Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andri Budiarto
Abstrak :
ABSTRAK Microbial Fuel Cell (MFC) adalah seperangkat alat yang mengubah energi kimia dari proses metabolisme mikroba menjadi energi listrik. Mikroba (e.g. Eschericia coli) dapat digunakan untuk memproduksi listrik karena pada proses metabolismenya melibatkan transport elektron. Mediator merupakan senyawa yang akan mengambil elektron dari rantai transport elektron bakteri dan dibawa menuju ke permukaan elektroda agar terjadi aliran listrik. Uji voltametri siklik terhadap methylen blue (MB) dan ferrocene dicarboxylic acid (Fc) dalam larutan buffer fospat 0.05M pH7,0 + KCl 0,1M pada scan rate 75 mV/s menunjukkan potensial oksidasi 0,2 V untuk MB dan 0,59 V untuk Fc, kemudian potensial reduksi -0,02 V untuk MB dan 0,49 V untuk Fc. Uji reversibilitas dengan variasi scan rate (10, 50, 75, 100, 150, 200, 300) mV/s menunjukkan bahwa MB dan Fc merupakan zat yang elektroaktif. Uji voltametri siklik terhadap MB yang ter-immobilisasi pada elektroda karbon pasta menunjukkan potensial oksidasi pada 0.3 V dan potensial reduksi pada -0.1 V. Produksi listrik pada kondisi aerob dengan metode 1 sekitar 8,2 ??A/cm2; 31,62 mV/cm2, sementara dengan metode 2 sekitar 6,86 ??A/cm2; 28,5 mV/cm2. Produksi listrik pada kondisi anaerob dengan metode I maksimum pada 9,12 ??A/cm2; 33,79 mV/cm2, sementara penambahan substrat glukosa pada saat terjadi penurunan arus dan voltase, meningkatkan produksi arus dari 7,8 ??A/cm2 menjadi 9,7 ??A/cm2 dan voltase dari 27,27 mV/cm2 menjadi 35,12 mV/cm2. Percobaan dengan kondisi anaerob di anoda dan aerasi O2 di katoda membuat produksi listrik lebih stabil (slope penurunan arus dan voltase lebih kecil). Kata kunci : Eschericia coli; mediator; Microbial Fuel Cell; Produksi listrik; voltametri siklik.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggoro Wiseso
Abstrak :
Kanker merupakan gangguan kesehatan yang menjadi sebuah masalah besar di dunia. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Apoptin diketahui memiliki kemampuan untuk memicu apoptosis di sel kanker secara in vitro maupun in vivo, tetapi tidak pada sel normal. Apoptin merupakan protein dari Chicken Anemia Virus (CAV) yang pertama kali diperkenalkan di Jepang pada 1974. Produksi Apoptin dapat dilakukan pada inang Eschericia coli dengan memindahkan gen Apoptin melalui vektor plasmid pET9a. Gen Apoptin yang digunakan telah dimodifikasi untuk meningkatkan efisiensi dan kemudahan dalam proses purifikasinya dengan penambahan beberapa tag dan situs pemotongan Thrombin. Purifikasi dilakukan menggunakan kromatografi afinitas ion logam (IMAC) nikel. Apoptin termodifikasi dengan HlyA-tag, (His)6-tag, (Arg)8-tag dan situs proteolitik thrombin berhasil diekpsresikan dan dipurifikasi di dalam E.coli DH5α dan BL21 dengan analisis SDS-PAGE. Optimasi ekspresi dilakukan dengan variasi strain E. coli membuktikan BL21 Codon Plus merupakan inang paling baik, konsentrasi IPTG lebih optimal pada 1 mM dibandingkan 0.4 mM, dan pengaruh suhu antara 28o dan 37o tidak signifikan. Binding Buffer dan Elution Buffer, paling baik dilakukan dengan komposisi: 20 mM sodium phosphate, 500 mM NaCl, dan 40 mM (binding) / 500 mM (elution) imidazole, pada pH 7.4. ...... Cancer is a health problem that is becoming a big problem in the world. Cancer is a disease caused by abnormal growth of tissue cells of the body that turn into cancer cells. Apoptin known to have the ability to trigger apoptosis in cancer cells in vitro and in vivo, but not in normal cells. Apoptin is a protein of Chicken Anemia Virus (CAV), which was first introduced in Japan in 1974. The production of Apoptin can be performed on the host Escherichia coli with gene transfer vector plasmid pET9a. Apoptin gene used has been modified to improve the efficiency and ease of purification process with the addition of a few tags and Thrombin proteolytic site. Purification is done using ionic metal affinity chromatography (IMAC) nickel. Apoptin modified with HlyA-tag, (His)6-tag, (Arg)8-tag and thrombin proteolytic sites has been expressed and purified in E. coli DH5α and BL21 by SDS-PAGE analysis. Optimization conducted with several variation, expression in E. coli strain BL21 Codon Plus proved most optimum host, IPTG concentration at 1 mM given better expression than 0.4 mM, and the effect of temperature between 28o and 37o are insignificant. Binding buffer and the elution buffer, is best done with the composition: 20 mM sodium phosphate, 500 mM NaCl, and 40 mM (binding) or 500 mM (elution) imidazole in pH 7.4.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Radinal Sarip
Abstrak :
Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi kinerja rangkaian alat desinfeksi gabungan ozonasi dan kavitasi hidrodinamika terhadap bakteri Escherichia coli. Dosis ozon dan laju alir sirkulasi limbah air tercemar bakteri Escherichia coli digunakan sebagai variabel penelitian untuk mengetahui kondisi terbaik kombinasi metode-metode tersebut. Variasi laju alir limbah dilakukana pada 4 ; 5,5; 7 LPM sedangkan dosis ozon divariasikan dengan penggunaan ozonator komersial rumah tangga mulai dari 1 84,38 mg/jam , 2 157,44 mg/jam dan 3 231,36 mg/jam unit ozonator. Hasil desinfeksi menunjukan penurunan lebih baik untuk setiap kenaikan laju alir air sirkulasi serta kenaikan dosis ozon. Metode terbaik merupakan metode gabungan kavitasi hidrodinamika pada 7 LPM dan ozonasi dengan dosis 231,36 mg/jam dengan waktu operasi selama 60 menit yang mampu menurunkan konsentrasi bakteri Escherichia coli sampai 17 CFU/mL untuk konsentrasi awal 8,4 x 105, 0 CFU/mL untuk konsentrasi awal 9,7 x 104, dan 0 CFU/mL untuk konsentrasi awal 8,3 x 103 . Kata kunci : desinfeksi, Eschericia coli, ozon, ozonasi, kavitasi hidrodinamika.
This research aimed to evaluate the performance of a series of combined ozonation disinfection unit and hydrodynamic cavitation in the disinfection of Escherichia coli bacteria. Ozone dose and the circulation flow rate of wastewater contaminated with the Escherichia coli is used as variables of research to determine the best conditions of the combination methods. Variations of waste flow rate are 4 5.5 and 7 LPM, while ozone dosage is varied by using household commercial ozonator ranging from 1 84,38 mg h , 2 157,44 mg h and 3 231,36 mg h unit of ozonator. The best result of decreasing the Escherichia coli bacteria concentration was obtained by combining method of disinfection by hydrodynamic cavitation at 7 LPM and ozonation from 3 units ozonator with 231.36 mg h of ozone dosage for 60 minutes of desinfection are 17 CFU mL final concentration from 8.4 x 105, 0 CFU mL for initial concentration 9,7 x 104 CFU mL, and 0 CFU mL for initial concentration 8,3 x 103 CFU mL. Keywords disinfection, Eschericia coli, ozone, ozonation, hydrodynamic cavitaion.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayuwidia Ekaputri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Senyawa X yang merupakan senyawa turunan Forbazol terhadap hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Kerja Senyawa X dinilai dengan mengukur diameter hambatan pada kultur yang diberikan disc antibiotik berisi Senyawa X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat hubungan bermakna antara pemberian Senyawa X dengan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli; dan (2) Tidak terdapat hubungan signifikan antara perbedaan konsentrasi pemberian Senyawa X dengan hambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus, sedangkan terdapat hubungan signifikan antara kenaikan konsentrasi pemberian Senyawa X pada konsentrasi 64 mg/L dan 128 mg/L dengan hambatan pertumbuhan pada Eschericia coli. ...... The aim of this research is to know the effect of X Compound which is the derivative of Phorbazol compound towards growth inhibition of Staphyloccocus aureus and Escheria coli. Activities of X Compound were evaluated by measuring the inhibition diameter of the bacteria cultures which were given antibiotic discs containing X Compound. The research results show that: (1) there is significance correlation between addition of X Compound to the growth of Staphylococcus aureus and Escheria coli, and (2) there is no significance correlation between diference concentrations of X Compound to the growth inhibation of Staphylococcus aureus. However, there is significance correlation beween the concentration of 64 mg/L and 128 mg/L to the growth inhibition of Escheria coli.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Kumala Desi
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas pembuatan bahan sabun yang lebih aman bagi tubuh dan lingkungan dengan menggunakan minyak kelapa terozonasi (cocozone). Proses produksi terbagi menjadi dua tahap, yaitu ozonolisis minyak untuk mendapatkan bahan antiseptik ozonida dan pembuatan sabun. Waktu ozonolisis terbaik didapat selama 72 jam dengan laju alir ozon sebesar 300 mg O3/ jam. Hasil pengujian kualitas cocozone menunjukan kenaikan bilangan asam, peroksida, dan bilangan penyabunan serta penurunan bilangan iod. Hasil uji daya hambat bakteri menunjukkan tidak ada zona hambat yang terbentuk untuk setiap sampel pada bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus, namun zona hambat terbentuk pada sampel cocozone untuk bakteri Propionibacterium acne. Hasil pengujian organoleptik, pH, daya busa, kemampuan mengangkat kotoran, kadar air menunjukan hasil yang dapat diterima. Target aplikasi produksi adalah usaha kecil menengah (UKM) dengan biaya kapital sebesar Rp. 9.085.000 dan biaya operasional sebesar Rp. 12.816.313. Harga jual minimum sabun cocozone adalah Rp 11.944.
ABSTRACT
This thesis discusses about soap making process to obtain a healthy and eco-friendly soap using ozonated coconut oil (cocozone) as a main ingredient. The production process is divided into two stages, there are ozonolysis of coconut oil to get antiseptic agent such as ozonide and soap making process. The best ozonolysis time is obtained in 72 hour with an ozone flow rate of 300 mg O3/h. The test results showed that the quality of cocozone rise by acid number, peroxide number, and saponification number meanwhile iodine number is decreased. Bacterial inhibition test results showed there is no inhibition zone formed for each sample on Escherichia coli and Staphylococcus aureus, but the inhibitory zone formed on cocozone sample for Propionibacterium acne. The Results of organoleptic test , pH test, foam test, ability to remove impurities, and water content showed acceptable. The target application is small and medium enterprises (SMEs) with a capital cost of IDR. 9.085.000 and operating expenses of IDR 12.816.313. The minimum price for selling cocozone‟s soap is IDR 11.944
2016
S64308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriwahyuni Madya Sakti
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa maupun asam laurat secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa bebas dalam pelarut n-heksana. Optimasi reaksi dilakukan dengan menggunakan variasi perbandingan mol antara sukrosa dengan asam lemak 1:0,2; 1:0,4; 1:0,6; dan 1:0,8 mol. Ester sukrosa asam lemak yang dihasilkan dikharakterisasi menggunakan FT-IR. Hasil analisis FT-IR menunjukkan adanya puncak serapan gugus C=O ester pada bilangan gelombang 1739 cm-1 pada ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dan 1733 cm-1 ester sukrosa asam laurat. Pada penelitian ini, dilakukan uji antimikroba terhadap ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa maupun asam laurat dengan menggunakan metode kertas cakram untuk melihat apakah ester sukrosa yang disintesis dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Mikroba uji yang digunakan adalah Erchericia coli dan Staphiloccocus aureus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis maupun ester sukrosa laurat menunjukkan aktivitas antimikroba tehadap Staphylococcus aureus. Sedangkan pengujian terhadap bakteri Eschericia coli tidak menunjukan adanya aktivitas penghambatan. Pada kedua ester sukrosa yang diuji untuk semua variasi perbandingan mol memiliki daya hambat dan memiliki potensi sebagai antimikroba. Didapatkan kondisi optimum dari pengujian uji antimikroba pada kedua ester untuk variasi mol 1:0,2 dengan hasil 12 mm untuk ester sukrosa asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dan 13 mm untuk ester sukrosa asam laurat.
In this research, synthesis of sucrose ester hydrolized coconut oil fatty acid and lauric acid was conducted enzymatically using Candida rugosa free lipase in n hexane solvent. The mol ratio between sucrose and fatty acids were varied for optimization on 1 0.2 1 0.4 1 0.6 and 1 0.8 moles. Sucrose esters of fatty acids were characterized using FT IR. The results of FT IR analysis showed absorption peak that were related to the stretching of C O ester group at 1739 cm 1 for sucrose ester hydrolized coconut oil fatty acid and at 1733 cm 1 for sucrose ester of lauric acid. Furthermore, the antimicrobial activity of sucrose ester hydrolized coconut oil fatty acid and lauric acid were tested using paper disc method to see whether synthesized sucrose esters could inhibit the growth of microbes. Microbes used are Erchericia coli and Staphiloccocus aureus. The results showed that sucrose esters of fatty acid and ester hydrolysis of sucrose lauric show antimicrobial activity against Staphylococcus aureus, while the test against Escherichia coli showed no inhibitory activity. In both sucrose esters tested for all variations of mole ratios have inhibitory and has potential as an antimicrobial. Optimum conditions of antimicrobial activity test for both esters was obtained for ratio mole ester 1 0.2 with 12 mm results for the sucrose fatty acid ester hydrolysis of coconut oil and 13 mm for the sucrose ester of lauric acid.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66425
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Giodhani
Abstrak :
Makanan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan manusia. Namun, penyakit juga dapat timbul akibat kandungan yang ada dalam makanan. Tempat pariwisata merupakan salah satu tempat-tempat umum (TTU) yang berisiko sebagai tempat terjadinya penularan penyakit melalui media salah satunya adalah makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara higiene sanitasi makanan dan tingkat kontaminasi Eschericia coli pada makanan di Lokawisata Baturaden. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Data yang digunakan merupakan data primer yang terdiri dari hasil uji laboratorium sebesar 42 sampel makanan dan hasil wawancara dengan 42 penjamah menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 95,2% tidak memenuhi syarat karena terkontaminasi oleh Eschericia coli. Analisis bivariat dengan t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kontaminasi oleh Eschericia coli dan pengetahuan penjamah terkait higiene sanitasi makanan (p-value = 0,018), sanitasi alat makan (p-value = 0,015), dan perilaku higiene penjamah (p-value = 0,032). Oleh karena itu, pedagang di Lokawisata Baturaden perlu diberikan penyuluhan terkait pengetahuan terkait higiene sanitasi makanan, disediakan wastafel beserta sabun, tempat sampah yang sesuai persyaratan, penyediaan fasilitas yang menunjang proses disinfeksi pada alat makan, menekankan proses pencucian alat makan dengan benar, menyediakan tempat penyimpanan alat makan yang terbebas dari kontaminan, menekankan para pedagang untuk membiasakan perilaku higiene yang sesuai persyaratan, serta melakukan pemantauan terus menerus agar kualitas makanan yang dijualkan tetap dalam kondisi yang baik. ......Food is one of the most important aspects of human life. However, diseases can also arise from the content that exists in the food. Tourist spot is one of the public places at risk as a place of contagence through the media one of which is food. This research aims to know the relationship between hygiene food sanitation and Eschericia coli contamination level on food at Lokawisata Baturaden. Research using cross sectional study design. The data used is the primary data consisting of laboratory test results of 42 food samples and interviews with 42 food handler using questionnaires. The results showed 95.2% were not eligible because it was contaminated by Eschericia coli. Bivariate analysis with t-test indicates there are significant differences between the contamination of Eschericia coli and the knowledge related to hygiene of food sanitation (p-value = 0.018), tableware sanitation (p-value = 0.015), and hygiene behaviour The Food handler (p-value = 0.032). Therefore, merchants in Lokawisata Baturaden need to be given counseling related knowledge related to hygiene of food sanitation, supplied washers with soap, suitable bins, provision of facilities that support the process disinfection of cutlery, properly emphasizing the feeding process of the cutlery, providing contaminant-free cutlery, emphasizing traders to familiarize themselves with the appropriate hygiene behaviors, as well as conduct continuous monitoring to keep the quality of the food in good condition.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Ayu Gitagayatri
Abstrak :
Protein pol termasuk dalam tiga gen signifikan yang mengkode protein struktural HIV-1. Namun, sebagian besar tes diagnostik HIV hanya melibatkan dua produk HIV yang signifikan yaitu, protein Env atau Gag, yang berarti bahwa sebagian besar tes diagnosa HIV dilakukan atau dikembangkan menggunakan antigen yang sama. Hal ini pada akhirnya dapat menghasilkan hasil positif palsu yang berulang jika ada antibodi yang bereaksi silang karena sebagian besar tes disiapkan hanya dengan antigen umum yang sama. Solusi untuk masalah ini adalah mengembangkan uji diagnostik alternatif yang berbeda menggunakan antigen utama lain, seperti protein Pol. Salah satu produk protein Pol, enzim Integrase, termasuk dalam salah satu protein imunogenik HIV, yang berarti dapat digunakan untuk meningkatkan spesifisitas tes diagnostik HIV. Menggunakan protein Pol Immunodominant 2 (Pol ID2), sebuah protein yang terdiri dari Integrase dan RNAse H, yang sudah dikembangkan sebelumnya menggunakan subtipe HIV-1 yang paling menonjol di Indonesia (HIV-1 CRF01_AR), penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang kondisi optimal untuk mengekspresikan protein rekombinan Pol ID2 dalam plasmid pQE-80L Escherichia coli (E. coli) dengan harapan dapat berkontribusi terhadap pengembangan dan peningkatan kemandirian tes diagnostik HIV-1 di Indonesia. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode desain studi eksperimental analitik. Dalam penelitian ini, protein rekombinan Pol Immunodominant 2 (ID2) dalam plasmid pQE-80L E. coli diekspresikan pada beberapa variabel media kultur, konsentrasi penginduksi, dan waktu induksi. Kultur ekspresi divisualisasikan menggunakan elektroforesis SDS PAGE dan didokumentasikan menggunakan mesin ImageQuant Las 4000. Meskipun tidak ada analisis statistik yang dilakukan, software analisis gel Image Lab 6.1 digunakan untuk menganalisis, mengukur, dan mendapatkan rasio kuantitas absolut dari konsentrasi protein pada setiap variabel. Hasil: Protein rekombinan Pol ID2 yang diperoleh dari HIV-1 subtipe CFR01_AE dapat diekspresikan secara optimal menggunakan media Terrific Broth dengan menggunakan 1mM Isopropil- beta-D-thiogalactopyranoside (IPTG) selama 3 jam induksi. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa plasmid pQE80L-Pol ID2 yang sebelumnya sudah dikembangkan di laboratorium PRVKP FKUI-RSCM dapat mengekspresikan protein rekombinan Pol ID2 dari HIV-1 subtipe CFR01_AR yang dikembangkan di bawah laboratorium yang sama. Protein dapat diekspresikan secara optimal dalam media kultur Terrific Broth menggunakan IPTG 1mM selama 3 jam induksi pada suhu 37oC. ......Background: Pol protein is included in the three significant genes that encode a structural protein of HIV-1. However, most HIV diagnostic tests involve only the two significant HIV products, Env or Gag protein, which means that most manufacturers use the same antigen sequence to develop these tests. This may eventually result in repetitive false-positive results if there is any cross-reacting antibody since the test is prepared only with the same common antigens. A solution to this problem is developing a different alternative diagnostic assay using a different major antigen such as Pol genes. One of the Pol gene products, viral enzyme integrase, is included in one of the immunogenic proteins of HIV, meaning that it may be used to improve the specificity of HIV diagnostic assays. Using a previously generated Pol Immunodominant 2 (Pol ID2) protein, comprised of Integrase and RNAseH, obtained from the most prominent HIV-1 subtype in Indonesia (HIV-1 CRF01_AR), this research aims to gain knowledge regarding the optimal conditions to express Pol ID2 recombinant protein in pQE-80L plasmid of Escherichia coli (E. coli) in hopes to contribute towards the development and self-reliance of HIV-1 diagnostic tests in Indonesia. Experimental, analytical study design was used for this research. The Recombinant Pol Immunodominant 2 (ID2) protein in the pQE-80L plasmid of E. coli was expressed under several variables of culture media, inducer concentration, and induction time. The expression culture was visualized using SDS PAGE and documented using ImageQuant Las 4000 machine. Although no statistical analysis was done, Image Lab 6.1 gel analysis software was used to analyze, quantify, and obtain the absolute quantity ratio of protein concentration of each variable. Result: Pol ID2 recombinant protein obtained from HIV-1 subtype CFR01_AE are optimally expressed using Terrific Broth media using 1mM Isopropyl-beta-D-hiogalactopyranoside (IPTG) for 3 hours of induction. Conclusion: It could be concluded that pQE80L-Pol ID2 plasmid previously developed in IHVCB FMUI-RSCM Laboratory can express Pol ID2 recombinant protein from HIV-1 subtype CFR01_AR that is constructed under the same laboratory. The protein expression is optimized in Terrific Broth culture media using 1mM IPTG inducer for 3 hours of induction in 37oC.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Proton Exchange Membran Microbial Fuel Cell (PEMMFC) adalah seperangkat alat yang memanfaatkan jasa mikroba sebagai katalis dalam mengoksidasi senyawa organik dan anorganik untuk menghasilkan arus listrik. Mikroba dapat digunakan untuk memproduksi listrik karena dalam metabolisme selnya melibatkan proses transfer elektron. Dengan adanya mediator yang berperan melakukan penetrasi ke dalam membran plasma mikroba, lalu mengambil elektron dari rantai transfer elektron mikroba tersebut dan membawanya menuju ke permukaan elektroda maka akan dihasilkan aliran listrik. Dalam proses metabolismenya Pseudomonas aureginosa secara alami menghasilkan senyawa pyosianin yang dapat berperan sebagai mediator transfer elektron bagi dirinya sendiri dan bakteri lain (Escherecia coli) untuk memproduksi listrik dalam PEMMFC, sehingga pada PEMMFC menggunakan kultur campuran Pseudomonas aureginosa dan Escherecia coli tidak diperlukan lagi penambahan mediator dari luar sistem. Uji cyclic voltametry terhadap pyosianin hasil ekstraksi menunjukkan potensial oksidasi -0,08 mV dan potensial reduksi pada -0.16 mV yang menandakan pyosianin bersifat elektroaktif reversibel, sedangkan uji aktivitas antimikroba terhadap pyosianin hasil ekstraksi dan pyosianin yang dihasilkan di kompartemen anoda hanya sedikit sekali menghambat pertumbuhan E. coli. Produksi listrik rata-rata pada metode 1 menggunakan medium LB sekitar 8,21 A ; 272,3 mV, sementara dengan metode 2 sekitar 4,53 A; 242,5 mV. Produksi listrik pada metode 1 menggunakan medium PB (untuk P. aureginosa) dan LB (untuk E. coli) sekitar 9,83 A; 254,6 mV, sementara dengan metode 2 sekitar 9,72 μA ; 236,6 mV. Penambahan substrat glukosa pada saat terjadi penurunan arus dan voltase pada metode 2 menggunakan medium PB (untuk P. aureginosa) dan LB (untuk E. coli), meningkatkan produksi arus rata-rata dari 9,72 A menjadi 14,76 A dan voltase dari 236,6 mV menjadi 290,8 mV.
Universitas Indonesia, 2007
S30636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Caesar Raja Mandala
Abstrak :
Pengemasan makanan penting dari produk makanan untuk melindungi kualitas makanan dan keamanan dari produk makanan. Material pembungkus makanan dengan ketahanan tarik, ketahanan panas, biodegradable, dan memiliki sifat antibakteri diperlukan untuk keamanan makanan dan memperpanjang waktu penyimpanan, terutama dari kontaminasi makanan akibat bakteri patogen makanan. Kini, plastik berbahan dasar minyak bumi digunakan dalam industri pengemasan makanan. Plastik ini sulit didegradasi sehingga menyebabkan masalah lingkungan yang serius. Oleh karena itu, plastik biodegradable dengan penambahan senyawa antibakteri dibutuhkan. PVA/pati crosslink sering digunakan sebagai material pengemasan makanan karena harganya murah, biodegradable, dan memiliki sifat mekanik yang baik. Daun kelor mudah dicari, harganya murah, dan memiliki sifat antibakteri yang baik. Inilah yang menyebabkan daun kelor sebagai kandidat yang baik sebagai senyawa antibakteri pada bioplastik. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat bioplastik Poli(vinil alkohol) (PVA)/pati ter-crosslink dengan penambahan senyawa antibakteri dari ekstrak daun kelor. Bioplastik PVA/pati crosslink dibuat dengan terlebih dahulu daun kelor yang telah dicuci bersih dimaserasi, dikeringkan dan digerus hingga berukuran kecil dengan pelarut metanol, setelah itu ekstrak kemudian dipisahkan dengan pelarut etil asetat. Setelah dipisahkan, fasa organik dan fasa air dari ekstrak daun kelor diambil, lalu masing-masing diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1:20 dan 2:20 (v/v), kemudian dibuat menjadi bioplastik dengan reaksi crosslink antara PVA dengan pati. Senyawa bioplastik yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan instrumen FTIR, TGA, SEM, dan uji antibakteri terhadap bakteri Staphlyococcus aureus dan Escherichia coli. Bioplastik dengan ketahanan panas terbaik ialah bioplastik PVA/pati dengan ekstrak daun kelor pada fasa air dengan pengenceran 2:20, dengan ketahanan panas hingga suhu 190oC.
Food packaging is an essential part of food products to protect food quality and safety of food products. Food packaging materials with sufficient thermal stability, mechanical strength, and antibacterial properties is necessary for food safety and extending the shelf life of packaged foods, especially from food contamination by foodborne pathogens. Currently, petroleum-based plastics used to the food packaging industry. However, this kind of plastic is non-degradable and can cause a more serious environmental problem. Therefore, biodegradable plastic with the addition of antibacterial is needed. PVA/starch crosslinked bioplastic is commonly used as a food packaging material because its cheap, biodegradable and have excellent mechanical properties. Kelor (Moringa oleifera) leaf has an antibacterial ability due to its active compounds such as tannin and flavonoid. Kelor leaf is also cheap and easy to find in Indonesia, making it a right candidate for an antibacterial compound for food plastics. Hence, in this research, we made bioplastic PVA/starch crosslink with the addition of antibacterial compound from kelor leaf. Bioplastic PVA/starch crosslink made by maceration of kelor leaf with methanol solvent, then the product separated by extraction with a mixture of ethyl acetate concentrated and water solvent. After being separated, water and organic phase of each extract were diluted by distilled water with concentration 1:20 and 2:20 (v/v), and each concentration was made bioplastic by cross-linking poly(vinyl alcohol) and starch. Each plastic product was characterized by FTIR, SEM, and antibacterial test with S.aureus and E.coli. The best heat-resistant bioplastic was PVA/starch bioplastic with Kelor leaf extract in the water phase with a dilution of 2:20, which has heat resistance up to 190oC.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library