Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andromeda M.F.K.
Abstrak :
Masalah lingkungan yang banyak muncul merupakan konsekuensi dari kegiatan tidak ramah lingkungan yang dilakukan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat di setiap negara mulai menyuarakan kepedulian lingkungannya dalam berbagai macam bentuk. Kepedulian lingkungan tersebut menjamur di setiap lapisan status sosial ekonomi, baik di negara berkembang dan maju. Penelitian ini membahas kepedulian lingkungan dalam konteks Indoensia sebagai negara berkembang. Berdasarkan temuan penelitian, tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi dan kepedulian lngkungan. Namun, ada hubungan antara kepedulian lingkungan khusus dan tindakan lingkungan. Implementasi nyata dari kepedulian masyarakat justru karena rusaknya lingkungan hidup sekitar. Di samping itu, masyarakat setempat, pemerintah lokal, dan pelaku pasar juga memiliki peran dalam pembentukan kepedulian lingkungan.
Emergence of environmental problems is a consequence from unfriendly activities toward environment by humans. As time goes by, society in every country become concern to the environment in all sort of way. The environmental concern has spread to all socio-economic status in both developing countries and developed countries. This research talks about environmental concern in Indonesia?s context as a developing country. According to the research finding, there is no relation between socio-economic status and the environmental concern. However, there is a correlation between specific environmental concern and environmental action. Real implementation from the society concern is driven by damaged environment its self. In addition, local community, local government, and market doer also has a role in making the environmental concern.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Adinda
Abstrak :
Latar belakang tesis ini adalah Amerika pada tahun 1930-an yang ketika itu dilanda depresi besar yang menjatuhkan ekonomi Amerika. Pada masa depresi tersebut, banyak orang Amerika yang kehilangan pekerjaan mereka. Dalam keadaan tidak bekerja ini banyak di antara mereka yang kehilangan tempat tinggal mereka. Salah satu girl Amerika pada masa ini adalah adanya perkampungan "Hovervilles", di sebuah taman di New York. Di tempat inilah orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal berteduh. Ciri lainnya adalah antrian panjang orang-orang yang menanti jatah roti dan sup di dapur-dapur umum yang dibuka di seluruh kota. Seiring dengan bertambahnya waktu keadaan menjadi lebih baik. Banyak orang yang mendapatkan pekerjaan dari proyek-proyek New Deal. Pokok bahasan tesis ini adalah suksesnya Gone With The Wind pada tahun 1930-an. Tesis ini mencari sebab-sebab sukses tersebut berkaitan dengan kondisi, pemikiran dan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat Amerika pada tahun 1930-an yang dihubungkan dengan tema yang ada di dalam novel tersebut. Sukses dari Gone With The Wind pada tahun 1930-an pada masa depresi ini adalah karena novel ini memberikan gambaran-gambaran yang ingin dilihat oleh masyarakat Amerika. Gambaran-gambaran tersebut adalah kemakmuran Amerika, semangat besar di dalam memperjuangkan kehidupan, bersatunya keluarga besar di dalam keadaan yang sulit dan keadaan yang saling menguntungkan bagi orang kulit putih dan orang kulit hitam. ......The background of this thesis is America in the 1930's when it was hit by the great depression. During the depression, a lot of Americans were jobless and homeless. One of the characteristics of this time was "Hovervilles", the park in New York where homeless people made their homes. Another characteristic of this time was the long lines people wailed for their food at the kitchen soup and breadlines sprang up all over the cities. As time went by, things got better. People were helped by the projects which created jobs for them. The point of this thesis is the success of Gone With The Wind during the 1930's. This thesis finds out the reasons of that success in connection to the conditions, thought and values in the American society in the 1930?s, which are related to the themes, conveyed in the novel. The success of Gone With The Wind in the .1930's during the great depression is because the novel gave the pictures American people at that time wanted to see. The pictures that Americans wanted to see are the abundance of America, the high spirit that Americans have in times of hardness, the positive values American family holds in the society and the good relationship between white people and African Americans, These positive pictures gave people the confidence to fight for their lives during the depression.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriadi Torro
Abstrak :
Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status ekonomi, partisipasi politik dan etnisitas terhadap tingkat integrasi transmigran dan penduduk asli di pemukinan transmigrasi Sukamaju, Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan. Daerah sampel penelitian ditentukan dengan metode sampling bertujuan, sementara responden penelitian dipilih dengan tehnik random. Data dikumpulkan dengan penyebaran angket atau kuisioner ke 139 responden dan dianalisis dengan tehnik korelasi dan rearesi sederhana, korelasi dan recresi ganda atas bantuan komputer melalui program SPSS/PC + versi 6.0. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa statu ekonomi dan partisipasi politik secara positif dan signifikan berkorelasi dengan tingkat integrasi (dengan nilai r masing-masing 1,3845 dan 0,6643) pada taraf keyakinan 0,05). Begitupula dengan etnisitas secara negatif dan signifikan berkorelasi dengan tingkat integrasi (nilai r -0,4349 pads taraf keyakinan 0,05). Pengaruh gabungan dari ketiga variabel bebas di atas lebih besar lagi yakni 0,73529 dengan koefisien determinasi 0,54065. Pada tahap interpetasi dan pemba.hasan diketahui bahwa partisipasi politik yang sangat signifikan dan berpengaruh terhadap tingkat integrasi dengan nilai T hitung sebesar 7,278, kemudian disusul etnisitas dan status ekonomi. Bila mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya, terutama studi Mangunrai maka ditemukan titik kesamaan bahwa integrasi yang tinggi sangat dipengaruhi oleh upaya transformasi budaya, sosial dan ekonomi dari masing-masing pihak. Begitupula studi Harahap melihat integrasi dari segi komunikasi, solidaritas kesamaan agama dan budaya. Dari aspek sosiologis studi ini menekankan interaksi dan kontak. Oleh karena itu akselarasi proses integrasi transmigran dan penduduk asli perlu penataan kembali mengenai pola pemukiman yang bergaya segregatad pluralism. Di samping itu tidak menonjolkan rasa keetnikan seperti memberi nama kampung, dusun atau nama-mana tempat umum misalnya lapangan sepak bola dan lain-lain dengan nama dari etnik tertentu. Hal-hal seperti ini dapat mengurangi rasa persatuan dan kesatuan komunitas desa itu. Studi arerrg integrasi yang menggunakan indikator dan tolak ukur ini, masih perlu disempurnakan dan dikaji lebih mendalam. Ada beberapa studi yang senada seperti Darwis dan Hartoyo mengenai keserasian sosial, namun terhadap studi integrasi dimasa mendatang kedua studi tersebut perlu dikaji ulang, karena indikator-indikator yang ditetapkan hanya melihat interaksi secara nyata, padahal aspek sosiologis yang sesungouhnya adalah hubungan sosial (relationship). Dalam anti aspek-aspek laten yang melekat dalam sebuah komunitas perlu dicari.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilina Suwandi
Abstrak :
Permasalahan kependudukan masih sangat kompleks. Salah satu hal nyata yang dihadapi adalah pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi. Salah satu bagian dari pertumbuhan penduduk tidak terlepas dari jumlah anak lahir hidup. Salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan jumlah anak lahir hidup adalah status ekonomi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat besar hubungan antara status ekonomi dengan jumlah anak lahir hidup pada wanita usia kurang dari 45 tahun berstatus kawin yang masa reproduksinya masih berjalan dan usia 45-49 tahun berstatus kawin yang sudah masuk ke akhir masa reproduksi. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain studi potong lintang menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Penelitian ini menemukan bahwa pada kedua kelompok umur diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara status ekonomi dengan jumlah anak lahir hidup. Ditemukan pula bahwa odds lebih besar ditemukan pada status ekonomi sangat miskin, miskin, menengah, dan kaya dibanding dengan wanita yang status ekonominya sangat kaya. Selanjutnya ditemukan bahwa pada wanita usia kurang dari 45 tahun, didapati hasil bahwa variabel pendidikan, status pekerjaan, usia pertama menikah, penggunaan kontrasepsi, dan preferensi jumlah anak menjadi perancu antara status ekonomi dengan jumlah anak lahir hidup. Sedangkan pada wanita usia 45-49 tahun, variabel wilayah tempat tinggal, statuspekerjaan usia pertama menikah, penggunaan kontrasepsi, dan preferensi jumlah anak menjadi perancu antara status ekonomi dengan jumlah anak lahir hidup. ......Population issues are still very complex. One of the real problems faced is population growth which is still relatively high. One part of population growth can not be separated from the number of children ever born. One of the factors thought to be related to the number of children ever born is economic status. This study was conducted to examine the relationship between economic status and the number of live births in women aged less than 45 years who are married whose reproductive period is still running and those aged 45-49 years who are married who have entered the end of their reproductive period. This research was conducted using a cross-sectional study design using data from the Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) in 2017. This study found that in both age groups it was known that there was a significant relationship between economic status and the number of children ever born. It was also found that greater odds were found for very poor, poor, middle, and rich economic status compared to women whose economic status was very rich. Furthermore, it was found that in women aged less than 45 years, it was found that the variables of education, employment status, age at first marriage, contraceptive use, and preference for number of children were confounders between economic status and the number of children ever born. Meanwhile, for women aged 45-49 years, the variables of area of ​​residence, employment status at the age of first marriage, contraceptive use, and preference for number of children become confounders between economic status and number of children ever born
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Utilization of health service facility constitutes the important indicator in assessing successful of health service. Level of utilization indicates whether health service is affordable and distributed equally....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soleh Bastaman
Abstrak :
Penyakit kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang khusus, karena cacat permanen yang diakibatkannya menimbulkan masalah sosial di masyarakat. Menurut laporan WHO tahun 2000 Indonesia menempati peringkat ke 4 penderita kusta di dunia setelah India, Brazil dan Myanmar. Pada tahun 2000 penderita kusta di Indonesia tercatat sebanyak 20.731 orang dengan prevalensi 0,88/10.000 penduduk, dan ditemukan cacat tingkat II sebesar 9%. Di Jawa Barat tahun 2000 ditemukan penderita kusta baru sebanyak 1609 orang dengan prevalensi 1,09/10000 penduduk dan ditemukan cacat tingkat II sebesar 5,78%. Sedangkan di Kabupaten Cirebon tahun 2000 ditemukan penderita kusta baru sebanyak 392 orang dengan prevalensi 1,92/10000 penduduk dan ditemukan cacat I sebesar 14,79%, cacat tingkat ll sebesar 4,33%. Berdasarkan hal tersebut maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian tentang penyebab cacat pada penderita kusta dengan mengidentifikasi faktor risiko penyebab cacat pada penderita kusta baru, yaitu faktor internal yang terdiri dari faktor demografi (umur, pendidikan, pekerjaan), pengetahuan, lama sakit, tipe kusta, dan faktor ekstemal terdiri dari metode penemuan kasus, sosio-ekonomi / pendapatan. Rancangan penelitian menggunakan studi kasus kontrol tidak berpadanan, dengan kelompok kasus adalah penderita kusta baru, yang dinyatakan cacat tingkat I, kelompok kontrol adalah penderita kusta baru yang dinyatakan tidak cacat oleh petugas kusta puskesmas pada saat pertamakali ditemukan dan tercatat pada kartu penderita. Sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 90 orang kasus dan 90 orang kontrol dengan perbandingan 1:1. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dan analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan, sosio ekonomi / pendapatan dengan terjadinya cacat tingkat I pada penderita kusta baru, OR = 2,09 95% CI : 1,04 - 4,17 dan OR = 2,56 95% CI : 1,3i - 5,00. Sedangkan variabel umur, pendidikan, pekerjaan, lama sakit, tipe kusta, metode penemuan kasus tidak ada hubungan yang bermakna dengan terjadinya cacat tingkat I pada penderita kusta baru. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kecacatan adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas penyuluhan bagi masyarakat, meningkatkan penyebarluasan informasi kepada masyarakat sosio ekonomi rendah terutama tentang paket pengobatan kusta di puskesmas.
Leprosy is a specific public health problem, due its permanent disabilities causing social problems in the communities. WHO report showed that in 2000, Indonesia was the fourth country with most prevalent leprosy cases in the world, after India, Brazil, and Myanmar. It was reported in 2000 that there were 20,731 Indonesian leprosy patients with prevalence of 0.88/10.000 people. The proportion of cases with grade II disability was 90%. During the same year, as many as 1.609 new cases were found in West Java with the prevalence of 1.09/10.000 people. The corresponding proportion with grade II disability was 5.8%. There were 392 new leprosy patients reported particularly in the Kabupaten (regency of) Cirebon, with the prevalence of 1.92/10.000 inhabitants. Grade I disability was 14.8% and the grade 1I was 4.3%. Based on those facts, it was thought that a research concerning determinants of leprosy disability necessary. Such a research should be able to identity internal risk factors of disability (i.e. age, education, occupation, knowledge, length of illness and type of leprosy) and external risk factors (i.e. case detection method and socio-economic status/income). This unmatched-case control study defined the "cases" as new leprosy patients with grade I disability and the "controls" as new leprosy patients (firstly detected and recorded by health officers for leprosy in Puskesmas), without any disability. Minimum required sample size for each group was 90 (ratio control to cases = 1 : 1). Data was analyzed using bivariate and multivariate approaches. Our findings showed that were significant associations between grade I disability and several independent variables, i.e. knowledge (OR= 2.1; 95% CI: 1.04-4.2) and socio-economic status / income (OR= 2.6; 95% CI: 1.3-5.0). Other independent variables, i.e. age, education, occupation, length of illness, type of leprosy and case detection method, were not associated with grade I disability. Recommended intervention could be done was to decrease disability rate by improving quantity and quality of information dissemination activities in the community. More attention should be paid when dissemination information about leprosy medication protocols and about disability prevention program for low socio-economic segment of population.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evy Clara
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara status sosial ekonomi orang tua dan sosialisasi anak di keluarga dalam menunjang prestasi belajar siswa di sekolah. Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara mendalam. Agar data mempunyai validitas yang kuat, maka dilakukan cross chek terhadap orang tua, teman dan guru dari sampel utama tersebut. Guna memperoleh gambaran yang nyata, selain wawancara dilakukan juga observasi, serta penyebaran angket kepada 104 orang responder (siswa) sebagai data pendukung. Pemilihan 8 sampel utama dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan khusus dengan melalui kriteria tertentu, terdiri dari 4 orang siswa yang orang tuanya mempunyai status sosial ekonomi "tinggi?, dan status sosial ekonomi "rendah" 4 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status sosial ekonomi dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Artinya bahwa siswa yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi tinggi mempunyai banyak kesempatan memiliki berbagai fasilitas yang diberikan keluarga seperti bimbirgan belajar, les privat, kebutuhan buku, komputer, penyediaan ruang belajar khusus dan lain sebagainya. Hasil penelitian memberikan kecenderungan bahwa kemampuan untuk memiliki dan menggunakan berbagai fasilitas pendidikan, ternyata hampir sebagian besar responden yang memiliki prestasi belajar "tinggi" memanfaatkan secara maksimal fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan belajar. Sedangkan yang tidak memanfaatkan secara maksimal fasilitas-fasilitas tersebut walaupun dari golongan status sosial ekonomi tinggi, ternyata prestasi belajar siswa rendah. Hasil wawancara yang mendalam terhadap responden utama dan didukung oleh survey terhadap 100 siswa, ternyata ada variabel lain yang cukup menentukan dalam pencapaian prestasi belajar siswa, variabel tersebut adalah sosialisasi anak di dalam keluarga. Artinya siswa yang berasal dari status sosial ekonomi "tinggi", kalau tidak ada perhatian. dari orang tua dan alokasi pembagian belajar yang tepat di rumah serta tidak aktif (jarang) berkomunikasi dengan keluarga, ternyata ada kecenderungan bahwa prestasi belajar siswa tersebut rendah begitu juga sebaliknya, dan dari responden pendukung ditemukan pula bahwa kebanyakan siswa yang mendapatkan pelajaran tambahan seperti: les privat, bimbingan belajar, dan kelompok belajar, mempunyai prestasi tinggi, hanya sebagian kecil saja siswa yang mempunyai prestasi rendah. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh status sosial ekonomi saja, tetapi juga faktor lain yang berasal dari sosialisasi siswa dalam keluarga. Salah satu faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajari adalah kemampuan (IQ). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada guru dan orang tua sebagai pendidik untuk lebih memperhatikan anak/siswa dalam proses pembelajarannya dengan melihat latar belakang kondisi status sosial ekonomi yang dimiliki, sehingga nantinya siswa tersebut dapat memperoleh prestasi belajar yang diinginkan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T1139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Dopang
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk melihat keadaan pekerja anak secara umum dan untuk mengetahui faktor-faktor sosio ekonomi demografi kepala keluarga yang dapat mempengaruhi anak untuk bekerja. Secara umum keberadaan pekerja anak ini tidak bisa dilepaskan dari keadaan ekonomi rumah tangga (kemiskinan). Data yang digunakan dalam analisis ini bersumber pada Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 1994. Pendekatan yang digunakan daiam menganalisis data adalah analisis deskriftip dan analisis inferensial dengan bantuan rega-esi logistik model penjumiahan. Berdasarkan analisis deskrifip yang dilakukan diketahui bahwa sebanyak 87,48% dari pekerja anak ini tinggal di daerah pedesaan dan 12,52% tinggal di daerah perkotaan. Kebanyakan dari pekerja anak tersebut adalah laki-laki yaitu sebanyak 58,59% dan perempuan sebanyak 41,41%. Pada umurnnya mereka bekerja di sektor pertanian yaitu sebesar 67,41%, sektor industri sebanyak 26,45% dan sektor jasa sebesar 6,14% dan kebanyakan bekerja dalam sektor informal. Dilihat berdasarkan jam kerja, secara umum sebanyak 80,36% bekerja antara 0-34 jam per minggu, 5,35% antara 35-40 dan 14,29% dengan jam kerja 41 jam keatas. Narnun jika dihubungkan dengan jam kerja bagi mereka yang manerima upah, maka yang bekerja dibawah jam kerja normal pekerja dewasa ada sebanyak 27,57%, sama dengan jam kerja normal sebesar 12,19% dan diatas jam kerja normal jauh Iebih banyak yaitu 60,24%. Dari seluruh pekerja anak, ternyata yang mendapat upah hanyalah 13,72%. Mereka yang mendapat upah dibawah rata-rata UMR tahun 1994 ada sebesar 81,36% yaitu upah antara Rp0-Rp40.000 dan Rp40.001 RpS0.000 per bulan, sama dengan UMR sebesar 11,90% (upah antara Rp80.001-Rp 120.000) dan diatas UMR. 6,74% (Rp I20.001 +}. Dilihat berdasarkan status pekerjaan utama maka sebanyak 77,28% adalah sebagai pekerja keluarga, 13,72% sebagai buruh/karyawan dan sisanya adalah untuk tiga status lainnya. Selanjutnya jika keadaan pekerja anak ini dihubungkan dengan tingkat pendidikan kepala keluarga ternyata yang tidak sekolah atau tidak tamat SD ada sebanyak 55,16%; 34,61 tamat SD; 5,91% tamat SLTP dan 4,32% tamat SLTA keatas. Kepala Keluarga ini kebanyakan menerima upah lebih kecil atau sama dengan Rpl00.000 (58,16%) dan 35,92% dengan upah antara Rpl00.001-Rp200.000 per bulan, sedangkan yang menerima upah diatas Rp200.000 per bulan hanya sebesar 5,92%. Jika sektor lapangan usaha kepala keluarga dihubungkan dengan lapangan pekerjaan anak maka kebanyakan mereka bekerja dalam sektor lapangan usaha yang sama dan kebanyakan bekerja di sektor informal. Mereka pada umumnya datang dari keluarga miskin. Berdasarkan uji statistik regresi logistik penjumlahan maka faktor-faktor sosio ekonomi demograf kepala keluarga yang mempengaruhi pekerja anak adalah: tempat tinggal, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan (formal, informal) dan upah/gaji.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
Abstrak :
Penelitian ini bermula dari pemikiran bahwa prestasi belajar anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Inteligensi merupakan internal kognitif dan kemandirian belajar merupakan internal non kognitif (kepribadian) yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Faktor eksternal yang berpengaruh ,terhadap prestasi belajar antara lain lingkungan keluarga terutama status sosial ekonomi orang tua dan pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya.

Penelitian ini mengkaji keterkaitan antara inteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh dan kemandirian belajar anak dengan prestasi belajar anak dalam mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, UPS, Matematika dan IPA.

Sampel penelitian diambil 12 SD secara random dari semua siswa kelas VI yang jumlahnya 417 anak. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes inteligensi dari Raven, angket status sosial ekonomi orang tua, angket pola asuh menurut anak dan menurut orang tua, angket kemandirian belajar anak dan hasil tes Ebtanas yang meliputi mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA.

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis korelasi berganda. Dari penelitian ini ditemukan bahwa; secara bersama-sama prestasi belajar PMP, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh, dan kemandirian belajar anak. Keempat variabel tersebut memberi kontribusi terhadap prestasi belajar PMP 21.821%, Bahasa Indonesia 19.017%, IPS 27.899 %, Matematika 18.380 %, IPA 24.418 %. Secara sendiri-sendiri; (1) prestasi belajar PMP dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing .0001, .0007, 2689, dan 1026. (2) Prestasi belajar Bahasa Indonesia dipengaruhi secara positif oleh tingkat iteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, dan kemandirian belajar anak, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh yang dilakukan orang tua, dengan p masing-masing .0001, .0043, .0088, dan .7948. (3) Prestasi belajar IPS dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing .0001, .0027, 4161, dan 7854. (4) Prestasi belajar Matematika dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan kemandirian belajar anak, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh status sosial ekonomi orang tua dan pola asuh, dengan p masing-masing .0001, .0077, .0829, dan .1035. (5) Prestasi belajar IPA dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing 0001, .0003, .3152, dan .1298.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Riyanto
Abstrak :
Diare adalah penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kcsehatan masyarakat di Kecamatan Koja Kota Administratif Jakarta Utara. Berdasarkan kasus diare yang tematat pada Lapolan Tahunan Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2007 terdapat sebanyak 1844 kasus. Kebanyakan dazi mereka yaitu 1.320 pasien (7l,58 %) adalah baiita. Kejadian ini menjadi masalah penting untuk dioegah dan ditanggulangi agar tidak terulang dimasa yang akan datang. Penelitian mengenaj kandungan Escherichia coli pada makanan balita belum pemah dilakukan scbelumnya. Penclitian ini bertujuan untuk mcngetahui hubungan kandungan Escherichia coli pada makanan balita dcngan diarc pada balita di Kecamatan Koja Kota Administratif Jakarta Utara Tahun 2008. Waktu penelitian pada bulan Juni dan Juli 2008 berlokasi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koja. Disain penelitian menggunakan Cross Seclional Stunfy yaitu untuk meneliti adakah hubungan antara kandungan Ecoli pada makanan balita dengan diare pada balita. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah dengan wawancara dan sampel makanan balita pada media Endo Agar. Hasil penelitian dari 140 sampel menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kandungan E.coli pada makanan baléta dengan diare pada balita di Kecamatan Koja Jakarta Utara. Variabel yang paling dominafl terhadap diare pada balita di Kccamatan Koja Kota Adminstxatif Jakarta Utara adalah status ekonomi setelah dikontrol oleh status gizi balita. Dari hasil penelitian diharapkan Kecamatan Koja Kota Administratif Jakarta Utara dapat membuat program pclatihan ketrampilan sesuai dengan kondisi dan keadaan sumberdaya yang ada seperti bctemak ikan hias: cupang, blackghosr dsb., sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara diharapkan lebih sneningkatkan penyuluhan, promosi dan pelaksanaan program _Positive Deviance melalui pcran posyandu setempat. Penelitian selanjutnya sebaiknya mcnggunakan disain studi kohort sehingga faktor penyebab diare dapat diketahuj karena diare merupakan penyakit yang multifaktorial. ......Diarrhea is an infections disease which has been problem of public health in Koja Subdistrict, North Jakarta. According to diarrhea cases which were recorded on annual report by Public Hmlth Center in Koja Subdistrict 2007, there were 1.844 cases. Out of 1.320 patients (7l,58 %) were toddlers. The most cases were in February 2007 which were 2.097 cases with I3 patients died. This occurence shoukd be prevented in order not to happen in the titture. The study of Escherichia coli content related to food has not been done. The objective of this study is to get to know the correlation between Escherichia coli content in the food with diarrhea on toddlers in Koja Subdistrict North Jakarta 2008. This study was conducted in June 18 until July 13, 2008. The desaign of this study is cross sectional to analyze the correlation between E.coli content in the food with diarrhea on toddlers. The method to collect the data is by interviewing and assessing bacteriologically of food samples. The study indicates theres no significant correlation between Ecoli and diarrhea on toddlers. The most variable againrs diarrhea on toddlers in Koja Subdistrict North Jakarta is economic status after being controlled by nutrition status on toddlers. For this reason, North Jakarta City Adminstration, specifically in Koja Subdistrict is expected to develop the program in order to improve the economic condition of society. Municipal Health of North Jakarta is expected to improve health education, health promotion and positive devianee programs to the society in Koja Subdistrict, North Jakarta. Cohort study for the following reseanch is preferable in order to get to know accurately diarrhea is multifactorial disease.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34388
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>