Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zhafirah Salsabila
Abstrak :
Diagnosis dan tindakan pengobatan lanjutan pasien 70% ditentukan berdasarkan hasil laboratorium. Berbagai penelitian menunjukan bahwa tingkat kesalahan di laboratorium masih lebih rendah dibandingkan unit pelayanan lain di rumah sakit, namun keselamatan pasien harus tetap diutamakan sebagai tujuan layanan laboratorium. HFMEA merupakan metode proaktif untuk mengidentifikasi, evaluasi, dan rekam mode kegagalan penyebab masalah serta dampak yang akan timbul dalam upaya pencegahan potensi risiko. Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien di laboratorium, serta proses identifikasi risiko menggunakan HFMEA hingga merancang desain HFMEA yang dapat digunakan laboratorium rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan pangkalan data PubMed, Scopus, dan Google Scholar. Hasil pencarian didapat sebanyak 9 literatur berasal dari USA, China, Taiwan, India, Turki, Ghana, American Journal of Clinical Pathology, dan Europe Society of Pathology yang telah melakukan penelitian identifikasi risiko keselamatan pasien di laboratorium baik menggunakan metode HFMEA maupun metode lain. Hasil telaah literatur menunjukan tingkat eror tertinggi pada fase pre-analitik berkisar 49,2%– 84,5%. Kesalahan yang umum terjadi pada fase pre-analitik berupa clotting, dan inadekuat volume spesimen yang mengakibatkan terjadinya penolakan spesimen. Adapun faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien laboratorium berupa, faktor kondisi pasien; faktor petugas laboratorium meliputi pelatihan petugas, kelalaian petugas, dan burnout petugas laboratorium; faktor fasilitas; dan faktor akreditasi. Penulis merancang desain HFMEA yang dapat digunakan pada laboratorium rumah sakit, namun perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan data Indonesia, agar lebih representatif dan dapat digunakan di laboratorium rumah sakit Indonesia. ......Most of 70% patients are diagnosed and treatment based on laboratory results. Many studies have shown that error rates in laboratory is still lower than other units in hospital, but patient safety must be prioritized as the goal of laboratory services. HFMEA is a proactive method for identifying, evaluating, and recording failure modes that cause problems and impacts to prevent potential risks. This study aims to get an overview of the factors that influence patient safety in hospital laboratories, seeing the process of HFMEA and design a draft that can be used in hospital laboratories. This study used literature review method with databases from PubMed, Scopus and Google Scholar. The results obtained 9 literatures from USA, China, Taiwan, India, Turkey, Ghana, American Journal of Clinical Pathology, and Europe Society of Pathology who have conducted research to identify patient safety risks in the laboratory using HFMEA or other methods. The result showed the highest error rate is in pre-analytic phase ranged from 49.2%–84.5%. Errors in this phase are clotted, and inadequate specimen volume, that can cause specimen rejection. The factors that influence patient safety in laboratories are patient condition; laboratory staff factors include staff training, staff negligence, and burnout on laboratory personnel; facility factor; and accreditation factor. In this study, author designed a HFMEA draft that can be used in hospital laboratories, but needs further research using data in Indonesia, for more representative and applicable in hospital laboratories.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Fithritama
Abstrak :
Dalam beberapa tahun ini, telah banyak penelitian yang berhubungan dengan pengenalan pola dilakukan dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan (artificial neural network). Skripsi ini membahas tentang sistem pengenal pola berbasis neural network ensemble (NNE), yang merupakan kumpulan dari beberapa neural network tunggal. Penelitian ini membandingkan antara NNE yang dilatih dengan fungsi eror kuadratis dan cross-entropy. Terdapat 12 dataset pola yang digunakan pada penelitian ini yaitu 9 dataset pola yang didapatkan dari ?UCI Repository of Machine Learning Database?, 2 dataset citra wajah dari kamera infra merah dan kamera cahaya tampak, dan 1 dataset campuran aroma. Prosedur kerja system terdiri dari tahap pra-pemrosesan, pelatihan, dan pengujian. Pada tahap pelatihan, diterapkan algoritma Negative Correlated Learning (NCL) yang merupakan pengembangan dari algoritma standar backpropagation. Hasil pengujian yang ditinjau dari recognition rate menunjukkan NNE yang dilatih dengan fungsi eror cross-entropy memberikan performa yang lebih baik dibandingkan dengan NNE yang dilatih dengan fungsi eror kuadratis.
In recent years, many people have been working on pattern recognition using artificial neural network. This bachelor thesis discuss about pattern recognition system based on neural network ensemble (NNE), which is a group of some individual neural networks. This research compares between NNE which is trained using mean-of-square and cross-entropy error function. There are 12 datasets used in this experiment, which are 9 pattern datasets obtained from ?UCI Repository of Machine Learning Database? and 2 dataset of frontal face images from infra red and visible-light camera, and 1 dataset of odor mixtures. The working procedures of the system consist of pre-processing, training and testing stages. In the training stage, Negative Correlated Learning (NCL) algorithm, a developed standard back propagation method, is applied and some parameters are varied to obtain the optimum performance. The testing result which is measured from recognition rate shows that NNE which is trained using cross-entropy error function has a better performance than the one with mean-of-square error function.
2011
S170
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Sukmawati Kapota
Abstrak :
Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan terkait sediaan farmasi kepada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien. Salah satu pelayanan kefarmasian di apotek adalah pelayanan farmasi klinik pengkajian resep, pengkajian merupakan salah satu aspek penting dalam penilaian kelengkapan dan kesesuaian resep dengan kondisi pasien. Terdapat 3 bagian telaah pengkajian/skrining resep yaitu telaah administrasi, farmasetik dan klinik. Saat ini prevalensi polifarmasi dari tahun ke tahun terus meningkat pada semua kelompok usia, kelompok terbesar terjadi pada kelompok usia 10−19 tahun (9,1%), kelompok usia 60−69 tahun (7,2%), dan usia 70−90 tahun (8,6%). Resep polifarmasi rentan terhadap Medication Error dan Drug Related Problems dikarenakan penggunaan obat yang lebih dari 1. Tujuan dari skrining resep pada pasien polifamasi pada penelitian ini adalah untuk mencegah Medication Error dan Drug Related Problem yang rentan terjadi pada pasien dengan penggunaan obat bersamaan lebih dari 5. Pengkajian Skrining resep menggunakan metode deskriptif retrospektif dari data resep-resep pasien poliarmasi dalam 1 bulan terakhir selama proses praktik kerja berlangsung. Data skrining resep menunjukan ada beberapa ketidaksesuaian pada aspek administrasi seperti cap dokter, tanda tangan dokter dan berat badan pasien maupun aspek klinik seperti adanya interaksi obat. ......Pharmaceutical services are types of clinical services that are related to pharmaceutical dosage and patients to improve quality of life. One of the pharmaceutical services in a pharmacy is clinical pharmacy services prescription screening, screening is one important aspect of the assessment completeness and suitability of the prescription with the patient's condition. There are 3 sections of prescription screening, namely administrative, pharmaceutical, and clinical aspects. Currently, the prevalence of polypharmacy continues to increase from year to year in all age groups, the largest group occurred in the age group of 10−19 years (9.1%), age group 60−69 years (7.2%), and age 70−90 years (8.6%). Polypharmacy prescriptions are vulnerable to Medication Errors and Drug Related Problems due to the use of more than 1 drug. The purpose of prescription screening in polypharmacy patients in this study was to prevent Medication Errors and Drug Related Problems which are prone to occur in patients with more than 5 concurrent medicine use. Prescription screening studies used a descriptive method retrospective of polypharmacy patient prescription data in 1 last month during the internship process. Prescription screening data shows that there are some discrepancies in administrative aspects such as doctor's stamp, doctor's signature, and patient's weight as well as clinical aspects such as drug interactions.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mere, Klaudia Skolastika A.
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang teror dan kaitannya dengan peradaban. Sepanjang sejarah peradaban manusia, teror selalu hadir di dalamnya. Hanya saja manifestasi teror berbeda-beda dari satu periode ke periode yang lain. Dengan demikian, dalam wujudnya sebagai gagasan, teror itu transenden dalam peradaban. Akan tetapi, dalam realisasinya teror imanen dalam peradaban. Teror yang imanen ini mengambil wujud sebagai bentuk-bentuk kekerasan yang banal. Peradaban itu sendiri adalah hasil dialektika antara Eros dan Thanatos. Thanatos bekerja dalam peradaban dengan bentuk teror itu sendiri. Karena peradaban adalah sesuatu yang berproses, maka teror itu tidak akan pernah hilang. ......This thesis discusses terror and its relation to civilization. Throughout the history of human civilization, terror always present on civilization. But, it has different manifestations from one period to another. Thus, in its form as an idea, terror is trancendent to civilization. However, the realization of terror immanent on civilization. These immanent terror takes shape as forms of banal violence. Civilization itself is the result of the dialectic between Eros and Thanatos. Thanatos works in civilization in the form of terror itself. Since civilization is something which proceeds, as long as civilization exists then terror will never be vanished.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1282
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library