a potential role in fulfilling the nutrition of the school age children, but in another hand, it has also a potential role for the entry point to a food poisoning cases if a proper food management has not been maximally applied. The purpose of the study is to find out the factors related to E. coli contamination on nibbles food at the primary school's canteen. The study is using a cross-sectional design of 65 Public and Private Primary Schools at the area of Central Jakarta. Data are taken from April to May 2009. Chi-square is used as the statistic's test. The study results are that a positive E. coli contamination found 37 (56.92%) on nibble's food, 40 (61.54%) on drinks, and on both food and drinks are 49 (75.4%). The quality of E. coli in the water that fails to meet a good requirement is 27 (41.5%). There is significant relationship between E. coli contamination and cooked food storage with an OR at 6.783, food presentation with OR at 6.188, sanitation provision with an OR at 9.214, and food service attendant with an OR at 7.407 with risk at 37,08. It is suggested an increasing on the programs of Health School Program (UKS) and the Healthy and Clean Life Behavior Program (PHBS) intended for the canteen's vendors and the students itself, as well as to provide the sanitation facility and food performance management which meet the requirements for Primary School's canteen.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T21801
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dinda Ayu Ratnasari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan penjamah terkait higiene sanitasi, personal hygiene penjamah, fasilitas sanitasi, sanitasi dapur, sanitasi peralatan, kualitas bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan jadi dan penyajian makanan dengan kualitas bakteriologik makanan pada rumah makan di sekitar stasiun KRL commuterline Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan data primer dengan subyek penelitian sebanyak 51 penjamah makanan. Desain studi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dan data dianalisis secara bivariat dengan chi square dan multivariate dengan regresi-logistik.Pada penelitian ini diperoleh hubungan yang signifikan antara variabel bahan makanan p= 0.019 : OR = 5.600 : CI 95 1.487-21.096 , penyimpanan bahan makanan p= 0.006 : OR = 7.000 : CI 95 1.859-26.365 , dan penyimpanan makanan matang p= 0.008 : OR = 6.250 : CI 95 1.768-22.092 . Diketahui terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap kontaminasi bakteri E.coli pada makanan, yaitu faktor bahan makanan OR=7.915 dan penyimpanan makanan matang OR = 8.402 secara bersama-sama dengan variabel lain.
This research aims to analyze the association between food handler knowledge of hygiene and sanitation, their personal hygiene, sanitation facility, kitchen sanitation, utensil sanitation, quality of food ingredients, storing of food ingredients, preparation of food, storing of cooked food, and serving of food with bacteriology quality of food sold in restaurants nearby commuter line train station in Central Jakarta. This research uses data from primary source, with total subject of 51 food handlers. This research is a cross sectional study, and the analysis used are in bivariate with chi square and multivariate with logistic regression. Data analysis shows there are three variables that have significant associations with the bacteriology quality of food, which are food ingredients p 0.019 OR 5.600 CI 95 1.487 21.096 , storing of food ingredients p 0.006 OR 7.000 CI 95 1.859 26.365 , and storing of cooked food p 0.008 OR 6.250 CI 95 1.768 22.092 . There are two factors known to impact the contamination of E. coli bactery on food, which are food ingredients OR 7.915 and storing of cooked food OR 8.402 together with other variables.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naldo Sofian
Abstrak :
Escherichia coli (E.coli) merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan diare. Kemampuan hidup E.coli sangat mudah dipengaruhi oleh berbagai rangsangan. Akan tetapi, rangsangan bunyi, terutama dalam rentang audiosonik (20-20.000Hz), belum banyak diteliti. Peneliti menduga bahwa efek dari pemaparan frekuensi bunyi audiosonik secara berseling akan menstimulasi viabilitas Escherichia coli. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan sonikator sebagai sumber bunyi. Frekuensi yang digunakan adalah 7 kHz dan 17 kHz selama 10 detik. Setelah itu, jumlah koloni E.coli dihitung dengan metode total plate count setelah sediaan diinkubasi. Untuk menjamin validitas, tiap perlakuan dilakukan dua kali. Penghitungan bakteri dilakukan dengan menggunakan colony counter. Jumlah E.coli yang dihitung adalah E.coli pada pengenceran dengan jumlah 30-300 koloni. Terjadi penurunan viabilitas pada pemaparan frekuensi bunyi dalam rentang audiosonik secara berseling. Penurunan viabilitas tersebut lebih besar pada frekuensi 7 KHz daripada 17 KHz. Rata-rata jumlah E.coli pada kontrol dan pajanan frekuensi 7 kHz dan 17 kHz berturut-turut sebesar 2,84 x 109 koloni, 4,05 x 107 koloni, dan 5,05 x 108 koloni. Jika dibandingkan dengan kontrol, terdapat perbedaan bermakna pada setiap perlakuan [7 kHz (p=0.032); 17 kHz (p=0.023)] dengan uji T berpasangan. Frekuensi bunyi dalam rentang audiosonik secara berseling menurunkan viabilitas E.coli . Penurunan viabilitas lebih besar dialami oleh bakteri pada pajanan dengan frekuensi 7kHz daripada 17 kHz. Dapat disimpulkan bahwa, suara dalam rentang audiosonik secara berseling dapat menurunkan viablitas E.coli. ......Escherichia coli is one of the most common bacteria causing diarrhea. Its life is easily influenced by physical and chemical stimulation. However, sound stimulation, especially in audiosonic range (20-20.000 Hz) alternately, have not been explored much. Researcher hypotesized that it would stimulate E.coli growth. This research is categorized as experimental research by using sonication tools as the sound source. Researcher used frequency on 7 and 17 KHz for 10 seconds By total plate count, the media contain colony of E.coli would be counted for analysis. In order to guarantee the validity, each action would be done twice. Counting would be done only those diluted preparation with 30-300 colonies. E.coli got its viability decreased by audible frequency sound alternately. Average of the E.coli count in control, 7 kHz, and 17 kHz is respectively 2,84 x 109 ; 4,05 x 107; and 5,05 x 108 colonies. Relation between each intervention and control are significant [7 kHz (p=0.032); 17 kHz (p=0.023)] by paired T-test. Audible sound frequency which is given alternately against E.coli would decrease E.coli viability. Its decreasing effect is greater in 7kHz stimulation than 17 kHz. In conclusion, sound in audiosonic range, alternately, may decrease E.coli viability.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Elzadinita
Abstrak :
Bakteri Escherichia coli (E.coli) merupakan jenis organisme coliform yang digunakan sebagai indikator adanya pencemaran dan kondisi sanitasi tidak baik terhadap makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontaminasi bakteri E.coli pada makanan di warung makan di wilayah Dramaga. Penelitian menggunakan desain cross sectional, sampel sebanyak 40 warung makan, penentuan adanya bakteri E.coli dengan metode TPC (Total Plate Count), variabel independen diukur melalui wawacara dan checklist kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 65% warung makan terkontaminasi bakteri E.coli. perilaku pengolahan, perilaku higiene, fasilitas sanitasi, dan kondisi warung berhubungan dengan kontaminasi bakteri E.coli pada makanan di warung makan. Fasilitas saintasi dan kondisi warung merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan kontaminasi bakteri E.coli pada makanan di warung makan. ......Escherichia coli (E.coli) is a type of coliform organism that is used as an indicator of contamination and unsanitary conditions for food. This study aims to determine the contamination of E.coli in food in food stalls in the Dramaga area. The study used a cross sectional, a sample of 40 food stalls, the determination of the presence of E.coli using the TPC (Total Plate Count) method, the independent variables were measured through interviews and a checklist of questionnaires. The results showed that 65% of food stalls were contaminated with E.coli bacteria. processing behavior, hygiene behavior, sanitation facilities, and condition of stalls are related to E.coli in food in food stalls. The scientific facilities and the condition of the stalls are the dominant factors related to E.coli in food in food stalls.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Wahyudi
Abstrak :
Penggunaan water dispenser, konsumsi air minum kemasan dan depot meningkat. Dalam survey 10 rumah tangga terdapat 20% menuangkan galon tanpa sterilisasi alkohol. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan sumber, perlakuan galon dan water dispenser dengan kontaminasi bakteri E. coli. Desainnya adalah cross sectional, besar sampel 106 dan diambil berdasarkan administrasi RW serta analisis data uji chi square. Variabel berpengaruh terhadap kontaminasi bakteri E. coli dalam air minum adalah sumber (p =0,009, OR=3,5, 95% CI =1,38-8,88); membersihkan galon pakai lap kering bersih atau tissue (p=0,000, OR=9,241, 95%CI=3,290-25,953); sterilisasi galon (p=0,000, OR=24,182, 95%CI=2,821- 207,255); membersihkan outlet (p=0,034, OR=tak terhingga). Hasil penelitian menyarankan gunakanlah sumber air minum kemasan, bersihkan galon memakai lap kering bersih/tissue, sterilisasi galon dengan tissue alkohol, membersihkan outlet paling lama satu bulan sekali.
Use water dispenser, bottled water consumption and increased depot. In the survey 10% of households are pouring 20 gallons of alcohol without sterilization. The study aims to find out the source of the relationship, and the treatment gallon water dispenser with E. coli bacteria contamination. The design was crosssectional, a large sample of 106 taken by the administration and RW as well as data analysis chi square test. Variable effect on E. coli bacteria contamination in drinking water is the source (p = 0.009, OR = 3.5, 95% CI = 1.38 to 8.88); gallon disposable cleaning cloth or a clean dry tissue (p = 0.000, OR = 9.241, 95% CI = 3.290 to 25.953); sterilization gallons (p = 0.000, OR = 24.182, 95% CI = 2.821 to 207.255); clean the water dispenser outlet (p = 0.034, OR = infinity). The results of the study suggest the source of bottled water use, clean gallon wearing clean dry cloth / tissue, tissue sterilization gallon with alcohol, clean the outlet once a month at the latest.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal
Abstrak :
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas X, Jawa Barat dimana peneliti menggunakan data sekunder yang berasal dari Program Sertifikasi Laik Higiene Sanitasi Kantin 2016-2018. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara higiene dan sanitasi dengan kontaminasi E.coli pada makanan di tempat pengelolaan makanan (TPM) di Universitas X. Adapun subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 71 TPM. Hasil penelitian menunjukan tidak adanya hubungan antara kontaminasi E.coli dengan seluruh variabel higiene dan sanitasi TPM. Walaupun demikian, peneliti menyarankan kepada pihak pengelola TPM agar selalu melakukan edukasi dan pelatihan terhadap penjamah makanan agar mencegah terjadinya kontaminasi pada makanan.
This research was conducted at the University of X, West Java where researchers used secondary data from the University of X Programs Sertifikasi Laik Higiene Sanitasi Kantin 2016-2018. The purpose of this study was to determine the relationship between hygiene and sanitation with E. coli contamination in food at Food Establishment (TPM) at University X. The subjects used in this study amounted to 71 TPM. The results showed no association between E. coli contamination and all TPM hygiene and sanitation variables. However, the researchers suggested that the TPM management always educate and train food handlers to prevent contamination of food.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Purwanisari
Abstrak :
ABSTRAK
Keamanan pangan saat ini telah menjadi isu penting dalam kesehatan masyarakat.Sekitar 10-20 kejadian luar biasa pada penyakit akibat makanan disebabkan oleh terkontaminasinya makanan dan minuman oleh mikroorganisme pathogen melalui penjamah makanan.Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai bakteri patogen pada penjamah makanan di kantin ini.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kejadian infeksi bakteri patogen pada penjamah makanan di kantin sebuah kampus di Depok. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan bulan Mei-Juni 2017 di kantin sebuah kampus di Depok.Populasi penelitian ini seluruh penjamah makanan yang berada di kantin sebuah kampus di Depok.Jumlah sampel 60 orang penjamah makanan.Data yang dikumpulkan merupakan data primer yaitu hasil wawancara dan observasi data karakteristik dan perilaku penjamah, serta data infeksi bakteri patogen melalui pemeriksaan feses di laboratorium.Hasil penelitian diketahui bahwa 60 penjamah makanan termasuk dalam kelompok umur tidak berisiko 30-50 tahun , proporsi penjamah makanan berjenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak dari perempuan 53,3 , mayoritas berpendidikan rendah 58,3 , setengahnya pernah mengikuti pelatihan kesehatan 50 , dan seluruhnya belum pernah melakukan imunisasi tifoid. Hasil pemeriksaan feses diketahui bahwa ada 3 penjamah makanan yang teridentifikasi mengandung bakteri E.coli O157 dalam fesesnya. Selain itu perilaku dan personal hygiene sebagian besar penjamah termasuk dalam kategori kurang baik, faktor lingkungan seperti fasilitas sanitasi kantin sebagian besar sudah memenuhi syarat, dan 83,3 penjamah tidak ada riwayat kontak dengan binatang. Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik, perilaku, personal hygiene, fasilitas sanitasi dan riwayat kontak dengan binatang terhadap infeksi bakteri patogen.Dengan melihat hasil penelitian ini, disarankan agar pihak kampus terus melakukan edukasi terhadap penjamah makanan terkait perilaku dalam pengelolaan makanan dan pengawasan secara rutin terhadap kualitas kesehatan penjamah, kualitas makanan dan kondisi sanitasi agar kantin dan penjamah tidak menjadi sarana penyebaran penyakit.
ABSTRACT
Current food security has become an important issue in public health. Approximately 10 20 of the extraordinary incidence of foodborne illness is caused by food and drink contamination by pathogenic microorganisms through food handlers. Until now there has been no research on pathogenic bacteria at food handlers in this canteen.The purpose of this study is to know the incidence of pathogenic bacterial infections in food handlers in the cafeteria of a campus in Depok. The research design used was cross sectional. The study was conducted in May June 2017 in the canteen of a campus in Depok. The population of this study is all food handlers located in the cafeteria of a campus in Depok. The sample size is 60 food handlers. The data collected are primary data that is the result of interview and observation of characteristic and behavioral data of the handler, and data of bacterial pathogen infection through stool examination in the laboratory.The results of the study revealed that 60 of food handlers were included in the non risk age group 30 50 years , the proportion of male sex food handlers was slightly higher than women 53.3 , the majority of them were low educated 58.3 , Half have attended health training 50 , and all have never done tifoid immunization. The results of faecal examination revealed that there are 3 food handlers identified contain bacteria E. coli O157 in fesesnya. In addition, the behavior and personal hygiene of most of the handlers are in poor category, environmental factors such as canteen sanitation facilities are largely eligible, and 83.3 of the handlers have no history of contact with animals. There was no statistically significant relationship between characteristics, behavior, personal hygiene, sanitation facilities and contact history with animals against pathogenic bacterial infections.By looking at the results of this study, it is suggested that the campus continue to educate food handlers related to behavior in food management and regular supervision on the quality of health of the handlers, food quality and sanitary conditions for canteen and handlers not be a means of spreading the disease.
2017
T47827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Herliyana
Abstrak :
Latar Belakang : Siprofloksasin adalah salah satu antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati ISK yang paling sering disebabkan oleh Escherichia coli. Nilai konsentrasi hambat minimum (KHM)/ minimal inhibitory concentration (MIC) digunakan sebagai uji kepekaan kuantitatif yang rutin dilakukan di laboratorium mikrobiologi. Sehubungan dengan meningkatnya resistensi siprofloksasin pada pasien ISK, perlu dilakukan evaluasi batas ambang uji KHM/MIC sebagai dasar penentuan dosis siprofloksasin sesuai farmakokinetik dan farmakodinamiknya. Dilihat juga riwayat ISK berulang dan penggunaan antibiotika 3 bulan terakhir sebagai faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya peningkatan nilai KHM/MIC. Metode : Studi potong lintang dengan eksperimental laboratorium dilakukan pada tahun 2019-2020. Isolasi uropatogen dilakukan pada 106 sampel urin pasien dengan diagnosis klinis ISK yang berobat ke Puskesmas dan RSUD di kota Tangerang Selatan, serta beberapa RS di Jakarta. Uji kepekaan dilakukan dengan melihat nilai KHM/MIC beberapa antibiotik untuk ISK. Selanjutnya dilakukan uji Mutant Prevention Concentration (MPC) siprofloksasin terhadap E. coli, dengan cara menilai konsentrasi siprofloksasin terendah yang mampu membunuh 1010 koloni E. coli yang ditumbuhkan pada agar Mueller-Hinton, yang diinkubasi pada suhu 370C sampai dengan 96 jam. Nilai MPC dibandingkan dengan peningkatan nilai KHM/MIC dan faktor risiko yang mempengaruhinya. Hasil : Hasil kultur urin ≥100.000 CFU/ml ditemukan pada 95 (89,6%) dari 106 pasien dewasa dengan diagnosis klinis ISK, yang terdiri dari 67,4% perempuan dan 32,6% laki-laki. E. coli merupakan penyebab terbanyak ISK yaitu 58,6%, dengan 36,2% isolat terdeteksi sebagai ESBL. Pola kepekaan siprofloksasin pada E. coli kurang dari 50%, dan lebih rendah lagi pada bakteri ESBL. Mutan E. coli ditemukan di semua isolat yang sensitif, terutama pada nilai KHM/MIC yang berada di batas ambang yang sensitif. Riwayat penggunaan antibiotik 3 bulan terakhir lebih tinggi risikonya dibandingkan riwayat ISK berulang untuk peningkatan nilai KHM/MIC pada mutan E. coli resisten siprofloksasin. Kesimpulan : Penggunaan siprofloksasin untuk pengobatan ISK harus digunakan secara bijak. Nilai batas ambang sensitif KHM/MIC perlu diturunkan untuk mencegah kegagalan terapi disebabkan keberadaan mutan E. coli resisten siprofloksasin. Riwayat penggunaan antibiotik 3 bulan terakhir dan ISK berulang berisiko untuk peningkatan nilai KHM/MIC pada mutan E. coli resisten siprofloksasin ......Background : Ciprofloxacin is one of the most widely used antibiotics to treat the UTIs commonly caused by Escherichia coli. Minimum inhibitory concentration (MIC) value is used as a quantitative susceptibility test, routinely carried out in the microbiology laboratory. Due to the increasing resistance of ciprofloxacin in UTI patients, it is necessary to evaluate the MIC threshold as a basis for determining the dose of ciprofloxacin accordingly to pharmacokinetics and pharmacodynamics. Assessment of recurrent UTI and antibiotic used in the last 3 months is also conducted as risk factors affecting the increase of MIC value. Methods : A cross-sectional study and laboratory experiments were conducted in 2019-2020. Isolation of uropathogen was conducted on 106 urine samples from patients with a clinical diagnosis of UTI who went to the community health centre and regional hospital in South Tangerang, as well as several hospitals in Jakarta. Susceptibility testing was performed to detect the MIC value of several antibiotics for UTIs. After that, the Mutant Prevention Concentration (MPC) test of ciprofloxacin was carried out against E. coli, by assessing the lowest ciprofloxacin concentration which was able to kill 1010 E. coli colonies grown on Mueller-Hinton agar, incubated at 370C for up to 96 hours. The MPC value is compared with the increasing MIC value and the risk factors that influence it. Results : Urine culture results of ≥100,000 CFU/ ml were found in 95 (89.6%) of 106 adult patients with a clinical diagnosis of UTI, consisting of 67.4% female and 32.6% male. E. coli was the most common cause of UTI, i.e. 58.6%, including 36.2% of the isolates detected as ESBL. The sensitivity pattern of ciprofloxacin against E. coli was less than 50%, and lower in ESBL bacteria. E. coli mutants were found in all sensitive isolates, especially in isolates with MIC value on the sensitivity threshold. Antibiotics used in the last 3 months had a higher risk than recurrent UTIs for increasing MIC values in E. coli mutants resistant to ciprofloxacin. Conclusion : The use of ciprofloxacin for the treatment of UTIs must be used wisely. The sensitivity threshold of MIC value should be reduced to prevent treatment failure due to the presence of E. coli mutants resistant to ciprofloxacin. Antibiotics used for the last 3 months and recurrent UTIs are at risk for increasing of MIC values in E. coli mutants resistant to ciprofloxacin.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sergie
Abstrak :
Kombinasi metode ozonasi dan kavitasi ultrasonik diketahui dapat digunakan sebagai alternatif desinfeksi bakteri Escherichia coli. Ozon diketahui dapat menyerang membran sel bakteri dan kavitasi ultrasonik meningkatkan perpindahan massa ozon ke sistem. Variabel penelitian yang diamati seperti intensitas gelombang 30 , 60 dan 100, dosis ozon 84 mg/jam, 157 mg/jam dan 231 mg/jam dan kombinasi keduanya diamati kemampuannya dalam mendesinfeki E.coli. Intensitas gelombang 100 dan konsentrasi ozon 231 mg/jam menghasilkan proses desinfeksi yang terbaik pada kondisi masing-masing, sehingga gabungan keduanya dipilih dalam proses kombinasi kedua metode. Proses kombinasi ini menghasilkan pengurangan jumlah koloni bakteri paling cepat dan juga menurunkan konsentrasi bakteri ke jumlah koloni paling kecil dengan persentase pengurangan konsentrasi sebesar 99,99 dalam waktu 15 menit. Selain itu, desinfeksi dengan menggunakan ozon saja dengan konsentrasi 231 mg/jam menghasilkan persentase desinfeksi sebesar 99,04 dan kavitasi ultrasonik dengan intensitas 100 menghasilkan persentase desinfeksi sebesar 68 pada menit ke 15.
Combination of ozone and ultrasonic cavitation can be used as an alternative process for disinfection of Escherichia coli where the residual of this process is considered to be more safety than the previous one e.g. chlorination. Ozone can attack membrane cell of bacteria and ultrasonic cavitation has an advantage in generation of OH radicals which make an enzyme denaturation on bacteria. This research divided by three kinds of disinfection method to find the best applicable one, which are disinfection using ozone only, ultrasonic cavitation only and combination of ozone and ultrasonic cavitation. The best condition for E.coli disinfection resulted by this research is when a combination of 231 mg L of ozone and 100 wave intensity is used. This condition gave a result of 99,99 percentage of E.coli disinfection in 15 minutes. Other condition where 231 mg L of ozone is used, resulting 99,04 of disinfection and 100 wave intensity gives 68 of disinfection for 15 minutes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>