Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ricki Muliadi
Abstrak :
Peningkatan emisi gas rumah kaca di DKI Jakarta dapat berdampak negatif pada pembangunan kota yang berkelanjutan. Peningkatan emisi gas rumah kaca dapat menurunkan tingkat kesehatan masyarakat yang berujung pada perlambatan perekonomian. Pemerintah daerah DKI Jakarta mengeluarkan Rencana Aksi Daerah - Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) untuk mengatasi tingginya emisi gas rumah kaca. Penelitian ini membahas analisis penerapan kebijakan RAD-GRK terhadap aspek keberlanjutan DKI Jakarta menggunakan pendekatan sistem dinamis. Model kebijakan RAD-GRK akan diintegrasikan dengan Jakarta Sustainable Urban Model dan kemudian disimulasikan berdasarkan dua skenario yaitu Kewenangan Rendah dan Kewenangan Tinggi. Kebijakan RAD-GRK mampu menurunkan emisi gas rumah kaca di Jakarta namun perlu upaya lebih lanjut oleh pemerintah DKI Jakarta untuk menciptakan pembangunan kota Jakarta yang berkelanjutan. ......The increasing of Green House Gases (GHGs) in DKI Jakarta could harm the sustainable urban development. The escalation of GHGs could decrease public health level that lead to economics slow down. Local government of DKI Jakarta releases Regional Action Plan-Green House Gases (RAP-GHGs) to overcome the increasing of GHGs. This research discusses about policy analysis of Regional Action Plan-Green House Gases Emission toward sustainable aspects of DKI Jakarta using system dynamics approach. The policy model of RAP-GHGs would be integrated with Jakarta Sustainable Urban Model and be simulated based on two scenarios which are Low Authority and High Authority. RAP-GHGs policy could reduces GHGs emission in Jakarta but it needs further efforts from DKI Jakarta local government to create sustainable Jakarta development.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otto Anne Noviandri Dian Susanti
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas implementasi Protokol Kyoto dan kontribusi energi baru Terbarukan dalam penurunan emisi gas rumah kaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Protokol Kyoto pasca ratifikasi melalui Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2004, dan mengetahui kebijakan pendorong pemanfaatan energi baru terbarukan untuk penurunan emisi gas rumah kaca serta kendalanya di Indonesia. Sehingga diharapkan energi baru terbarukan dapat lebih berkembang, dan sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca. Penelitian ini mempergunakan metode penelitian yuridis normatif dalam bentuk preskriptif analisis. Hasil penelitian ini menyarankan perlunya Pemerintah menyusun suatu kebijakan energi yang mengedepankan pemanfaatan energi baru terbarukan bukan hanya sebagai alternatif penyediaan energi sebagai substitusi energi fosil, akan tetapi sebagai penyeimbang, sehingga dapat lebih kompetitif. Pemerintah juga harus lebih mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan agar tercapai bauran energi yang proporsional rangka menciptakan pembangunan energi yang berkelanjutan sehingga akan berdampak kepada penurunan emisi gas rumah kaca.
ABSTRACT
The focused of this study is the implementation of Kyoto Protokol with new and renewable energy contribution for greenhouse gas emission reduction. The research aims to know the implementation of the Kyoto Protokol post ratification by the Law Number 17 of 2004, and know the policy driving new and renewable energy utilization for GHG emission reduction, as well as obstacles in Indonesia. So, that the new and renewable energy is expected to be more developed in Indonesia, not to mention reducing greenhouse gas emission. This research is using normative juridical method in the form of prescriptive analysis. The results of this study suggest the need for the government to compile an energy policy that emphasizes the use of new and renewable energy not only as an alternative energy supply as a substitute for fossil energy, but as a counterweight, so it could be competitive. In addition, the government should further develop the use of new and renewable energy in order to achieve a proportionate energy mix to create sustainable energy development that will have an impact on greenhouse gas emission reduction.
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairu Annisa Hariadi
Abstrak :
Life Cycle Assessment merupakan analisa aliran material yang dapat digunakan untuk memodelkan aliran material pada sistem pengolahan limbah padat. Studi dilakukan pada limbah padat TPA Cipayung, Kota Depok dengan jumlah limbah padat masuk rata-rata adalah 546,70 ton/hari atau 199.544,76 ton/tahun dengan potensi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan 392.425,53 ton CO2e/tahun. Skenario pengolahan limbah padat dilakukan untuk mengurangi potensi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, yaitu skenario kondisi eksisting, skenario perbaikan kondisi eksisting, dan skenario pengolahan sampah untuk masa yang akan datang pada tahun 2030. Rekomendasi pengolahan limbah padat untuk dapat mengurangi potensi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan adalah dengan pengomposan, daur ulang, dan Refuse Derived Fuel RDF . Pada pemodelan skenario tersebut diperoleh bahwa potensi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada kondisi eksisting dapat dikurangi hingga 37 yakni menjadi 246.697,87 ton CO2e/tahun. Pada tahun 2030, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada pengolahan limbah padat yang direkomendasikan meningkat 3,4 dari potensi emisi gas rumah kaca tahun 2016 yakni sebanyak 407.729,55 ton CO2e/tahun dengan jumlah limbah padat yang masuk meningkat 34 dari jumlah sampah tahun 2016. ......Life cycle assessment is material flow analysis can be used to design material 39 s flow in waste processing of municipal solid waste. The research was done by waste in TPA Cipayung, Depok City with average amount input of waste 546.70 ton day or 199,544.76 ton year with greenhouse gas emissions potency that is produced 392,425.53 ton CO2e year. The waste processing scenario is made to reduce greenhouse gas emissions potency that is produced, such as exsisting condition scenario, exsisting condition improvement scenario, and waste processing scenario for the future in 2030. The recommendation of waste processing to reduce greenhouse gas emissions potency that is produced with composting, recycle, Refuse Derived Fuel RDF . In this scenario model conclude greenhouse gas emissions potency which is produced in exsisting condition can be reduced until 37 or 246,697.87 ton CO2e year. In 2030, greenhouse gas emissions potency that will be produced in recommended waste processing increase 3.4 from the greenhouse gas emissions potency in 2016 amount 407,729.55 ton CO2e year with total input waste amount increase 34 from total waste amount in 2016.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Putri Hariani
Abstrak :
Terjadinya fenomena perubahan iklim didorong oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya emisi GRK oleh kegiatan manusia. Salah satu kegiatan manusia yang mengemisikan GRK adalah kegiatan pengolahan air. Di Kota Bogor terdapat beberapa instalasi pengolahan air (IPA) diantaranya IPA Dekeng dan IPA Cipaku. Tujuan dari studi ini yaitu menghitung emisi GRK dari IPA Dekeng dan IPA Cipaku berdasarkan unit pengolahan, mengidentifikasi unit pengolahan dengan emisi tertinggi, membandingkan emisi dari IPA Dekeng dan IPA Cipaku dengan IPA lain berdasarkan kapasitas IPA, dan mengusulkan upaya reduksi emisi GRK untuk kedua IPA tersebut. Emisi GRK dari pengolahan air dapat dikuantifikasi berdasarkan komponen produksi bahan kimia, transportasi bahan kimia, reaksi bahan kimia, dan penggunaan listrik. Sementara untuk menghitung emisi GRK dapat menggunakan metode faktor emisi. Dari studi ini diperoleh hasil IPA Dekeng rata-rata mengemisikan 195.577 kg CO2eq/bulan dengan emisi spesifik 0,062 kg CO2eq/m3 air yang diproduksi dan IPA Cipaku rata-rata mengemisikan 52.897 kg CO2eq/bulan dengan emisi spesifik 0,079 kg CO2eq/m3 air yang diproduksi. Dari kedua IPA, emisi terbesar berasal dari unit koagulasi dengan persentase terhadap total emisi dari IPA mencapai 84% di IPA Dekeng dan 91% di IPA Cipaku. Kapasitas IPA tidak memiliki pengaruh terhadap emisi spesifik IPA. Yang mempengaruhi emisi spesifik IPA yaitu kualitas air baku, desain IPA, dan lokasi IPA. Apabila dibandingkan dengan IPA lain emisi dari IPA Dekeng dan IPA Cipaku termasuk paling kecil. Untuk mereduksi emisi di IPA Dekeng dan Cipaku, PDAM Tirta Pakuan dapat menerapkan Streaming Current Monitors (SCM) dan pemulihan koagulan yang masing-masing dapat mengontribusikan penurunan emisi sebesar 30% dan 24%
The phenomenon of climate change is driven by an increase in the concentration of greenhouse gases (GHGs) in the atmosphere. The increase was caused by increased GHG emissions by human activities. One of the human activities that emit GHG is water treatment. In the City of Bogor, there are several water treatment plants (WTP) including the Dekeng WTP and Cipaku WTP. The purpose of this study is to calculate GHG emissions from the Dekeng WTP and Cipaku WTP based on the treatment units, identify the treatment unit with highest emission, compare the emissions from the Dekeng WTP and Cipaku WTP with other WTPs based on the capacity of the WTPs, and propose efforts to reduce GHG emissions for the two WTPs . GHG emissions from water treatment can be quantified based on components of chemical production, chemical transportation, chemical reactions, and electricity usage. Meanwhile, to calculate GHG emissions, the emission factor method can be used. From this study it was obtained that the average Dekeng WTP emits 195,577 kg CO2eq/month with specific emissions of 0.062 kg CO2eq/m3 of water produced and Cipaku WTP emits 52,897 kg CO2eq/month with specific emissions of 0.079 kg CO2eq/m3 of water produced . Of the two WTPs, the largest emissions came from the coagulation unit with a percentage of the total emissions from WTP reaching 84% in the Dekeng WTP and 91% in the Cipaku WTP. The capacity of the WTPs has no influence on the specific emissions from the WTPs. Those that affect the specific emissions of the WTPs are the quality of raw water, design of the WTPs and location of the WTPs. When compared with other WTPs the emissions from the Dekeng WTP and Cipaku WTP are among the smallest. To reduce emissions in the Dekeng and Cipaku WTP, PDAM Tirta Pakuan can apply Streaming Current Monitors (SCM) and coagulant recovery, each of which can contribute to a reduction in GHG emissions of 30% and 24%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasinda Setiarini
Abstrak :
Pengelolaan air limbah merupakan salah satu sumber emisi gas rumah kaca. Namun pengelolaan air limbah harus dilakukan agar tidak membahayakan lingkungan. Saat ini, tantangan baru dalam pengelolaan air limbah selain pada kualitas effluent, juga berorientasi kepada dampak lingkungan, salah satunya emisi gas rumah kaca yang dihasilkannya. Model Bridle merupakan metode estimasi emisi gas rumah kaca yang cukup detail karena dihitung berdasarkan parameter setiap operasi dan proses serta kualitas air limbahnya selama pengolahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi emisi GRK dari SPAL terpusat di Fukushima dengan menggunakan model Bridle, mengidentifikasi sumber paling signifikan dari komponen pengelolaan, dan menganalisis karakteristik daerah pelayanan yang berpengaruh pada emisi GRK. Hasil penelitian mendapatkan bahwa jumlah emisi GRK dari SPAL di Fukushima sebesar 0,92 – 1,35 kg CO2eq/m3 dengan komponen pengelolaan yang menjadi sumber paling signifikan adalah pengolahan lumpur dengan persentase berkisar 31,88% - 70,34% dari total emisi. Kepadatan penduduk dengan jumlah emisi GRK cenderung tidak memiliki korelasi yang kuat, panjang pipa pengumpul cenderung memiliki korelasi yang berlawanan arah terhadap jumlah emisi GRK, variasi elevasi cenderung memiliki korelasi yang searah dengan jumlah emisi GRK, sedangkan curah hujan tidak memiliki korelasi terhadap jumlah emisi GRK. Pemanfaatan biogas dari pengolahan lumpur dapat mengurangi emisi GRK sekitar 21,75% - 31,14% total emisi.
Wastewater management is one of source of greenhouse gas emission. However, wastewater management is important to do so that it does not endanger the environtment. At present, new challenges in wastewater management asaid from effluent quality, are also oriented to environmental impacts, on of which is the emission of greenhouse gas it produces. Bridle model is a fairly detailed method of estimating greenhouse gas emissions because this method calculate GHG emissions based on perameters of each operation and process as well as the quality of wastewater during treatment. This study aims to estimate GHG emissions from off-site WWTPs in Fukushima using the Bridle model, identify the most significant sources of management components, and analyze the characteristics of service areas that affect GHG emissions. The results found that the amount of GHG emissions from SPAL in Fukushima ranging from 0.92 - 1.35 kg CO2eq /m3 with the most significant source of management components being sludge treatment with percentages ranging from 31.88% - 70.34% of total emissions. Population density with the amount of GHG emissions tends not to have a strong correlation, the length of the collecton pipe tends to have an inverse correlation to the amount of GHG emissions, variation in elevation tend to have a direct correlation with the amount of GHG emissions, whereas rainfall does not have a correlation to the amount of GHG emissions. The use of biogas from sludge treatment can reduce GHG emissions by around 21.75% - 31.14% of total emissions.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentinus Alvin Wijaya
Abstrak :
Tuntutan isu perubahan iklim global membuat Indonesia perlu meningkatkan proporsi energi terbarukan pada bauran energi nasional sebesar 23%. Dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang dibuat PT PLN, pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan sudah ditargetkan kapasitas terpasangnya hingga tahun 2028. PV sebagai salah satu sumber energi listrik terbarukan tenaga surya masih memiliki hambatan untuk mengembangkan kapasitas terpasangnya. Studi ini bertujuan untuk merancang model kebijakan feed-in tariff yang mendukung investasi proyek energi terbarukan, sehingga dampak ketersediaan anggaran oleh pemerintah dan dampak lingkungan dapat diantisipasi oleh pemerintah. Dengan menggunakan metodologi sistem dinamis dan data historis kapasitas PV terpasang, studi ini dapat menjelaskan efek kebijakan feed-in tariff terhadap perkembangan pembangunan kapasitas PV terpasang dan kontribusi PV terhadap pengurangan emisi gas CO2 dan juga faktor penentu terjadinya efek tersebut. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kebijakan feed-in tariff berdampak pada meningkatnya pertumbuhan investasi proyek PV dan tercapainya target RUPTL kapasitas PV terpasang di tahun 2028. Dua kebijakan, PLTS atap dan subsidi modal diuji pada model untuk mendemonstrasikan sensitivitas kapasitas PV terpasang dan kontribusi penurunan emisi gas CO2 akibat tendensi berinvestasi pada PV. ......The demands of the global climate change issue make Indonesia need to increase the proportion of renewable energy in the national energy mix by 23%. With the Electricity Supply Business Plan (RUPTL) made by PT PLN, the construction of renewable energy power plants has been targeted to have installed capacity until 2028. PV as a source of renewable electricity from solar power still has obstacles to developing its installed capacity. This study aims to design a feed-in tariff policy model that supports investment in renewable energy projects, so that the impact of budget availability by the government and environmental impacts can be anticipated by the government. By using a dynamic system methodology and historical data on installed PV capacity, this study can explain the effect of the feed-in tariff policy on the development of installed PV capacity development and the contribution of PV to reducing CO2 gas emissions and also the determinants of this effect. This study reveals that the feed-in tariff policy will have an impact on increasing the growth of PV project investment and the achievement of the RUPTL target for installed PV capacity by 2028. Two policies, rooftop solar PV and capital subsidies are tested on a model to demonstrate the sensitivity of installed PV capacity and the contribution of reducing CO2r gas emissions due to the tendency to invest in PV.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bally Jan Kamanjaya
Abstrak :
Pemanasan global merupakan isu yang sekarang sedang marak di dunia yang dimana pemanasan global akan berpengaruh tidak hanya menaikan suhu di permukaan bumi namun juga mengubah dari sisi cuaca, bencana yang meluas serta berkurangnya oksigen pada atmosfer sehingga hal tersebut dapat mengancam keberlangsungan hidup manusia. Pemanasan global dipengaruhi oleh naiknya kadar CO2 di atmosfer sehingga dengan naiknya kadar CO2 tersebut mempengaruhi dari ketebalan lapisan ozon dan juga CO2 yang tinggi akan mengakibatkan efek Gas Rumah Kaca. Indonesia saat ini menempati peringkat 24 di seluruh dunia pada tahun 2020 sebagai peringkat kinerja performa pengurangan CO2 serta kinerja kontribusi Indonesia dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Peringkat ini berdasarkan Climate Change Performance Index (CCPI) dimana hal ini sebagai instrument penilaian yang telah disepakati dalam kesepakatan Paris Aggreement. Sebagai langkah lanjut untuk menigkatkan peringkat Indonesia dalam hal kontribusi terhadap pengurangan emisi GRK serta mencapai tujuan yang terkandung dalam Paris agreement yang telah di setujui indonesia, maka pemerintah melakukan kebijakan-kebijakan penting untuk mencapai tujuan tersebut. Kebijakan tersebut salah satunya ialah menetapkan pajak karbon yang akan mulai berlaku tahun 2022 dimulai dari pembangkit dan industry dan selanjutnya gedung serta terakhir sector transportasi. Sehingga dari kebijakan itu perlu dilakukan sebuah solusi terutama untuk gedung dan solusinya ialah Green Building. Green Building sendiri merupakan salah satu konsep untuk melakukan Energi Saving pada saat pengoperasiannya. Untuk melakukan Energy Saving maka harus dilakukan beberapa langkah salah satunya efisiensi konsumsi energi pada gedung. Standarisasi untuk Energi Saving sendiri berdasarkan kriteria Green Building yang telah ditetapkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI). Dimana kriteria tersebut diantaranya 1). Dry Bulb Temperature and Humidity Condition, 2). Room Lighting Levels. 3). Water Used Efficiency. 4). Utilization of alternative water resources, 5). The efficiency of energy usage dan terakhir 6). natural lighting. Hasil dari penilaian tersebut akan diberikan berupa Platinum, Gold Plus, dan terakhir Gold.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Fadila Atika Fadiat
Abstrak :
Pemanasan global menjadi isu utama yang terus diperhatikan. Transportasi laut, sebagai tulang punggung perdagangan internasional, juga merupakan penyumbang signifikan emisi gas rumah kaca. Untuk mengatasi masalah ini, IMO pada April 2018 mengadopsi Initial Green House Gas Strategy dengan target pengurangan intensitas karbon sebesar 40% pada 2030 dan 50% pada 2050, salah satunya melalui penerapan Energy Efficiency Existing Ship Index (EEXI). Penelitian ini menganalisis persebaran nilai EEXI pada kapal berbendera Indonesia dan Jepang. Dari penelitian ini didapat bahwa persentase EEXI yang dicapai oleh kapal Indonesia paling kecil ada di kapal bulk carrier dengan 7.46% dan terbesar pada jenis kapal oil tanker dengan 86.36%. Sedangkan kapal Jepang persentase paling kecil ada di kapal bulk carrier dengan 6% dan terbesar pada kapal jenis oil tanker dengan 87.9%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Engine Power Limitation (EPL) dan mengganti bahan bakar menjadi LNG, Ethanol, atau Methanol memberikan dampak yang paling signifikan dalam pengurangan nilai EEXI dari kondisi baseline. Jepang sangat berambisi dalam mengurangi emisinya, banyak rencana dan juga investasi dari pemerintah yang mendukung akan hal ini untuk tercapainya zero emission pada tahun 2050. Sebagaimana Jepang, optimalisasi pengurangan emisi karbon dapat dicapai jika terdapat dorongan dari pemerintah dan jika dilakukan penggunaan bahan bakar alternatif. ......Global warming has become a major issue of continuous concern. Maritime transportation, serving as the backbone of international trade, is also a significant contributor to greenhouse gas emissions. To address this issue, the International Maritime Organization (IMO) adopted the Initial Green House Gas Strategy in April 2018, targeting a 40% reduction in carbon intensity by 2030 and 50% by 2050, partly through the implementation of the Energy Efficiency Existing Ship Index (EEXI). This study analyzes the distribution of EEXI values on ships flagged by Indonesia and Japan. The research findings indicate that the percentage of EEXI achieved by Indonesian ships is lowest for bulk carriers at 7.46% and highest for oil tankers at 86.36%. For Japanese ships, the lowest percentage is for bulk carriers at 6% and the highest for oil tankers at 87.9%. Calculations show that Engine Power Limitation (EPL) and switching fuel to LNG, Ethanol, or Methanol have the most significant impact on reducing EEXI values from the baseline condition. Japan is highly ambitious in reducing its emissions, with numerous plans and government investments supporting the goal of achieving zero emissions by 2050. Similar to Japan, optimal carbon emission reduction can be achieved if there is governmental support and the use of alternative fuels.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri
Abstrak :
Penelitian ini merupakan studi empiris yang bertujuan untuk menemukan fakta terkait tingkat pengungkapan emisi gas rumah kaca di Indonesia, serta untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh independensi dewan, gender diversity dalam dewan, dan komite tanggung jawab sosial/lingkungan perusahaan terhadap tingkat pengungkapan emisi gas rumah kaca. Pengungkapan emisi gas rumah kaca diukur dengan menggunakan indeks berdasarkan ISO 14064-1. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk data cross section. Penelitian menemukan bahwa rata-rata tingkat pengungkapan emisi gas rumah kaca pada industri sumber daya alam dan manufaktur di Indonesia hanya 9,33% dimana 73,23% perusahaan memiliki tingkat pengungkapan di bawah rata-rata. Penelitian juga menemukan bahwa independensi dewan dan keragaman jender tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan emisi gas rumah kaca, sedangkan Keberadaan komite tanggung jawab sosial/lingkungan memiliki pengaruh signifikan dan bersifat positif terhadap tingkat pengungkapan emisi gas rumah kaca. Keberadaan komite tanggung jawab sosial/lingkungan di dalam perusahaan menyebabkan kenaikan tingkat pengungkapan gas rumah kaca sebesar 6,60%.
This research is an empirical study that aims to find facts related to the level of greenhouse gas disclosure in Indonesia, as well as to prove the influence of board independence, board gender diversity, and the existence of corporate social responsibility/environmental committee to the level of greenhouse gas disclosure. Greenhouse gas disclosure measured using an index based on ISO 14064-1. Model in this research is multiple regression model which conducted by Ordinary Least Square (OLS) for cross section data. This study found that the average level of greenhouse gas disclosure in the natural resource and manufacturing industries in Indonesia is only 9,33% while 73,32% of companies have level of disclosure below average. This study also found that board independence and gender diversity don?t have significant effect on the level of greenhouse gas disclosure, while the existence of corporate social responsibility/environmental committee has a significant and positive effect on the level of greenhouse gas disclosure. The existence of corporate social responsibility/environmental committee in the company increases the level of greenhouse gas disclosure by 6,60%.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahahera Bastinov Putri Almagistra
Abstrak :
Gas alam adalah salah satu bahan bakar fosil yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari sumur gas yang kemudian diproses dan ditransportasikan, salah satunya lewat pipa transmisi. Dalam transportasinya, gas alam sering terlepas ke atmosfer, baik disengaja dalam proses penurunan tekanan emisi venting atau tidak disengaja emisi fugitive, yang berdampak buruk bagi lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan perhitungan tingkat emisi yang diharapkan dapat menjadi acuan dan rekomendasi strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca GRK. Dalam perhitungan tingkat emisi, dikenal dengan istilah faktor emisi, yaitu nilai faktor pengali untuk menghitung tingkat emisi. Nilai faktor emisi ini dihasilkan oleh agensi lingkungan, diantaranya INGAA dan IPCC. Untuk mengurangi ketidakpastian nilai faktor emisi, IPCC merekomendasikan untuk melakukan simulasi Monte Carlo, yang dilakukan oleh Lechtenbohmer, et al. 2007 di sistem pipa transmisi milik Rusia. Penelitian ini melakukan perhitungan tingkat emisi menggunakan nilai faktor emisi berdasarkan INGAA, IPCC, dan Lechtenbohmer, et al. 2007 , dengan variasi laju alir. Variasi laju alir berpengaruh pada perhitungan dengan INGAA Tier 2 dan 3 serta IPCC. Perhitungan dengan nilai faktor emisi berdasarkan Lechtenbohmer et al. 2007 memiliki nilai emisi yang paling tinggi. Metode terbaik yang dapat diaplikasikan adalah IPCC karena faktor emisi IPCC merupakan fungsi geografis dan teknologi.
Natural gas is one of the fossil fuel which is used in daily basis and can be extracted from gas wells then being produced and transported, one of which is using transmission pipeline. When being transported, natural gas is often emitted to the atmosphere, either for depressurization venting emission or leak through the pipeline fugitive emission . Therefore, emission level estimation must be performed as reference and strategy recommendation to reduce the greenhouse gas GHG emission that would damage the environment. Emission factor is a well known multiplier factor to calculate GHG emission from every emission source. Emission factor value is assessed by environment agency, such as INGAA and IPCC. To reduce the uncertainty of emission factor, IPCC suggests to conduct Monte Carlo simulation that had already been done by Lechtenbohmer, et al. 2007 in Russia rsquo s gas transmission system. This research estimates emission level using emission factor based on INGAA, IPCC, and Lechtenbohmer, et al. 2007 with flowrate variation. This flowrate variation has influence on Tier 2 and 3 INGAA also on IPCC methodologies. Emission factor based on Lechtenbohmer, et al. 2007 estimates the highest emission level. IPCC is the most suitable basis for emission factor because it has already considered geographic and technology of a country.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>