Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asrul Arafat
Abstrak :
Dalam Melakukan aktivitas sehari hari, banyak manusia yang tidak terlalu memperhatikan hal-hal kecil dilingkungan sekitarnya. Contoh sederhananya dapat kita ambil tangga. Kebanyakan dari tangga hanya dibuat berdasarkan bentuk dan keinginan dari pemilik rumah sendiri. Padahal jika ditelusuri lebih dalam tangga tersebut dapat beresiko menyebabkan terjadinya WSDM. Penelitian ini mencoba untuk mempelajari desain tangga yang nyaman sesuai dengan postur orang Indonesia dalam lingkungan virtual dengan menggunakan software simulasi ergonomic, Jack 8.2. Dalam penelitian ini difokuskan pada tinggi anak tangga dan tinggi handrail yang mengacu pada tangga SNI. Desain tangga yang terbentuk dari seluruh konfigurasi yang diujikan dinilai dengan menggunakan metode Posture Evaluation Index (PEI). Dan hasil dari penelitian ini berupa usulan desain tangga yang ergonomis untuk orang Indonesia. ......In performing daily activities, many people are not attention about a little things in their environment. A simple example is stairs. Most of stairs had made based on the shape and the desire of the owner of the house itself. In fact, if it explored more deeply, the stairs can be lead risky to WSDM. This research attempts to study the stairs comfortable design that accordance with the posture of Indonesian people in a virtual environment using simulation software ergonomics, Jack 8.2. This study focused on high risers and high staircase handrail which refers to the SNI standart. Stairs design formed by entire configuration tested was assessed by using Posture Evaluation Index (PEI). And the result of this research is a design proposal for the stair ergonomics design in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pongki Dwi Aryanto
Abstrak :
Penjahit didalam melakukan aktifitas kerjanya, akan menghadapi risiko ergonomi. Di sektor usaha informal penjahit melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk memproses kain menjadi sebuah pakaian jadi. Pekerjaan yang dilakukan oleh penjahit yaitu pekerjaan membuat pola dan pekerjaan menjahit dengan menggunakan mesin jahit. Oleh karena itu, sebagai dasar upaya pengendalian risiko akan gangguan musculoskeletal akibat pekerjaan menjahit, dilakukanlah penilaian risiko ergonomi berdasarkan postur tubuh yang terbentuk saat penjahit melakukan aktifitas. Penelitian ini dilakukan tanpa melibatkan faktor lingkungan kerja (temperatur, kebisingan, getaran, pencahayaan) dan Faktor individu (antopometri, jenis kelamin, dan lama kerja) sebagai variable yang dinilai didalam risiko ergonomic. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk mengetahui risko postur tubuh ketika bekerja, dan wawancara untuk mengetahui keluhan subjektif gangguan musculoskeletal yang dirasakan oleh pekerja setelah bekerja. Penelitian dilakukan pada 40 orang pekerja penjahit di 23 tempat usaha informal. Dari hasil penelitian didapatkan nilai risiko ergonomi untuk postur pekerja ketika melakukan pekerjaan pembuatan pola di lokasi A dan B adalah dua, dapat diartikan sebagai aktifitas dengan risiko rendah, mungkin membutuhkan investigasi lanjutan. Sementara di lokasi C mendapatkan nilai empat, dapat diartikan sebagai aktifitas kerja yang memiliki risiko menengah, penting untuk dilakukan investigasi lanjutan. Untuk aktifitas pekerjaan menjahit dengan menggunakan meja jahit di lokasi A adalah lima dan dilokasi B dan C adalah empat, dapat diartikan sebagai aktifitas kerja yang memiliki risiko menengah, penting untuk dilakukan investigasi lanjutan. Keluhan subjektif dari 40 pekerja di usaha informal penjahitan pakaian paling banyak terdapat pada bagian pinggang. Pada pekerja dengan masa kerja kurang dari 10 tahun sebesar 81,82% pekerja mengeluhkannya. Pada pekerja dengan masa kerja 10-20 tahun sebesar 81,82 % mengeluhkannya dan pada pekerja dengan masa kerja lebih dari 20 tahun sebesar 85,71 % pekerja mengeluhkannya.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Thoha Khaled
Abstrak :
Penggunaan laptop di kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa S1 FKM UI memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Hal ini disebabkan tingkat kebutuhan mahasiswa dan harga laptop yang tidak jauh berbeda dengan harga PC. Perkembangan teknologi laptop selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak negatif. Disain keyboard yang menyatu dengan monitor membuat pengguna laptop pasti menggunakan postur janggal dalam aktifitasnya dengan laptop. Keluhan Muskuloskeletal merupakan efek yang paling sering Nampak pada aktifitas akibat penggunaan laptop. Faktor durasi, frekuensi, dan posisi kerja juga mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi tingkat keluhan. Skripsi ini membahas tentang hubungan antara risiko ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal pada upper limb extrimities akibat penggunaan laptop pada mahasiswa S1 FKM UI. Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menilai risiko ergonomi dengan menggunakan metode RULA dan melihat hubungannya dengan keluhan muskuloskeletal. Untuk melihat hubungan antara risiko ergonomi dengan keluhan muskoloskeletal, peneliti menggunakan uji statistik, chi-square. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara risiko ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor pengganggu yang terdapat dalam penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar pengguna laptop dapat memilih posisi kerja yang ergonomis ketika menggunakan laptop. Biasakan untuk istirahat sejenak bila menggunakan laptop dalam durasi yang lama, baik dengan melakukan peregangan otot maupun dengan mengalihkan pandangan mata. Pihak fakultas dapat mengadakan health education dan menyediakan tempat yang ergonomis berkaitan dengan cara penggunaan laptop yang aman. Peneliti juga menyarankan untuk memasukkan variabel lain dalam penelitiannya, seperti factor pengganggu dan faktor-faktor risiko lainnya, seperti jenis kelamin, antropometri, kondisi lingkungan, tempat kerja, dan riwayat cedera.
Nowdays, the utilization of notebook in under-graduated Public Health Indonesian University students? communities shows an increasing phenomena. This phenomena has been happened because of the increasing needs of its undergraduated students and the price of notebooks that nowdays is not has significant gap price with the PC. The development of notebook technology is not only gives positive impacts but also its negatives. Keyboard design which is not separated with its monitor makes its user use wrong posture in their activities with their notebook. Muscolosceletal remonstrance is one of the most frequent impacts in several peoples with notebook?s activity. The duration factors, frequencies, and work positions are also have important roles in influencing remonstrance degrees. This thesis envelopes/analyses about the ergonomical risk and muscolosceletal remonstrance in upper limb extrimities which is caused by notebooks? utilization in under-graduated Public Health Indonesian University students. This observation is a quantitative-descriptives studies to assess the ergonomical risk by using RULA method and to see its relation with muscolosceletal remonstrance. To see the relation between ergonomical risk with muscolosceletal remonstrance, the observer uses a statistical tools ; chi-square test. The result of this observation shows that there is not a relation between ergonomical risk with muscolosceletal remonstrance that it is caused by several error factor in its observation. According to the result of this observation, the observer suggests to the users of the notebook to choose the ergonomical work position when they are using the notebook. It can be done by taking a little time to rest when using the notebook in along time by stretching the muscle or by mengalihkan pandangan mata. The faculty?s stakeholders can provide several health education program and provide some ergonomic places to make the notebook?s users become secure and health in using it. The observer also suggests to put some variabels into this observations, like confounding factors and other risk factors, like sex, antrophometric, environment condition, work places and injuries history.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yupi Gunawan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Gangguan kesehatan yang sering terjadi di industri adalah gangguan muskuloskeletal. Gangguan kesehatan ini seringkali berhubungan dengan penurunan produktivitas dan angka absensi yang tinggi. Penyebab gangguan muskuloskeletal diantaranya adalah desain peralatan kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja. Penelitian ini bertujuan mengetahui ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis pada tenaga kerja Indonesia.Metode: Penelitian ini menganalisis data antropometri tenaga kerja Indonesia tahun 2007-2008 dari sepuluh wilayah yang setelah dilakukan verifikasi terdapat 7.823 sampel. Parameter antropometri yang digunakan: tinggi bahu dan tinggi siku untuk tinggi meja kerja presisi, kerja ringan dan kerja dengan beban.Hasil: Rekomendasi ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis statis dan adjustable. Rekomendasi tinggi meja kerja statis untuk tenaga kerja umum: kerja presisi 128 cm, kerja ringan 109 cm, kerja dengan beban 96,30 cm. Tenaga kerja laki-laki: kerja presisi 129 cm, kerja ringan 110 cm, kerja dengan beban 97,30 cm. Tenaga kerja perempuan: kerja presisi 123 cm, kerja ringan 106 cm, kerja dengan beban 93,30 cm. Rekomendasi tinggi meja kerja adjustable untuk tenaga kerja umum: kerja presisi 104,50-128 cm, kerja ringan 88-109 cm, kerja dengan beban 75,30-96,30 cm. Tenaga kerja laki-laki: kerja presisi 107,99-129 cm, kerja ringan 90-110 cm, kerja dengan beban 77,30-97,30 cm. Tenaga kerja perempuan: kerja presisi 103-123 cm, kerja ringan 86-106 cm, kerja dengan beban 73,30-93,30 cm.Kesimpulan: Telah didapatkan ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis statis dan adjustable yang dapat direkomendasikan untuk seluruh tenaga kerja Indonesia
ABSTRACT<>br> Background The most common health disorder in the industry is musculoskeletal disorders. This health disorder is often associated with a decrease in productivity and high absenteeism. The causes of musculoskeletal disorders include the design of work equipment that is inconsistent with the anthropometry of the worker. The purpose of this research is to know the height of ergonomic standing desk working table in Indonesian workforce.Methods This study analyzed anthropometric data of Indonesian labor force in 2007 2008 from ten areas after verification there were 7,823 samples. Anthropometric parameters used shoulder height and elbow height for high precision desk, light work and load work.Results Recommendation of height height of work desk stands ergonomic static and adjustable. High recommendation of static desk for general labor precision work 128 cm, light work 109 cm, work with load 96,30 cm. Male labor precision work 129 cm, light work 110 cm, work with load 97,30 cm. Female labor precision work 123 cm, light work 106 cm, work with load 93,30 cm. Recommended height adjustable work table for general workforce precision work 104.50 128 cm, light work 88 109 cm, work load 75.30 96,30 cm. Male labor precision work 107.99 129 cm, light work 90 110 cm, work load 77.30 97,30 cm. Female labor precision work 103 123 cm, light work 86 106 cm, work with loads 73.30 93,30 cm.Conclusion High static and adjustable ergonomic stand adjustable desk stands can be recommended for all Indonesian workers.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The majority of female batik workers uses non-ergonomic chairs (dingklik) that pose risks of musculoskeletal disorders. This study aimed to design an ergonomic chair and evaluate its effectiveness in reducing musculoskeletal disorders among the workers. This is a quasi-experimental study (using one group pre and post-test design) on 50 female batik workers selected by quota sampling. Musculoskeletal disorders were measured among the samples before and after the use of the designed ergonomic chair which they were asked to use for two months. T-test, ANCOVA, Wilcoxon test, McNemar test and Chi Square test were used for the analysis. The study found statistical significant differences of risk factor against musculoskeletal disorders among the workers before and after their use of the designed ergonomic chair (p< 0.05); and of musculoskeletal disorders before and after using the ergonomic chair (p= 0,035). Body Mass Index (BMI) was identified as a confounding factor, and statistical significant difference of musculoskeletal disorders were also found among the workers with <25 and >25 BMI even before and after using the ergonomic chair (p=0.033 and p=0.015 respectively). By ANCOVA statistical test, after controlling BMI, another statistical difference of musculoskeletal disorders was also identified before and after using the ergonomic chair (p=0.033). It is concluded that the designed ergonomic chair is effective to reduce the risk of musculoskeletal disorders.

Pengaruh Pemakaian Kursi Ergonomis terhadap Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Wanita Batik Tulis di Kabupaten Sragen. Sebagian besar posisi kerja pekerja batik tulis di Sragen tidak ergonomis, sehingga berisiko terjadi gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain kursi ergonomis dan menilai efektifitas desain kursi terhadap gangguan muskuloskeletal pekerja wanita batik tulis. Jenis penelitian adalah eksperimental quasi dengan pendekatan one group pre and posttest design. Populasi adalah seluruh pekerja industri Batik Sragen. Teknik sampling quota random sampling. Sampel sebanyak 50 orang diukur tingkat risiko keparahan gangguan muskuloskeletalnya sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis. Selanjutnya, dilakukan uji Wilcoxon test, McNemar test, dan Chi Square test. Perbedaan tingkat risiko keparahan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (p< 0,05). Terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (p=0,035). Indeks massa tubuh teridentifikasi sebagai confounding factor karena terdapat hubungan yang signifikan terhadap gangguan muskuloskeletal, baik sebelum maupun sesudah menggunakan kursi ergonomis (masing-masing p=0,033 dan p=0,015). Melalui uji Ancova, confounding factor dikendalikan, diperoleh hasil uji yang tetap signifikan (p=0,033). Kursi kerja ergonomis menurunkan risiko keparahan gangguan muskuloskeletal.
Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret ; Faculty of Public Health Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sumardiyono
Abstrak :
The majority of female batik workers uses non-ergonomic chairs (dingklik) that pose risks of musculoskeletal disorders. This study aimed to design an ergonomic chair and evaluate its effectiveness in reducing musculoskeletal disorders among the workers. This is a quasi-experimental study (using one group pre and post-test design) on 50 female batik workers selected by quota sampling. Musculoskeletal disorders were measured among the samples before and after the use of the designed ergonomic chair which they were asked to use for two months. T-test, ANCOVA, Wilcoxon test, McNemar test and Chi Square test were used for the analysis. The study found statistical significant differences of risk factor against musculoskeletal disorders among the workers before and after their use of the designed ergonomic chair (p< 0.05); and of musculoskeletal disorders before and after using the ergonomic chair (p= 0,035). Body Mass Index (BMI) was identified as a confounding factor, and statistical significant difference of musculoskeletal disorders were also found among the workers with <25 and >25 BMI even before and after using the ergonomic chair (p=0.033 and p=0.015 respectively). By ANCOVA statistical test, after controlling BMI, another statistical difference of musculoskeletal disorders was also identified before and after using the ergonomic chair (p=0.033). It is concluded that the designed ergonomic chair is effective to reduce the risk of musculoskeletal disorders.
2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nono Haryono
Abstrak :
Penelitian bertujuan memperoleh gambaran dan hubungan faktor-faktor risiko individu dan pekerjaan terhadap keluhan muskuloskeletal disorder pada pekerja kantor PT. X Jakarta. Metode yang digunakan cross-sectional dengan menggunakan data sekunder hasil medical check up data dan perangkat lunak RSIGuard untuk 607 pekerja. Dari 607 pekerja terdapat 292 orang (48, 1%) mengalami keluhan musculoskeletal discomfort. Hasil uji bivariate menunjukkan hubungan signifikan (p<0,005) antara faktor individu (tinggi badan, berat badan, olahraga, jenis kelamin dan temuan masalah musculoskeletal pada MCU), dan faktor risiko pekerjaan (self-assessment risk, overall risk level, average daily mouse use, break time taken dan average strain from mouse use) dengan discomfort. Hasil uji multivariate menunjukkan jenis kelamin, temuan masalah musculoskeletal MCU, self-assessment dan overall assessment merupakan faktor-faktor yang memiliki hubungan kuat dan dapat mempengaruhi keluhan musculoskeletal discomfort. Saran-saran ditujukan untuk mencegah discomfort dan work related musculoskeletal disorder melalui prinsip-prinsip ergonomik. ......The objective of this study are to describe profile and relationship between individual and occupational risks factors with musculoskeletal discomfort in office workers of PT. X Jakarta. This is cross-sectional using secondary data of medical check up (MCU) and RSIGuard software for 607 workers. There are 272 of 607 workers (48.1%) complained musculoskeletal discomfort based on self-asessment result. Based on bivariate test results a significant (p <0.005) for individual factors (height, weight, exercise, sex and medical finding during MCU), and occupational risk factors from computer usages (self assessment risk, overall risk level, average daily mouse use, break time taken and average strain of mouse use). The final model of multivariate test results a significant correlation of gender, findings of musculoskeletal problems, self-assessment and overall assessment with musculoskeletal discomfort complaints. Suggestions addressed to reduce occupational factors to prevent discomfort and work-related musculoskeletal disorder through ergonomic principals.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Muliani
Abstrak :
Di perkantoran, karyawan dituntut untuk meneyelesaikan tuntutan pekerjaannnya masing-masing. Biasanya karyawan duduk statis dikursi dengan dimensi tubuh yang bervariasi. Dimensi tubuh manusia terdiri dari bemacam-macam variasi seperti pada dimensi kerangka tubuh, lengan dan kaki. Oleh karena itu kursi kantor harus disesuaikan dengan dimensi tubuh karyawan pada umumnya, agar tidak terjadi kejenuhan kerja yang disebabkan karena dimensi kursi kantor yang tidak sesuai dan menyebabkan rasa sakit dan kelelahan pada tulang-tulang dan otot tubuh. Untuk itu, diperlukan ilmu ergonomi yang berkaitan juga dengan dimensi tubuh manusia yang dikenal sebagai antropometri dengan tujuan apakah kursi kantor yang digunakan oleh karyawan sudah sesuai atau belum. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data antropometri statis duduk dan dimensi kursi yang digunakan serta mengetahui apakah kursi kantor yang digunakan sekarang sudah sesuai dengan data antropometri karyawan di PT. X. Data antropometri statis duduk dan dimensi yang diambil adalah 7 variabel. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan, dengan objek penelitian 35 orang pria dan 30 orang wanita. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan total populasi. Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan melakukan studi perbandingan. Sedangkan analisa data yang digunakan adalah analisa univariat. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara mengukur langsung sampel dan dimensi kursi. Instrumen pengumpulan data adalah 1 buah meteran gulung, 1 buah penggaris siku-siku. Sebagai alat bantu, digunakan kursi kayu tanpa sandaran dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. Sedangkan proses pengolahan data secara komputerisasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Hasil pengukuran 7 variabel antropometri dengan menggunakan 95%ile adalah tinggi bahu duduk, lebar bahu atas, lebar pinggul, panjang dari siku ke ujung jari dan 5%ile terdiri dari panjang dari pantat sampai lutut bagian belakang, tinggi lutut bagian belakang, sedangkan rata-rata yaitu tinggi siku duduk. 2. Ada dua variabel dimensi kursi yang sesuai dengan antropometri tubuh karyawan yaitu: tinggi sandaran lengan, panjang alas tempat duduk. Sedangkan variabeln dimensi kursi yang tidak sesuai dengan dimensi antropometri tubuh karyawan yaitu: tinggi sandaranb punggung, tinggi tempat duduk, lebar sandaran punggung, lebar alas tempat duduk, panjang snadaran lengan. Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi pihak manjemen perusahaan dapat menjadi bahan evaluasi bagi PT. X terhadap kursi kantor yang digunakan pada saat ini.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Aprilia
Abstrak :
Skripsi ini merupakan penilaian ergonomi di tempat kerja konstruksi Proyek GOR Boker PT. Waskita Karya tahun 2009. Penilaian dilakukan pada dua faktor risiko ergonomi; faktor pekerjaan dan faktor indivdu yang dapat mempengaruhi kejadian keluhan MSDs pada pekerja. Metode penilaian yang digunakan ialah BRIEF Survey, kuesioner, observasi, dan wawancara. Hasil penilaian menunjukkan bahwa tingkat risiko MSDs dengan skor tertinggi terdapat pada bahu kanan (86,8%), kejadian keluhan MSDs sebesar 94,7% dengan keluhan terbanyak pada punggung bagian bawah (18,8%). Upaya untuk mengatasi pajanan ergonomi dan keluhan MSDs dapat dilakukan dengan meninjau kembali desain kerja, peralatan, dan lingkungan kerja. ......This essay is an ergonomic assessment in the construction workplace at project of GOR Boker PT. Waskita Karya in 2009. Assessment on two ergonomic risk factors; job factors and indivdual factors that may affect the incidence of MSDs complaints. Assessment method used is the BRIEF Survey, questionnaire, observation, and interviews. Assessment results indicate that the level of risk MSDs with the highest scores are on the right shoulder (86.8%), incidence of MSDs complaints 94.7% with the most complaints on the low back (18.8%). Efforts to overcome the ergonomic exposures and MSDs complaint can be done with the review of design work, equipment, and environment in the workplace.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Kurniawati
Abstrak :
Sistem kerja di industri tekstil memiliki risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal. Penelitian bertujuan untuk melihat gambaran faktor risiko ergonomi dan keluhan subjektif MSDs pada pekerja pabrik proses finishing di Departemen PPC PT SCTI Ciracas Jakarta Timur tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Sampel dalam penelitian berjumlah 21 orang (10 orang inspeksi kain, 6 orang pembungkusan, dan 5 orang pengepakan). Penilaian tingkat risiko ergonomi digunakan metode REBA, sedangkan gambaran keluhan MSDs digunakan kuesioner nordic body map. Hasilnya adalah tingkat risiko ergonomi tertinggi pada proses pengepakan. Bagian tubuh yang memiliki risiko MSDs terbesar adalah punggung pada proses pengepakan, lengan atas kiri pada proses pemeriksaan kain, serta lengan atas dan punggung pada proses pembungkusan. Seluruh responden (100%) mengalami keluhan gejala MSDs di hampir semua bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan adalah punggung, lengan atas, lengan bawah, pinggang dan kaki. Untuk meminimalkan risiko MSDs, pekerja harus memperbaiki metode kerja, peralatan dan desain tempat kerja. ......Textile industry's work systems has musculoskeletal disorders? risk factors. The objectives of this research are to describe ergonomic risk factors and subjective complaints of MSDs among factory workers at PPC Department PT SCTI, Ciracas, East Jakarta at 2009. This research used cross sectional design study. Total sample in this research is 21 workers consist of 10 workers in material inspection, 6 workers in material covering, and 5 workers in packing . REBA assessment method is used to assess ergonomic risk level and nordic body map questionnaire is used to get description of MSDs? subjective complaints among workers.. Activity which has the highest ergonomic risk level is packing process. The parts of body which have the major MSDs risk are in back area at packing process, left upper arm area at material inspection process, back and upper arm area at material covering process. All respondent (100%) have MSDs subjective complaints in almost all their body. The most parts of body which have MSDs complaints among workers are in back, upper arm, lower arm, wrist and leg area. To reduce MSDs risk, workers should change their work methods, equipment and workstation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>