Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Rangga Dimas Adhinugraha
Abstrak :
Musik beserta budaya punk mulai berkembang di Jerman pada akhir tahun 70-an di masa Perang Dingin, dimulai dari Jerman Barat yang kemudian memasuki Jerman Timur. Kehidupan mereka di kedua negara Jerman tersebut pada masa pra reunifikasi juga dibahas dalam film-film Jerman mulai dari tahun 2000-an. Salah satu film yang membahas kehidupan mereka adalah Wie Feuer und Flamme 2001. Film yang disutradai oleh Connie Walther ini menceritakan kehidupan seorang anak muda bernama Captain dan teman-temannya sebagai anak punk di Jerman Timur, film ini juga menceritakan cerita cinta Captain dengan seorang gadis bernama Nele dari Jerman Barat.
Penelitian ini menggunakan teori identitas dari Stuart Hall untuk melihat konstruksi identitas remaja punk Jerman Timur dalam film. Setelah melakukan analisis dapat terlihat identitas remaja punk yang terlihat di dalam film terdiri dari dua, yaitu yang melawan otoritas serta yang pro- Jerman Barat. Konstruksi identitas mereka tersebut digunakan untuk mengkritik pemerintahan Jerman Timur dan menunjukkan ketertarikan mereka akan budaya barat dengan maksud untuk menunjukkan dominasi dan keunggulan Jerman Barat terhadap Jerman Timur, termasuk pula di dalam negara Jerman yang bersatu setelah reunifikasi Jerman.
......
Music and punk culture began to flourish in Germany in the late 70s during the Cold War, starting from West Germany which later entered East Germany. Their lives in both Germany in pre reunification was also discussed in German movies from the 2000s. One of the movies discussing their lives is Wie Feuer und Flamme 2001. The movie, directed by Connie Walther tells the life of a young boy named Captain and his friends as punk in East Germany, the movie also tells the love story between Captain and a girl named Nele from West Germany.
This study uses the theory of identity from Stuart Hall to see the construction of the identity of East German punk teens in the movie. After doing the analysis, it can be seen that there are two identities of punk teenagers who are in the movie, namely punk who are against the authority and punk who are pro West Germany. The construction of their identities was used to criticize the East German government and show their interest in western culture with intent to show West German domination and superiority over East Germany, including within the united Germany after the reunification of Germany.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lifany Husnul Kurnia
Abstrak :
Musik rap yang berasal dari budaya HipHop identik dengan generasi muda serta lirik-liriknya yang secara eksplisit menggambarkan situasi sosial yang sedang terjadi pada masa produksi lagu tersebut. Tiga buah lirik lagu rap yang dinyanyikan oleh Joe Rilla dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif-analitif dengan pendekatan intrinsik puisi serta sosiologi sastra guna mengeluarkan gambaran sosial pada masyarakat Jerman pasca satu dasawarsa reunifikasi dalam sudut pandang seorang rapper Jerman Timur. Dari gambaran tersebut ditarik kesimpulan bagaimana perspektif Joe Rilla sebagai generasi muda eks-Jerman Timur dalam memaknai penyatuan Jerman.
......Rap music which originated from hip hop culture is identical with the youth generation and the lyrics explicitly describe social situation which happened at the time that the song produced. Three rap song's lyrics sung by Joe Rilla is analyzed using descriptive-analytical method with poetry intrinsic approach and also literature sociology in order to reveal the social image of Germany society after a decade's reunification from the East Germany rapper's point of view. From those social images, a conclusion can be drawn about how is Joe Rilla's perspective of ex-East Germany as youth generation in meaning the Germany unification.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1263
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library