Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Limsiri, Cheevin
Leiden: Taylor & Francis/Balkema, 2008
629 LIM v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Athena Hastomo
Abstrak :
Berbatasan langsung dengan laut, muara Cengkareng Drain merupakan sebuah lokasi yang kompleks dan rawan untuk mengalami 3 jenis banjir. Tiga jenis banjir ini yaitu banjir fluvial, banjir pluvial, dan banjir pesisir. Kondisi ekstrem seperti pasang dan tingginya curah hujan merupakan beberapa hal penting yang perlu  diperhatikan dalam upaya penanganan banjir di kawasan ini. Penelitian ini berfokus pada upaya penanganan struktural berupa tanggul sungai dalam upaya pengendalian banjir di kawasan muara akibat pasang atau backwater dan luapan sungai.
Penelitian ini menggunakan fitur yang terdapat di dalam HEC-RAS 6.1. untuk menghasilkan model hidrodinamika 1D dan 2D. Pemilihan kondisi batas berupa HWL (high water level) yang tercatat pada Stasiun Pasang Surut Sunda Kelapa, tinggi muka air aliran dasar Pintu Air Cengkareng Drain, dan debit banjir dengan beberapa kala ulang diharapkan dapat merepresentasikan kondisi ekstrem yang dapat terjadi pada muara Cengkareng Drain. Pendekatan 1D dan 2D memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai genangan pada kawasan urban.
Hasil menunjukkan bahwa genangan pada kawasan pesisir didominasi oleh aktivitas pasang. Terjadi peningkatan luas genangan sebesar lebih dari 8 km2 dengan hanya  aktivitas pasang. Meski begitu, debit banjir dengan beberapa kala ulang juga memberikan dampak meningkatnya luas genangan sebesar 0.3-0.5 km2. Sebagai upaya penanggulangan banjir pada lokasi studi, direkomendasikan tanggul dengan elevasi puncak +3.00 mdpl yang mampu menampung air sungai dari meluap akibat aktivitas pasang dan kenaikan debit.

Directly adjacent to the sea, the Cengkareng Drain estuary is a complex location and is prone to experience 3 types of flooding. The three types of floods are fluvial flood, pluvial flood, and coastal flood. Extreme conditions such as high tides and high precipitation are some of the important things that need to be considered for managing flood in this area. This study focuses on structural measures in the form of river embankments to manage flood in estuary area due to tides or backwater and river overflow.
This study uses the features contained in HEC-RAS 6.1. to generate 1D and 2D hydrodynamic models. The selection of boundary conditions in the form of HWL (high water level) recorded at the Sunda Kelapa Tidal Station, the baseflow water level on Cengkareng Drain Watergate, and flood discharge with several return period is expected to represent extreme conditions that may occur at the Cengkareng Drain estuary. 1D and 2D approaches provide a detailed representation of inundation in urban areas.
The results show that inundation in coastal areas is dominated by tidal activity. There was an increase in inundation area of 8 km2 with only tidal activity alone. Even so, the flood discharge with several return period also has the impact of increasing the inundation area by 0.3-0.5 km2. For the flood management at the study site, it is recommended to build a dike with a top elevation of +3.00 masl to accommodate river from overflowing due to tidal activity and increasing discharge.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Taufiq
Abstrak :
Tanggul banjir Kanal Barat (BKB) yang terletak pada ruas jembatan guntur- jembatan hailum Jakarta telah mengalami longsor pada bagian tengah ruas tersebut sepanjang 70 m. Berdasarkan pengamatan lapangan kelongsoran tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: tanah timbunan yang buruk (banyak plastik dan sampah) disertai nilai sondir yang kecil; diperkirakan dimensi dan kedalaman turap kurang memadai untuk menahan gaya lateral; desain turap sheet pile hanya sampai kedalaman 9 m atau dipancang tidak menembus pasir sehingga diperkirakan tidak mampu menahan gaya lateral; tidak berfungsinya drainase permukaan. Berdasarkan analisis desain penanggulangan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa; alternatif B yaitu sheet pile 12 m di sisi jalan, dan sheet pile 14 m pada sisi kanal ditambah dengan ground anchor dan tanah timbunan diganti dengan tanah yang memenuhi kuat geser yang disyaratkan merupakan alternatif desain terbaik, karena memberikan angka keamanan paling tinggi (FK = 1,40 atau 1:40). Namun, mengingat kemudahan dan ketersediaan dan kemampuan alat kontraktor yang sedang bekerja, maka alternatif c adalah alternatif yang terpilih dengan nilai FK yang 1,25 yang masih memenuhi persyaratan. Desain yang dipilih adalah perkuatan dengan sheet pile 12 m di sisi jalan, dan sheet pile 12 m pada sisi 3 m dari kanal ditambah dengan ground anchor dan tanah timbunan diganti dengan tanah yang memenuhi kuat geser yang disyaratkan.
Bandung: Kementrian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vannee Sooksatra
Abstrak :
ABSTRAK
The purpose of this research is to study and compare the stabilities of soft clay embankments for flooding protection using soil compaction and soil lining techniques in construction. There are five types of soft clay embankments with three-meter height used in this research. The width at the top of the embankment is one meter and the vertical to horizontal ratio of slope of embankment on the water side equals 1:1. The soil compaction technique was used to construct the embankment types 1, 2 and 3 and the value of coefficient of permeability of clay in embankment to be 1x10-5 cm./sec was given. The vertical to horizontal ratio of slope of embankments on the dry side equal 1:1, 1:1.5 and 1:2, respectively. The soil lining was used to construct the embankment types 4 and 5 and the vertical to horizontal ratio of slope of embankments on the dry side equals 1:1, without compaction techniques. Lining material with 0.10 meter thickness was placed on the water side surface of the embankment. The coefficient of permeability of lining material used in embankment types 4 and 5 equals 1x10-5 cm/sec. and 1x10-6 cm./sec., respectively. The research process consisted of using parameters obtained from shear strength test and water flow test through soft clay embankment simulated in laboratory to analyze water flow and slope stability analysis of the embankment. In addition, the area and budget for construction of embankment, not including the soil compaction and soil lining cost, were used to select the suitable type of soft clay embankment. The results showed that the soft clay embankment type 5, using soil lining on the water side surface of the embankment, was the most suitable embankment. Also, the level of stability of the soft clay embankment type 5 had the highest value with the need to use area and budget for construction less than embankment types 1, 2 and 3.
Pathum Thani: Thammasat University, 2019
670 STA 24:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syihan
Abstrak :
Timbunan bertiang merupakan salah satu metode dalam meningkatkan daya dukung tanah lunak ketika dilakukan pekerjaan penimbunan, dimana tanah dasar diberikan perkuatan berupa pondasi tiang. Adapun dengan adanya perkuatan pada tanah lunak ini ternyata dapat mengurangi penurunan yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh adanya mekanisme arching effect yang menyebabkan sebagian beban timbunan ditransfer ke pondasi tiang, sehingga tanah lunak mengalami reduksi beban. Penelitian ini merupakan turunan dari penelitian timbunan bertiang, dimana pada penelitian ini akan dianalisis perbedaan antara pondasi tiang yang menggunakan gesekan antara pondasi tiang dan tanah (friction piles) dengan pondasi tiang dengan menggunakan tahanan ujung (end bearing piles), dimana digunakan Program Plaxis 3D Foundation dalam permodelannya. Selain itu, studi ini juga memvariasikan ketinggian timbunan, jarak antar tiang, kekakuan aksial lapisan geosintetik, dan juga susunan pondasi tiang sehingga dapat terlihat pengaruhnya terhadap sistem timbunan bertiang ini. Bahasan dalam penelitian ini mencakup penurunan dan juga prilaku konsentrasi tegangan yang terjadi pada timbunan bertiang, serta pengaruhnya terhadap gaya tarik geosintetik yang terjadi pada pondasi tiang.

Piled embankment is one of the methods to improve soft soil’s bearing capacity when the embankment construction is done, in which the base soil is given piles as the support. With piles support the soft soil, the settlement of the embankment can be reduced. This is because of the arching effect mechanism which causes some of the loads of the embankment are transfered through the piles, so that the load working on soft soil is reduced. This study is a derivative of piled embankment case study, where this study will analyze the differences of behaviour between the friction piles system and end bearing piles system using Plaxis 3D Foundation for modeling the case. Besides that, this study is also varying the height of embankment, the spacing between piles, the axial stiffness of geosynthetic layer, and the arrangement of piles so that the affection against piled embankment system could be concluded. The discussion of this research concludes the settlements and also the stress concentration behaviour, and also the axial force of geosynthetic layer that occurs in the piled embankment system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Soil improvement has nowadays become a part of many civil engineering projects because of the increasing need to utilize marginal sites, and due to the fact that many soil types can be made into useful construction materials if prperly treated....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Affandi
Abstrak :
Untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, pemerintah berupaya meningkatkan pembangunan dibidang pengairan. Salah satu rencana pembangunan terdekat adalah dengan dibangunnya bendungan Sindangheula, yang berlokasi di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Dinas Sumber Daya Air Provinsi Banten memilih salah satu lokasi potensialyang dapatdijadikan sebagai lokasi waduk/bendunqan yaitu Sungai Cibanten. Salah satu masalah yang menjadi prioritas dalam penentuan tipe bendungan adalah ketersediaan material konstruksi yang berada di sekitar calon bendungan. Untuk memenuhi standar teknis terhadap pemilihan material konstruksi tersebut perlu dilakukan beberapa penyelidikan geoteknik, diantaranya penyelidikan terhadap material tanah (borrow area) untuk urugan tubuh bendungan (zona inti kedap air), material pasir (quarry pasir) untuk zona filter dan penyelidikan material batu (quarry batu) untuk zona urugan batu. Material tanah untuk inti zona kedap air, harus diperbaiki gradasinya (terlalu halus sehingga harus dicampur dengan matrial yang cukup kasar, dengan demikian akan menaikkan parameter kuat gesernya (c dan ¢). Berdasarkan hasil plot grafik dari uji saringan diketahui bahwa material pada zone 2 memerlukan perbaikan gradasi (pencampuran). sehingga dapat menaikkan parameter kuat geser yang diperlukan dalam perhitungan analisa stabilitas. Material batu untuk zona transisi dan zona urugan batu, mengambil dari quarry C. Cisalak. Material untuk agregat beton mengambil dari quarry C. Cisalak (hasil penghancuran batu memakai stone crusher). Berdasarkan ketersediaan material konstruksi tersebut; maka tipe bendungan yang sesuai adalah bendungan tipe urugan batu dengan inti kedap air tegak.
Bandung: Kementrian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jijo James
Abstrak :
This study investigated the possibility of developing a synthetic fill material by combining industrial waste materials, thus, integrating the properties of cohesion and friction as a replacement for natural soil. Biosolids and steel slag were selected for proportioning of the synthetic fill material. They were blended in different proportions and the geotechnical properties of the various blends were investigated to determine the strength and bearing of the blended synthetic material for fill applications. The results of the investigation were encouraging with the index properties of the blends better than those of biosolids. It was found that 25% to 40% steel slag blending produced the maximum strength and bearing. The investigation revealed that blending of industrial waste materials has the potential to perform the function of a synthetic fill material in road embankments and backfills. However, further studies are recommended to investigate its long term compressibility and permeability and further improvement of bearing to meet local standards.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Evron Asrial
Abstrak :
ABSTRAKSI
Ptnglitlan ini berlangswg dl kawasan pertambakan udang Kecamatan Stippa Kabupattn Pinrang selama Mei - Juli 2001. Tujuannya adalah untuk mengetahuipermasalahan dan potensi produksi budidaya udang w/«efcj/Tiger Prawn (Penaeus monodon), serta untuk membantu pemerintah daerah setempat merencanakan pembangunan masyarakat desa melalui pengembangan pertambakan udang sebagai alternatif kegiatan perekonomian yang handal, stabil dan sinambimg bagi masyarakat desapantai.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dalam bentuk kitantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data primer menggunakan metoda simple random sampling melalui wawancara terhadap petani tambak udang selaku responden sebanyak 82 orang (n = 82). Analisis data primer mengunakan metoda SWOT, dan Multiple Regression and Correlation
Hasil analisis SWOT memtnjukkan bahwa stakeholder utama untuk meningkatkan PDRB tambak udang adalah Dinas Eksphrasi Laut dan Perikanan Kabupaten Pinrang, Rencana strategisnya berupa Peningkatan Nilai Produksi (total revenue) tambak udang rakyat melalui Pembentukan Sentra Perekonomian desa pantai. Untuk itu, perlu diupayakan peningkatan dan kesinambungan produksi maupnn hargajual udang tambak.
Analisis multiple regression menghasilkan model pendugaan kapasitas produksi tambak udang rakyat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh 6 (enam) variabel bebas (explanatory variables) yang dapat dikendalikan. Variabel-variabel tersebut terdiri dari tinggi pematang, tinggi air tambak, jumlah tebar benur, pemakaian urea & TSP, konsumsi pakan, dan tinggi ganti air. Analisis multiple correlation memperlihatkan nilai R2 - 0,693 yang berarti 69,3% variasi Y dapat dijelaskan oleh model, sehingga model dianggap cukup untuk membuatpendugaan/peramalan (forecasting).
OS423
Gwa meningkatkan PDRB tambak udang, disarankan menjadikan kawasan pertambakan udang sebagai sentra perekonomian desa pantai dengan mengupayakan agar tambak udang rakyat menghasilkan output yang sinambimg dan menguntungkan. Program-program yang perlu dilakukan untuk itu adalah (I) penyusunan, uji coba, validasi dan sosialisasi model peningkatan nilai volume produksi tambak udang, (2) peningkatan kemampuan SDM (PPL dan petani tambak), (3) perencanaan dan pembangunan fasilitas produksi dan fasilitas ekonomi, (4) pembentukan perseroan terbatas usaha/bisnis milik bersama, dan (5) peningkatan modal kerj a petani tambak melalui fasilitas perbankan.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library