Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Malden, MA: Blackwell, 2002
330 REA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Saharuddin
Abstrak :
ABSTRAK
Modal sosial akhir-akhir ini menjadi perhatian bagi ahli-ahli sosiologi ekonomi. Sebagian mengajukan konsep modal sosial sebagai alternatif baru bagi pendekatan pembangunan yang berbasis masyarakat. Namun sebagian lain melihat gejala kemunduran modal sosial sejalan dengan semakin meluasnya ekspansi kapitalisme.

Penelitian ini lebih melihat modal sosial sebagai kekuatan dinamis yang dimiliki oleh suatu komunitas. Kedinamisan modal sosial tersebut diwujudkan dalam bentuk pergeseran norma-norma pertukaran; sedemikian rupa sehingga individu-individu merasa terjamin untuk memperoleh keuntungan timbal balik.

Fokus penelitian adalah mengkaji bagaimana cara modal sosial menjembatani berbagai kelompok kepentingan dalam kelembagaan kesehatan lokal. Untuk itu dipilih pendekatan kritis dengan tehnik pengolahan dan analisis data secara kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian tesis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif memang tidak lazim dilakukan. Namun saya perlu melanjutkan penelitian dengan pendekatan kualitatif setelah saya menemukan keunikan dari hasil penelitian awal, yaitu: (1) analisis statistik (prosedur logistik; program Statistic Analysis System/SAS) atas data hasil survey menunjukkan tidak ada hubungan antara karakteristik rumahtangga atau individu dengan kegiatan menabung; (2) Posyandu yang semula direncanakan menjadi pintu masuk pengembangan masyarakat ternyata tidak mendapat "legitimasi" dari partisipan. Justru organisasi-organisasi akar rumput memiliki kekuatan untuk memfasilitasi tindakan-tindakan kolektif anggotanya.

Untuk memperoleh penjelasan lebih jauh mengenai kekuatan organisasi akar rumput tersebut di atas maka saya telah mengubah orientasi penelitian dari pendekatan survey ke arah pendekatan kualitatif. Untuk itu maka pengumpulan data dilakukan melalui dialogis di tingkat kelompok akar rumput hingga ke birokrasi lokal. Dengan cara dialogis tersebut maka memungkinkan penerapan metode koogeneratif. Prosedur aksi - refleksi sangat dominan dalam proses pengumpulan dan analisis data. Dengan pendekatan sepeti di atas aspirasi organisasi akar rumput dan aspirasi aparat birokrasi dapat secara langsung dipertemukan.

Partisipan penelitian adaiah anggota dari organisasi akar rumput yang tersebar pada empat desa. Setiap kelompok akar rumput mewakili karakteristik desa dan karakteristik aktivitas organisasi akar rumput. Pada keempat organisasi akar rumput tersebut peneliti bersama partisipan menggunakan modal sosial lokal untuk mengintegrasikan institusi-institusi lokal dalam suatu jaringan yang kuat. Untuk itu upaya menemukan simpul interaksi antar warga dan antar institusi menjadi penting. Simpul interaksi dan jaringan institusi lokal dalam hal ini diperlukan untuk menciptakan organisasi akar rumput yang kuat dan otonom dalam mengelola lembaga kesehatan lokal.

Dalam penelitian ini peneliti telah membedah lingkungan sosial dan sumberdaya komunitas dengan menggunakan tujuh unsur-unsur pemberdayaan komunitas yang telah digunakan oleh UNICEF (1999), yaitu kepemimpinan, organisasi komunitas, pengetahuan komunitas, dana komunitas, proses pengambilan keputusan komunitas, teknologi komunitas dan sumberdaya material komunitas. Dari ketujuh unsur itu, lima unsur pertama secara berturut-turut telah menjembatani tindakan-tindakan kolektif, khususnya dalam kegiatan menabung. Kegiatan menabung menjadi perilaku yang dibimbing oleh seperangkat sistem norma dalam komunitas sehingga tercipta tindakan kolektif yang terorganisir. Kegiatan menabung dalam organisasi akar rumput kemudian menjadi simpul interaksi warga komunitas. Peristiwa menabung mampu meniadakan perbedaan-perbedaan dalam komunitas, baik secara horizontal (perbedaan karakteristik keluarga dan atau karakteristik pribadi) maupun secara vertikal (perbedaan kelas atau status sosial ekonomi).

Implikasi terhadap metodologi penelitian aksi adalah organisasi akar rumput yang memfasilitasi kegiatan menabung dan memiliki mekanisme pengelolaan pelayanan kesehatan secara partisipatif menjadi titik tolak pengembangan modal sosial. Setanjutnya peristiwa menabung dalam organisasi akar rumput menjembatani terbangunnya proses dialogis antara kelompok akar rumput dengan birokrasi lokal, khususnya aparat kesehatan. Fokus perhatian adalah bagaimana cara agar organisasi lokal dapat memperkuat lembaga kesehatan lokal.

Penelitian ini menemukan bahwa: (i) Modal sosial memberi kontribusi yang besar dalam menjembatani tindakan kolektif dalam kelompok organisasi akar rumput sehingga terbentuk suatu simpul interaksi yang kondusif bagi pengembangan suatu lembaga (kesehatan lokal). (ii). Munculnya lembaga kesehatan lokal dalam komunitas menunjukkan bahwa manajemen pelayanan kesehatan telah mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat. Hal itu mengandung konsekuensi bahwa penerapan prinsip-prinsip resiprositas berkenaan dengan masalah kesehatan tidak lagi bersifat spontan tetapi telah bergeser ke arah pengaturan yang lebih sistematis, (iii) Dalam konteks hubungan antara organisasi akar rumput dengan birokrasi lokal penelitian ini telah menunjukkan bahwa harapan untuk terjadinya integrasi antara kelompok akar rumput dengan birokrasi lokal masih sulit tercapai. Perbedaan visi pelayanan kesehatan antara organisasi akar rumput dengan birokrasi lokal telah mempertegas betas antara keduanya. Kegagalan dalam mempertemukan visi kedua pihak berarti telah hilang satu kesempatan membangun kepercayaan organisasi akar rumput terhadap birokrasi lokal. Hal itu sekaligus memutus simpul interaksi antara organisasi akar rumput dengan birokrasi lokal dalam proses pelayanan kesehatan. Penyebabnya adalah keragaman mekanisme yang menjadi pilihan masing-masing organisasi akar rumput masih belum mendapat pengakuan dari birokrasi lokal. Birokrasi pemerintahan lokal masih mempertahankan pola lama; terlalu banyak masuk dalam wilayah otonomi masyarakat. Kebijakan birokrasi lokal belum memungkinkan tumbuhnya demokrasi secara lebih cepat. Dengan kata lain ruang demokrasi yang mulai terbuka pada tingkat organisasi akar rumput belum didukung dengan perubahan sikap pada birokrasi pemerintahan lokal.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghadiri, Argang
Abstrak :
The book approaches the background, history, and major thinkers in the field, but also reassesses the fundamental concept of neuroleadership. The authors look into the fundamental basic needs of human beings, how they are represented in the neural networks, and how this manifests in motivational drives. The book also focuses explicitly on how impactful organisational tools can be from the viewpoint of the brain. By following this methodology, the reader will be able to use the knowledge of neuroscience at the workplace to better address individuals’ brains and hence tap into the full power of brains in business.
Berlin: [Springer, ], 2012
e20410688
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Wilopo
Abstrak :
Abstract. The information and communication technology universal service obligation (ICT USO) was an instrument of the policy of the government in order to overcome the ICT development gap. Unfortunately, this instrument could not providethe most favorable value to the community due to the lack of synchronization between the Central Government and the Local Administrations in the ICT USO activity. With the use of the institutional-based view (IBV) theory, which was enriched withthe New Institutional Economic Sociology (NIES), this study used the soft systems methodology based-action research that was enriched with social network analysis. The results of this study showed that (1) the governance structure in the ICT USOactivity did not run well; (2) the absence of the synchronization of the ICT USO activity between the central government and the local administrations; (3) the absence of the harmonization of the relations between BP3TI with the local administrations;(4) the lack of the involvement of the local administrations including the social institution of the community as the intermediary organization. Subsequently, there was a necessity for a strategy in the formulation, the implementation, and the control in theICT USO activity on the mechanism of the dynamics of relations between government levels so that it could provide the best service to the community. Therefore, the development of an efficient ICT USO would encourage the realization of a prosperousinformation community with high levels of competitiveness. Meanwhile, the contribution of the novelty in this research paper was to answer the strategic restructuring on various levels of policy-micro, meso, and macro in developing a governancestructure that could synchronize the strategy in the ICT USO activity with the hybrid of IBV and NIES.

Abstrak. Information communication technology service obligation universal (ICT USO) merupakan instrumen kebijakan pemerintah dalam mengatasi kesenjangan pembangunan ICT. Sayangnya, instrumen ini belum memberikan nilai optimal kepadamasyarakat karena terdapat ketidak-sinkronan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam kegiatan ICT USO. Dengan menggunakan teori Institutional Based View(IBV) yang diperkaya dengan New Institutional Economic Sosiology(NIES),kajian ini menggunakan metode penelitian Soft Systems Methodology based-Action Research diperkaya dengan Social Network Analysis. Hasil kajian menunjukkan (1) belum berjalannya governance structure dalam kegiatan ICT USO, (2) belum adanyasinkronisasi kegiatan ICT USO antara pemerintah pusat dan daerah; (3 belum ada harmonisasi hubungan antara BP3TI dengan pemerintah daerah; (4) kurangnya keterlibatan pemerintahan daerah termasuk lembaga sosial masyarakat sebagai organisasiantara. Untuk itu, perlu adanya strategi dalam perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam kegiatan ICT USO pada mekanisme dinamika hubungan antar level pemerintah sehingga dapat memberikan layanan terbaik pada masyarakat.Dengandemikian, pembangunan ICT USO yang berdaya guna mampu mendorong terwujudnya masyarakat informasi yang sejahtera dan memiliki daya saing tinggi. Sementara kontribusi keilmuan (novelty) dalam kajian ini adalah menjawab retrukturisasi strategic(Strategic Restructuring) pada berbagai hierarki kebijakan-mikro, meso, dan makro dalam membangun struktur tata kelola (governance structure)yang mampu mensinkronkan strategi dalam kegiatan ICT USO dengan hibrida IBV dan NIES.
Pale,bang: Faculty of Administrative Science Universitas Brawijaya, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library