Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arindah Nur Sartika
"Diet terdiri dari berbagai jenis makanan yang dikonsumsi bersama, sehingga penilaian kualitas diet lebih direkomendasikan menggunakan indeks dibanding penilaian nutrien tunggal. Literatur menunjukan bahwa kualitas diet memiliki hubungan dengan perilaku makan. Oleh karena itu, studi ini bertujuan melihat kualitas diet, perilaku makan, dan hubungan keduanya pada usia dewasa yang tinggal di kawasan perkotaan dan pedesaan. Studi potong lintang dilakukan di Jawa Timur dengan 185 subjek 19-64 tahun . Pemilihan sample pada studi dilakukan dengan metode proportional proportion to size PPS di 1 kota dan 1 kabupaten terpilih. Studi ini menggunakan kuesioner terstruktur, 2 x food recall 24 jam, dan diet quality index ndash; international DQI-I . Hasil studi menunjukan mayoritas subjek perkotaan mengkonsumsi 1-2 makan utama, makan di luar rumah, dan melewatkan makan pagi. Sedangkan mayoritas subjek pedesaan makan 3 kali sehari, dan memiliki presentasi makan di luar dan tidak mengkonsumsi makan pagi yang lebih sedikit. Secara umum juga ditemukan perbedaan signifikan pada kualitas diet di kedua jenis tempat tinggal. Subjek di perkotaan menunjukan skor kualitas diet yang lebih rendah dibanding subjek di pedesaan. Dari studi juga diperoleh hubungan frekuensi snack dan kualitas diet pada subjek di perkotaan. Sehingga, promosi untuk mengkonsumsi snack perlu digalakan, dengan memperhatikan jenis snack yang baik dikonsumsi.
Since diet consists of complex food, assessment of diet using diet quality is preferable. Literatures found diet quality is related to eating behavior. This study aimed to see diet quality, eating behavior, and the association of eating behavior and diet quality among adults living urban and rural area. A cross sectional study in East Java was conducted with 185 total subjects 19 64 years . This study used propotional proportion to size in selected urban and rural area. Structured questionnaire, 2 x 24 h food recall, and diet quality index ndash international DQI I were used in the study. The results showed significant difference in term of meal frequency, eating place lunch and dinner , also breakfast habit. Mostly, subjects in urban ate 1 2 meals, ate outside home, and skipped breakfast. Rural subjects mostly ate 3 meals per day, and had lower percentage of eating out and breakfast skippers. In general, the study found significant difference of diet quality score between urban and rural. People in urban had lower score of diet quality compared to people in rural. In addition, snacking frequency was found influencing diet quality in urban. Thus, promotion on snack consumption should be addressed with considering the type of snack. "
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novrianti
"Mahasiswi memiliki HRQOL lebih rendah dan perilaku makan yang tidak sehat akibat efek pandemi. Penting untuk menilai hubungan perilaku makan dan HRQOL pada populasi ini setelah mengendalikan faktor lainnya. Tujuan penelitian yaitu menilai hubungan perilaku makan dengan HRQOL pada mahasiswi di masa pandemi Covid-19. Ini merupakan survei online cross-sectional dengan 747 subjek berusia 18 - 25 tahun. Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ) digunakan untuk menilai emotional, external, dan restraint eating. HRQOL diukur menggunakan kuesioner SF-36, termasuk subskala Physical Component Summary (PCS) dan Mental Component Summary (MCS). Data sosiodemografi dan karakteristik lainnya juga dikumpulkan. Analisis data menggunakan regresi linier berganda. PCS signifikan berkaitan dengan emotional eating, pendapatan rumah tangga, uang saku, situasi tempat tinggal, pekerjaan, dan status gizi. MCS signifikan berkaitan dengan emotional, external eating, usia, uang saku, situasi tempat tinggal, dan status gizi. Selama pandemi Covid-19, mahasiswi dengan skor emotional eating yang lebih tinggi, pendapatan rumah tangga lebih tinggi, uang saku yang cukup, tinggal bersama keluarga, tidak bekerja, dan memiliki status gizi lebih tinggi, memiliki PCS yang lebih baik. Skor emotional, external eating yang lebih tinggi, berusia 21-25 tahun, memiliki uang saku yang cukup, tinggal bersama keluarga, dan memiliki status gizi yang lebih baik menunjukkan MCS yang lebih baik.
......University female students had lower HRQOL and unhealthy eating behavior as the pandemic's effects. It is critical to assess the association between eating behavior and HRQOL controlling for other factors. This study aimed to assess the association between eating behavior and HRQOL among female students during Covid-19 Pandemic. This was a cross-sectional online survey with 747 subjects aged 18 to 25. The Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ) was used to assess emotional, external, and restraint eating. HRQOL was measured using the SF-36 questionnaire, including Physical Component Summary (PCS) and Mental Component Summary (MCS). Additionally, sociodemographic data and other characteristics were collected and were analyzed using multiple linear regression. PCS was significantly associated with emotional eating, monthly household income, pocket money, living arrangement, job, and nutritional status. MCS was significantly associated with emotional, external eating, age, pocket money, living arrangement, and nutritional status. During Covid-19 pandemic, female university students with higher score of emotional eating, having higher households income, enough pocket money, living with family, not working, and having higher nutritional status, had better physical HRQOL. Higher emotional and external eating score, aged 21-25 years, having enough pocket money, living with family, and having better nutritional status showed better mental HRQOL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya
"Tesis ini pertama-tama beranjak dari pendapat Roedjito, Harper, Staveren dan den Hartog yang mengemukakan bahwa bagi masyarakat pedesaan faktor ekonomi dan keadaan lingkungan geografis merupakan faktor kunci yang menentukan status gizi mereka. Dalam kata lain, apabila kedua faktor tersebut tidak menunjang, maka warga komunitas bersangkutan terutama bayi-balita sebagai kelompok rentan gizi akan lebih banyak yang menderita kekurangan gizi. Pendapat mereka itu, didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat pedesaan memperoleh dan memenuhi kebutuhan makanannya melalui jalur pembelian dan dengan cara memproduksi langsung dari lingkungan alamnya.
Apabila asumsi ahli gizi tersebut dikontekstualisasikan dengan keadaan kehidupan masyarakat nelayan Bajo, maka dapat dikatakan bahwa bayi-balita Orang Baja akan lebih banyak yang menderita kekurangan gizi dibandingkan dengan yang keadaan gizinya normal. Dikatakan demikian, sebab Orang Baja yang mata pencaharian utamanya sebagai nelayan tidak berbeda keadaan sosial ekonominya dengan nelayan lainnya yang berada di Indonesia; yakni lebih miskin dari petani dan pengrajin. Keadaan itu tentu saja menyebabkan daya belinya terhadap beragam jenis bahan makanan relatif terbatas. Hal itu kemudian tidak ditunjang oleh keadaan lingkungan geografis mereka. Sebab mereka membangun pemukiman mereka di pesisir pantai di atas permukaan taut; karena itu, mereka tidak dapat melakukan kegiatan bercocok tanam bahan makanan di sekitar rumah mereka dan juga tidak dapat melakukan kegiatan beternak.
Dengan keadaan sosial ekonomi dan lingkungan geografis yang demikian itu, menyebabkan mereka sangat sulit menghadirkan makanan empat sehat lima sempurna di rumah mereka. Akan tetapi, sungguhpun keadaan ekonomi dan lingkungan geografis orang Bajo tampaknya tidak menunjang pemenuhan kebutuhan gizi mereka terutama kebutuhan gizi bayi-balita namun pada kenyataannyalebih banyak bayi-balita yang keadaan gizinya normal. Ini berarti bahwa sebagian besar orang Bajo telah berhasil mengantisipasi kendala ekonomi dan ekologis yang dihadapinya, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan makanan bayi-balita mereka. Kemampuan antisipatif tersebut termanifestasikan pada kebiasaan makan yang dikembangkannya.
Berdasar dari uraian itulah, maka tesis ini mengkaji mengenai kebiasaan makan orang Baja, terutama kebiasaan makan ibu dan bayi-balita. dengan mengkaji kebiasaan makan ibu dan bayi-balita arang Baja tersebut, maka dapat diungkapkan mengenai kontribusi kebiasaan makan terhadap adanya sebagian bayi-balita yang keadaan gizinya normal dan sebagian lainnya yang keadaan gizinya kurang.
Upaya untuk mengungkap kebiasaan makan tersebut, dilakukan penelitian lapangan selama kurang lebih enam bulan lamanya. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan survey dan dengan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Penelitian survey dilakukan dalam rangka mendapatkan data-data dasar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih komprehensif berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya angka bayi-balita yang keadaan gizinya normal disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: (i) kehadiran juragang yang selain berperan sebagai pihak yang menadah dan mendistribusikan basil tangkapan nelayan, juga selalu siaga memberikan bantuan pinjaman kepada nelayan yang memerlukan bantuannya; (ii) adanya kebiasaan saling memberi bahan makanan (reciprocity) di antara Para nelayan, khususnya sayur-sayuran dan ikan; (iii) pengolahan ikan dilakukan dengan Cara yang beragam dan salah satu di antaranya yang tidak melalui proses perapian. Variasi pengolahan ikan yang demikian itu, selain dapat merangsang selera makan setiap individu juga kondusif untuk memenuhi kebutuhan protein.
Demikian juga ikan yang diolah tanpa melalui proses perapian selain mempunyai kandungan protein yang tinggi juga mengandung vitamin A, C, dan D; (iv) umumnya keluarga prang Bajo tidak membedakan antara orang dewasa dan anak-anak dalam hal pendistribusian makanan. Konsekuensinya adalah memungkinkan bagi setiap anggota keluarga, terutama anak-anak, mendapatkan porsi makanan yang dibutuhkannya; (v) ibu hamil dan menyusui mengkonsumsi makanan yang lebih banyak dan lebih bervariasi dibandingkan dengan ketika is tidak dalam keadaan hamil dan menyusui; (vi) semua ibu menyusui yang kondisi kesehatannya baik senantiasa memberikan ASI kepada bayi-balitanya hingga berusia antara 1 s.d 3 tahun; dan (vii) umumnya bayi-balita mendapatkan makanan tambahan sejak berumur antara 3 s.d. 6 bulan. Jenis makanan tambahan yang diberikan adalah disesuaikan dengan usia bayi-balita; yakni dimulai dengan makanan lunak dan kemudian makanan semi-padat serta akhirnya disamakan dengan makanan orang dewasa.
Sementara itu, bagi bayi-balita yang keadaan gizinya kurang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya (i) semasa bayi-balita itu masih dikandung ibunya menderita penyakit tertentu; (ii) ibu menyusui menderita penyakit tertentu sehingga is tidak dapat memberi ASI kepada bayibalitanya secara konsisten dan juga tidak dapat merawat bayi-balitanya secara baik; (iii) bayi-balita itu sendiri yang menderita penyakit tertentu, seperti penyakit balakiangi, doko ana', dan kasiwiang. Janis penyakit itu ditanggapi oleh orang Bajo sebagai penyakit yang hanya dapat disembuhkan oleh praktisi medis tradisional, dan proses penyembuhan itu dilakukan dengan memantangkan kepada penderita mengkonsumsi jenis makanan tertentu; dan (iv) bayibalita kurang mendapatkan perhatian dan perawatan, terutama dalam hal pemberian makanan. Ini terjadi di antaranya disebabkan oleh besarnya jumlah anak, ibu itu sendiri yang menangani semua urusan rumahtangganya, dan ibu itu bersikap mesa bodoh terhadap bayi balitanya."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mina Septiani
"ABSTRAK
Nama : Mina SeptianiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Determinan Perilaku Makan pada Anak Gemuk Overweight diSekolah Dasar Negeri Wilayah Kecamatan Duren Sawit KotaAdministrasi Jakarta Timur Tahun 2018Pembimbing : Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PHKegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya Penyakit Tidak Menularutama. Perilaku makan menjadi faktor yang mempengaruhi kegemukan dan obesitas.Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anaksekolah sebesar 9,2 persen. Mengalami peningkatan 2 kali lipat pada Riskesdas tahun2013 yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan obesitas 8,8 persen.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku makan anak gemuk overweight di Sekolah Dasar Negeri wilayah Kecamatan Duren Sawit KotaAdministrasi Jakarta Timur. Metode penelitian adalah cross sectional dengan jumlahsampel 247 anak gemuk, kelas 4 dan 5. Penelitian dilakukan selama bulan Mei-Junitahun 2018. Variabel yang diteliti mencakup perilaku makan anak gemuk overweight ,pengetahuan tentang gizi, sikap tentang gizi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlahanggota keluarga, kebiasaan membawa bekal, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, perankeluarga dan guru, keterpaparan informasi, dan uang saku. Hasil penelitianmenunjukkan anak yang memiliki perilaku makan kurang baik sebesar 55,1 . Faktoryang berhubungan dengan perilaku makan anak gemuk adalah pengetahuan tentanggizi, sikap tentang gizi, pendidikan ibu, kebiasaan membawa bekal, kebiasaan sarapan,peran keluarga, dan peran guru. Peran keluarga merupakan faktor dominan yangberhubungan dengan perilaku makan anak gemuk OR 2,942 95 CI: 1.496-5.785 .Kata Kunci: perilaku makan, anak sekolah, kegemukan, pengetahuan tentang gizi, perankeluarga

ABSTRACT
Nam Mina SeptianiStudy Program Ilmu Kesehatan MasyarakatTitle Determinant of Overweight Children rsquo s Eating Behavior in StatePrimary School of Duren Sawit District, East Jakarta 2018Counsellor Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PHOverweight and obesity are risk factors for non communicable diseases. Eatingbehavior is a factor that affects overweight and obesity. Riskesdas 2010 showed theprevalence of overweight and obesity in school children by 9.2 percent. It had increasein Riskesdas 2013 which is 18.8 percent, consist of 10.8 percent overweight and 8.8percent obesity. This study aims to know the determinants of overweight children rsquo seating behavior in the State Primary School of Duren Sawit District, East Jakarta. Theresearch method was cross sectional with total sample of 247 overweight children, 4thand 5th grade. The research was conducted during May June 2018. The variablesstudied included overweight children 39 s eating behavior, nutritional knowledge,nutritional attitude, mother education, number of family members, habits to bring lunch,breakfast habits, snack habits, the role of family, the role of teacher, exposure toinformation about nutrition, and daily allowance. The results showed that children whohave less good eating behavior by 55.1 . Factors associated with the overweightchildren rsquo s eating behavior are nutritional knowledge, nutritional attitudes, maternaleducation, eating habits, breakfast habits, the role of family, and the role of teachers.The role of family is the dominant factor associated with overweight children,s eatingbehavior of OR 2,942 95 CI 1.496 5.785 .Keywords eating behavior, school children, overweight, nutritional knowledge, the roleof family"
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Astari
"Penelitian ini menjelaskan tentang gambaran sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan intensi dalam menggunakan layanan pesan antar makanan daring pada mahasiswa Universitas Indonesia selama COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang diikuti sebanyak 213 responden dengan mengisi kuesioner daring berbasis google form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 49,8% mahasiswa UI sering menggunakan layanan pesan antar makanan saat jam makan malam, dimana makanan cepat saji dan boba drinks adalah makanan yang paling sering dipesan. Selain itu, 59,6% mahasiswa UI memiliki sikap yang positif, 57,3% mahasiswa UI memiliki pengaruh motivasi yang tinggi dari orang lain, 55,9% mahasiswa UI memiliki faktor pendukung yang besar, dan 61,5% mahasiswa UI memiliki intensi yang tinggi dalam menggunakan layanan pesan antar makanan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat mahasiswa UI sadar akan pentingnya menerapkan perilaku makan sehat.

This research explained about the description of attitude, subjective norms, perceived behavioral control, and intentions on using online food delivery service to college students at Indonesia University during COVID-19. This research used the quantitative method with cross sectional study design. This research used purposive sampling technique that were joined by 213 respondents with fill the online questionnaire based on google form. The result of the research showed that 49,8% of UI students often used online food delivery services at dinner time, where fast food and boba drinks are foods that are often ordered. Moreover, 59,6% of UI students have a positive attitude, 57,3% of UI students have a high motivational effect from the others, 55,9% of UI students have a great supporting factors, and 61,5% of UI students have a high intention on using online food delivery service. The result of the research is expected to make UI students to be aware of the importance of implementing healthy eating behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Eydietha Puspa Arsanty
"Anak-anak dan remaja dengan down syndrome berisiko mengalami overweight dan obesitas dibandingkan populasi umum. Studi ini bertujuan untuk menggambarkan pola asupan energi dan zat gizi, praktik pemberian makan serta perilaku makan mereka. Sebanyak 25 anak dan remaja dilibatkan dalam pengukuran antropometri dan pencatatan riwayat asupan dengan metode 24-hour food recall untuk menilai status gizi dan asupan zat gizi mereka. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memahami praktik pemberian makan orang tua dan perilaku makan anak. Focus Group Discussion (FGD) dilakukan terhadap sekelompok orang tua anak down syndrome berstatus gizi normal berdasarkan indeks IMT/U. Wawancara mendalam juga dilakukan dengan ahli gizi dan dokter spesialis anak. Ditemukan bahwa walaupun sebagian besar (80%) anak dan remaja berstatus gizi normal, rerata asupan energi, protein, karbohidrat, dan lemak lebih rendah dari rekomendasi AKG yang berpotensi disebabkan oleh upaya orang tua untuk mengontrol asupan kalori anak mereka secara dominan. Hal ini diperkuat dengan temuan kekhawatiran serius terhadap pertumbuhan anak, laporan rendahnya kontrol anak terhadap sinyal kenyang, serta sensitivitas tekstur. Penilaian pemberian makanan pada setiap kunjungan harus dilakukan, dengan mempertimbangkan aspek karakteristik down syndrome yang dapat mempengaruhi penerimaan makanan mereka.
......Children and adolescents with down syndrome are at risk of being overweight and obese than the general population. This study aims to assess their energy and nutrient intake, feeding practices and eating behaviour. A total of 25 children and adolescents were included in anthropometric measurements and 24-hour food recall to assess their nutritional status and dietary intake. To understand parents' feeding practices and their child's eating behaviour, a qualitative approach was taken. A focus group discussion (FGD) was conducted with a group of parents of a child with down syndrome and had normal growth status based on BMI-for-age. In-depth interviews were also conducted with a registered dietician and paediatrician. Although the majority (80%) of children and adolescents had normal nutritional status, their average intake of energy, protein, carbohydrates, and fat were lower than the AKG recommendation, which were potentially caused by parents' predominant control of child's calorie intake. This is later confirmed by parents’ great concerns about child’s growth, reports of child’s low satiety responsiveness, and texture sensitivity. Feeding assessment at any visit should be addressed, taking into account down syndrome's characteristics that may influence their food acceptance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Alviomita
"

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia yang saat ini mulai diderita oleh usia muda. Perilaku konsumsi makanan berisiko diabetes melitus merupakan salah satu faktor yang harus dihindari. Media sosial menjadi salah satu sumber informasi yang mudah diakses oleh remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan media sosial dengan perilaku konsumsi makanan berisiko diabetes melitus pada remaja di Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan teknik cluster sampling sebagai cara pengambilan sampel. Sampel penelitian ini adalah siswa SMA/SMK di Jakarta yang berjumlah 445 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 8 pertanyaan tentang penggunaan media sosial dan 10 pertanyaan tentang perilaku konsumsi makanan berisiko diabetes melitus. Hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan media sosial dengan perilaku konsumsi makanan berisiko diabetes melitus pada remaja di Jakarta dengan nilai signifikansi 0,014 (p<0,05). Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi orang tua untuk memperhatian tontonan media sosial dan perilaku makan remaja serta menjadi informasi penunjang bagi perawat untuk memberikan edukasi kesehatan pada remaja melalui media sosial.

......Diabetes mellitus is one of the highest causes of death in Indonesia, which is now starting to be suffered by young people. Diabetes mellitus risky food consumption behaviour is one of the factors that must be avoided. Social media is one of the sources of information that is easily accessed by adolescents. This study aims to determine the relationship between social media use and diabetes mellitus risky food consumption behaviour among adolescents in Jakarta. This study used a cross-sectional design with cluster sampling technique as a way of sampling. The sample of this study was 445 high school / vocational high school students in Jakarta. The instrument used was a questionnaire containing 8 questions about social media use and 10 questions about diabetes mellitus risky food consumption behaviour. The results of Chi Square analysis showed that there was a relationship between the use of social media and food consumption behaviour at risk of diabetes mellitus in adolescents in Jakarta with a significance value of 0.014 (p<0.05). The results of this study can be information for parents to pay attention to social media viewing and adolescent eating behaviour and become supporting information for nurses to provide health education to adolescents through social media."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Nopitri
"Remaja merupakan masa yang paling tepat untuk memperkenalkan semua kebiasaan dan perilaku yang positif, terutama cara pandang/persepsi yang positif terhadap dirinya. Persepsi citra tubuh yang terbentuk pada remaja akan mempengaruhi perilaku makan yang yang dimiliki seperti emotional eating, restrain eating, dan eksternal eating. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi citra tubuh terhadap perilaku makan remaja Sekolah Menengah Atas di Purwakarta. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 148 orang dengan menggunakan metode nonrandom sampling dan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri usia 15 hingga 17 tahun, IMT ≥ 21, Bersedia untuk menandatangani informed consent. Desain penelitian yang digunakan adalah studi analitik cross sectional. Pengumpulan data tentang persepsi citra tubuh menggunakan kuesioner Multidimentional Body-Self Relations Questionnaire (MBSRQ). Sedangkan untuk perilaku makan menggunakan kuesioner Dutch Eating Behaviour Questionnaire. Teknik Analisa data yang digunakan adalah korelasi pearson dengan menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi citra tubuh dengan perilaku makan emosional eating (p = 0.003; r = 0.243), ada hubungan persepsi citra tubuh dengan perilaku makan restrain eating (p =0.000; r= -0.400), dan ada hubungan persepsi citra tubuh dengan perilaku makan eksternal eating (p=0.000; r=0.435).
......
Teenagers are the most appropriate time to introduce all positive habits and behaviors, especially the perspective/positive perception of him. Perceptions of body image that are formed in adolescents will affect eating behaviors such as emotional eating, restrain eating, and external eating. The purpose of this study was to determine the relationship between body image perception and eating behavior of high school adolescents in Purwakarta. The research sample used was 148 people using nonrandom sampling methods and purposive sampling techniques.The inclusion criteria in this study were young women aged 15 to 17 years, BMI ≥ 21, Willing to sign informed consent. The research design used was a cross sectional analytic study. Collecting data about body image perception using the Multidimentional Body-Self Relations Questionnaire (MBSRQ) questionnaire. Whereas for eating behavior using the Dutch Eating Behavior Questionnaire questionnaire. The data analysis technique used is Pearson correlation using the help of a statistical application program in its processing. The results of this study indicate that there is a relationship between body image perception with emotional eating behavior (p = 0.003; r = 0.243), there is a relationship between body image perception and restrain eating behavior (p = 0.000; r = -0.400), and there is a perception relationship body image with external eating behavior (p = 0.000; r = 0.435)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsiyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum perilaku makan ibu serta faktor lainnya, yaitu interaksi saat makan, variasi makanan anak, riwayat ASI eksklusif dan riwayat BBLR, serta hubungannya dengan perilaku picky eating pada anak usia pra-sekolah di sekolah Islam Al-Azhar 10 dan EvFiA Land School, di Kota Serang tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 151 sampel dengan rentang usia antara 2-6 tahun. Pengambilan data dilakukan pada bulan April-Mei dengan instrumen penelitian berupa kuesioner dan catatan makanan anak.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 35,1% siswa berperilaku picky eating. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat 38,4% ibu yang berperilaku picky eating. Uji statistik menggunakan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara variabel perilaku makan ibu, interaksi saat makan dan variasi makanan anak dengan perilaku picky eating pada anak. Namun uji tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel ASI eksklusif dan riwayat BBLR dengan perilaku picky eating pada anak.
Penelitian ini menyarankan agar orang tua memberikan contoh perilaku makan yang baik kepada anak, meluangkan waktu makan bersama, menghindari perilaku memaksa atau merayu saat anak sulit makan, dan meningkatkan variasi makanan anak.
......This research is aim to understand the description of mothers’ eating behavior and other factors, such as interaction during meals, children's food variety, history of exclusive breastfeeding and history of low birth weight, as well as the relation with picky eating behaviors of preschooler children at Al-Azhar 10 Islamic School and EvFiA Land School in Serang, 2013. This research was quantitative with cross-sectional design. The number of samples in this study was 151 with ages ranging between 2-6 years of age. This study was conducted on April-May use questionnaire and children food diary.
The results found that there were 35,1% of students with picky eating behavior. The study also found that there were 38,4% of mother with picky eating behavior. Statistical test using the chi square test showed that there was relation between maternal eating behavior variables, interaction during meals, variety of children’s food and picky eating behavior in children. However, the test showed that there was no association between history of exclusive breastfeeding and history of low birth weight variables with picky eating behavior in children.
This study suggests parents to provide a good example of eating behavior to the children, spare time to eat together, avoid forcing or seducing when a child is not eating properly, and increase children food variety."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Paramal Dini
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu, lingkungan, dan sistem makro dengan perilaku makan remaja. Penelitian dengan desain cross-sectional dilakukan di SMA Negeri 64 Jakarta. Siswa terpilih (n = 185, umur 15-17 tahun, semua jenis kelamin) mengisi angket yang berisi pertanyaan tentang identitas responden, pengetahuan dan sikap gizi, citra tubuh, teman sebaya, makan bersama keluarga, sumber informasi gizi, serta perilaku makan. Berat badan dan tinggi badan juga diukur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 91,4% memiliki perilaku makan tidak sehat. Pengetahuan gizi dan citra tubuh berhubungan dengan perilaku makan remaja. Oleh karena itu, perlu ada program promosi gizi dan kesehatan yang khusus menargetkan remaja supaya pesan dan cara penyampaiannya lebih mudah diterima.

ABSTRACT
The aim of the study was to determine the interactions between individual, environmental, and macro system factor, with eating behaviors among adolescents. A cross-sectional survey was conducted at State Senior High School SMA 64 Jakarta. A selected group of students (n = 185, aged 15-17 years, both sexes) completed self-reported questionnaire which contained questions about subject identities, nutrition knowledge and attitude, body image, peer group, family meal frequency, exposure to nutrition information, and eating behavior. Weight and height were measured. The result of the study was 91,4% participants had unhealthy eating behaviors. Nutrition knowledge and body image associated to adolescents? eating behavior. The result suggested there should be a nutrition and health promotion programme designed for adolescents."
2014
S57181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>