Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Katrin Sumekar
Abstrak :
Latar Belakang: Pasien diabetes melitus tipe 2 menunjukkan peningkatan risiko penyakit jantung koroner dengan kondisi aterosklerosis arteri koroner yang lebih berat. Ketebalan lemak epikardial diperkirakan berhubungan dengan kondisi inflamasi dan derajat stenosis arteri koroner pada pasien DM tipe 2 dengan chronic coronary syndrome (CCS), dimana kadar HsCRP dapat digunakan sebagai penanda inflamasi dan skor Gensini digunakan untuk menilai derajat stenosis arteri koroner. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara ketebalan lemak epikardial dengan kadar dan HsCRP derajat stenosis arteri koroner pada pasien DM tipe 2 dengan CCS. Metode: Studi potong lintang pada 47 pasien DM tipe 2 dengan CCS yang berusia antara 35 sampai 87 tahun dan menjalani angiografi koroner di Laboratorium Kateterisasi Jantung PJT-RSCM. Nilai ketebalan lemak epikardial diperoleh dari hasil pemeriksaan ekokardiografi, skor Gensini dihitung berdasarkan hasil pemeriksaan angiografi koroner, dan kadar HsCRP diperiksa menggunakan metode Imunoturbidimetri. Hasil: Diperoleh median kadar HsCRP sebesar 1,9 mg/L (RIK 0,8–3,30 mg/L), rerata ketebalan lemak epikardial sebesar 6,06 ± 2,14 mm, dan median skor Gensini sebesar 34 (RIK 14–84). Didapatkan korelasi positif sedang antara ketebalan lemak epikardial dan HsCRP (p<0,05; r = 0,500, namun tidak menemukan adanya korelasi yang bermakna antara ketebalan lemak epikardial dan skor Gensini (p > 0,05). Kesimpulan: Ketebalan lemak epikardial hanya menunjukkan adanya korelasi yang bermakna dengan kadar HsCRP pada pasien DM tipe 2 dengan CCS, namun tidak dengan derajat stenosis arteri koroner yang dinilai berdasarkan skor Gensini. Jadi dengan memeriksa ketebalan lemak epikardial dengan ekokardiografi kita dapat memperkirakan tingkat inflamasi pada pasien DM tipe 2 dengan CCS ......Background: T2DM patients showed an increased risk of CAD with more severe coronary artery atherosclerosis. Epicardial fat thickness (EFT) was presumed to be associated with inflammatory conditions and the severity of coronary artery stenosis in patients with T2DM and CCS, wherein HsCRP levels can be used as an inflammatory marker and Gensini score to quantify the severity of coronary artery stenosis. Objective: To determine the correlation between EFT and HsCRP levels and the severity of coronary artery stenosis in patients with T2DM and CCS. Methods: A cross sectional study conducted among 47 patients with T2DM and CCS between the age of 35 to 87 that had underwent coronary angiography at the Heart Catheterization Laboratory of PJT-RSCM. Results of echocardiography was evaluated to determine EFT, while the Gensini score was calculated based on the results of coronary angiography, and HsCRP levels was evaluated using a commercial Immunoturbidimetry kit. Results: Median HsCRP levels was 1.9 mg/L (IQR 0.8–3.30 mg/L), mean EFT was 6.06 ± 2.14 mm, and median Gensini score was 34 (IQR 14–84). There was a moderate positive correlation between EFT and HsCRP (p < 0.05, r = 0.500), but found no significant correlation between EFT and Gensini score (p > 0.05). Conclusion: EFT only showed significant correlation with HsCRP levels in patients with T2DM and CCS, but showed no correlation with the severity of coronary artery stenosis that was quantified by Gensini score. So, by echocardiography evaluation of epicardial fat thickness, we could have an estimation of inflamation degree in patients with T2DM and CCS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Oktavia Hidayati Nur Oktavia Hidayati, aythor
Abstrak :
Isu gender dan masalah psikososial merupakan salah satu isu penting dalam Lapas. Tahun 1999, kira-kira 285.000 tahanan dan narapidana yang berada dalam lapas mengalami gangguan jiwa. Di Amerika Serikat sendiri tercatat 73% narapidana yang mengalami gangguan jiwa adalah perempuan. Harga diri rendah merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan oleh narapidana perempuan yang ada di Lapas Bogor, sehingga perlu sekali suatu terapi seperti EFT yang berguna untuk meningkatkan harga diri mereka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Emotional Freedom Technique (EFT) terhadap peningkatan harga diri narapidana perempuan. Desain penelitian adalah one group pre test ? post test (before and after). Teknik penarikan sampel penelitian adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 32 responden. Analisis data univariat dengan menganalisis variabel-variabel secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi, mean, median, standar deviasi, minimal ? maksimal, 95%CI. Analisis bivariat menggunakan dependent sample t-test dan rank-spearman test. Hasil penelitian menunjukkan rata?rata umur responden 28,03 tahun, rata ? rata lama masa hukuman adalah 2,72 tahun, pendidikan paling banyak berada pada tingkat SMA, dan responden paling banyak berstatus kawin. Rata-rata harga diri sebelum EFT adalah 21,16 dan rata-rata harga diri sesudah EFT adalah 24,72. Ada perbedaan yang signifikan antara harga diri sebelum dan sesudah EFT (p-value=0,000), ada hubungan yang signifikan antara umur dan harga diri setelah diberikan EFT (pvalue=0,000), tidak ada hubungan antara pendidikan, status perkawinan dan lama masa hukuman dengan harga diri setelah diberikan EFT. Dari hasil tersebut perlu adanya pelatihan-pelatihan dan seminar tentang EFT bagi tenaga kesehatan khususnya keperawatan dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan bagi komunitas terbatas seperti narapidana yang ada di Lapas.
The most important issues that exposed in the prison is gender and psychosocial problems. Approximately, 285,000 inmates experienced mental disorder in 1999. In the United States, 73% of women inmates have experienced mental disorders. Low self esteem which is one of the problems that complained by many women inmates in the Lapas Bogor, so it is necessary to give useful therapy like EFT to improve their self esteems. The goal of this research to determine the influence of Emotional Freedom Technique (EFT) for self-improvement of women inmates. The design research is one group pre test - post- test (before and after). The type of sampling research is purposive sampling, which the number of samples are 32 respondents. Univariat data analysis analyzes variables descriptively with calculating the frequency distribution and proportion, mean, median, deviation standart, minimal ? maximal, 95%CI. Bivariat analysis uses dependent sample t-test and rank-spearman test. The Results of this research shows the average age of respondents are 28.03 years old, the average of sentences are 2.72 years, the most education is on high school level, and most respondents are married. The average value of self esteems before the EFT are 21.16 and the average value of self esteem after the EFT are 24.72. There are significant differences in the self esteem level before and after EFT (p-value = 0.000), there is significant relation between age and self esteem after EFT (p-value = 0.000), there are no relation between education, marital status and duration sentences period with self esteem after given by EFT. This result encourages necessary training and seminars about EFT for health worker especially nurse in effort to improve nursing services in the limited community such as inmates in prison.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library