Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johnna Angela Khoman
"Latar Belakang: Estimasi usia merupakan bagian dari proses identifikasi individu, baik dalam keadaan hidup maupun mati. Gigi dapat digunakan untuk membantu estimasi usia kronologis seseorang antara lain dengan metode Tooth Coronal Index (TCI).
Tujuan: Mengetahui korelasi antara TCI gigi insisivus, caninus, premolar, dan molar rahang atas dengan usia kronologis populasi Indonesia rentang 16 - 70 tahun.
Metode: Pengukuran tinggi koronal pulpa (CPCH) dan panjang mahkota (CL) dilakukan terhadap 116 radiograf periapikal, kemudian dilakukan perhitunganindeks koronal gigi (TCI). Indeks yang diperoleh dianalisis secara statistik sehingga dapat diketahui korelasinya terhadap usia.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada rerata TCI gigi insisivus, caninus, premolar, dan molar rahang atas antar kelompok usia (p<0,05). Dihasilkan empat persamaan regresi yang dapat digunakan untuk estimasi usia: Usia = 78,011 - 1,102TCII(r = -0,916 dengan SEE 5,25 tahun); Usia = 82,471 - 1,184TCIC(r = - 0,923 dengan SEE 5,03 tahun); Usia = 95,659-1,686TCIP(r = -0,964 dengan SEE 3,51 tahun);Usia = 91,606 - 1,532 TCIM(r = -0,912 dengan SEE 5,38 tahun).
Kesimpulan: Adanya korelasi negatif yang sangat kuat antara TCI dan usia kronologis dimana korelasi tertinggi dijumpai pada gigi premolar dan terendah pada gigi molar, mengindikasikan bahwa metode TCI dapat digunakan untuk estimasi usia.

Background: Age estimation is a part of human identification process for both deceased and living individuals. Tooth can be used to help estimate individual's chronological age.
Aim: To determine the correlation between the Tooth Coronal Index (TCI) of the upper jaw’s incisive, canine, premolar, and molar; and the chronological age of 16 - 70 years old in Indonesian population.
Method: The measurements of coronal pulp cavity height (CPCH) and coronal length (CL) were performed on 116 periapical radiographs, and the TCIs were calculated and analyzed statistically.
Results: The TCI mean of the incisive, canine, premolar, and molar upper jaw showed significant differences among age group (p<0.05). Regression analysis produced four equations, which can be used for age estimation; Age =78,011 - 1,102TCII(r = -0,916 with 5,25year SEE); Age = 82,471 - 1,184TCIC(r = -0,923 with 5,03 year SEE); Age = 95,659-1,686TCIP(r = -0,964 with 3,51 year SEE);Age = 91,606 - 1,532 TCIM(r = -0,912 with 5,38 year SEE).
Conclusion: A very strong negative correlation between TCI and chronological age showed that TCI method can be used for age estimation, where the highest correlation was found in premolar tooth and the lowest in molar tooth.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Razaan Azra Gunawan
"Dalam konteks estimasi usia gigisebagai metode non-invasif untuk determinasi usia kronologis pasien, teknik orthopantomography (OPG) telah luas diaplikasikan meski menghadapi kendala seperti biaya tinggi dan eksposur radiasi. Merespons limitasi pendekatan konvensional, paradigma machine learning dan deep learning kini dioptimalkan untuk mengidentifikasi pola intrinsik pada data pencitraan medis kompleks. Penelitian ini bertujuan mengembangkan algoritma YOLOv8 untuk meningkatkan akurasi estimasi usia gigi, menggunakan dataset dari RSGMP Universitas Airlangga dengan subjek pediatrik 5—15 tahun. Dataset dimodifikasi menjadi tiga variasi: tanpa augmentasi, augmentasi tiga kali per sampel, dan augmentasi lima kali per sampel. Hasil optimal dicapai oleh variasi ketiga dengan augmentasi lima kali per sampel, mendemonstrasikan akurasi 60% dan F1-Score 61,05%, mengindikasikan potensi signifikan teknik augmentasi data dalam meningkatkan kinerja algoritma deep learning untuk estimasi usia gigi.

In the context of dental age estimation as a non-invasive method for determining patients' chronological age, orthopantomography (OPG) techniques have been widely applied despite facing challenges such as high costs and radiation exposure. Responding to the limitations of conventional approaches, machine learning and deep learning paradigms are now being optimized to identify intrinsic patterns in complex medical imaging data. This research aims to develop the YOLOv8 algorithm to improve the accuracy of dental age estimation, using a dataset from the Dental and Oral Hospital of Airlangga University with pediatric subjects aged 5-15 years. The dataset was modified into three variations: without augmentation, triplet augmentation, and quintuplet augmentation per sample. Optimal results were achieved by the third variation with quintuplet augmentation, demonstrating 60% accuracy and 61.05% F1-Score, indicating significant potential for data augmentation techniques in enhancing the performance of deep learning algorithms for dental age estimation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devia Tasya Rachmadiani
"Latar Belakang: Tulang mandibula merupakan tulang terkuat pada tengkorak yang mengalami perubahan sesuai usia. Pengukuran mandibula banyak dijadikan parameter terkait tumbuh kembang yang bermanfaat untuk berbagai bidang ilmu kedokteran gigi termasuk ortodonsi dan forensik.
Tujuan: Mengetahui nilai pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik sebagai data dasar untuk estimasi usia rentang 14-35 tahun dan 50-70 tahun.
Metode: Pengukuran parameter mandibula pada 200 sampel radiograf panoramik digital usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun.
Hasil: Pengukuran parameter mandibula terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik, namun cenderung mengalami peningkatan atau penurunan sesuai perubahan usia.
Kesimpulan: Pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik usia 14-35 tahun dan 50-70 belum dapat digunakan sebagai data dasar untuk estimasi usia.

Background: Mandible is the strongest bone in skull and experience change with age. Mandibular parameters measurements are often used in relation with growth and development that are useful in dentistry including in orthodontics and forensic dentistry.
Objective: To obtain the mandibular parameters value through panoramic radiograph as basic data in age estimation of 14 35 and 50 70 years old subjects.
Method: Measurement of mandibular parameters on digital panoramic radiograph of 200 subjects at age 14 35 years and 50 70 years old.
Results: The measurement of mandibular parameters are not statistically significant but tend to change according to age.
Conclusion: Measurement of mandibular parameters in panoramic radiograph cannot be used as basic data for age estimation in 14 35 years old and 50 70 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Layli Pinaringaning Gusti
"Latar Belakang: Estimasi usia penting dilakukan sebagai pembuktian hukum dalam kasus criminal contohnya pemalsuan identitas, pernikahan, dan lain lain. Tooth Coronal Index Khoman (2015) merupakan metode estimasi usia yang sederhana dan dapat diterapkan pada gigi insisivus, kaninus, premolar, dan molar. Namun, metode ini perlu dibandingkan dengan metode Nolla yang telah teruji keakuratannya di dunia.
Tujuan: Membandingkan hasil estimasi usia menggunakan metode TCI Khoman pada gigi insisivus, kaninus, premolar, dan molar dengan metode Nolla pada rentang usia 8-17 tahun.
Metode: Perbandingan hasil estimasi usia menggunakan metode TCI Khoman dengan metode Nolla pada 83 sampel radiograf panoramik.
Hasil: Rumus TCI Khoman dapat menggunakan radiograf periapikal maupun panoramik. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara hasil estimasi usia pada laki-laki dan perempuan. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara hasil estimasi usia menggunakan TCI Khoman dengan metode Nolla pada gigi insisivus, premolar, dan molar namun terdapat perbedaan bermakna pada gigi kaninus.
Kesimpulan: Metode: Tooth Coronal Index Khoman pada gigi insisivus, premolar, dan molar serta metode Nolla dapat digunakan untuk estimasi usia individu rentang usia 8-17 tahun. Sedangkan metode TCI Khoman pada gigi kaninus tidak dapat digunakan untuk estimasi usia individu rentang usia 8-17 tahun.

Background: Age estimation has become increasingly important in living people for a variety of reasons, including identifying criminal and legal responsibility, marriage, etc. Khoman Tooth Coronal Index method are simple, non-destructive, and can be applied to incisives, canines, premolars, and molars. However, this method needs to be proven its validity in Indonesia with Nolla method.
Objective: To analyse the validity of Khoman Tooth Coronal Index formula on incisivus, canine, premolar, and molar compared to the Nolla method on the age of 8-17 year.
Methods: Comparing the age estimation using Khoman TCI method and Nolla method of the 83 samples of panoramic radiograph.
Result: Khoman TCI can be use on both periapical and panoramic radiograph. There was no significant difference between age estimation of Khoman TCI method using incisives, premolars, and molars and Nolla Method but there was a significant difference between TCI method using canines.
Conclusion: Khoman TCI method using insisives, premolar, molar and Nolla method can be used for age estimation of the age of 8-17 years in Indonesia, except Khoman TCI method using canines.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larissa Permata Shany
"Latar belakang : Estimasi usia merupakan salah satu upaya yang penting dilakukan dalam identifikasi individu hidup maupun individu mati. Usia 8-16 tahun merupakan usia kritis yang sering berkaitan dengan masalah hukum di Indonesia yang memerlukan pembuktian usia sehingga diperlukan metode yang akurat untuk mengestimasi usia tersebut. Rumus TCI-Khoman merupakan salah satu metode estimasi usia berdasarkandi Indonesia namun belum pernah diuji keakuratannya. Untuk itu dilakukan uji perbandingan estimasi usia dengan metode Demirjian berdasarkan tahapan kalsifikasi gigi geligi karena metode ini telah dibuktikan dapat diterapkan di Indonesia.
Tujuan: Menganalisis ketepatan metode estimasi usia menggunakan rumus TCI-Khoman pada gigi insisivus, kaninus, premolar, dan molar dibandingkan dengan metode Demirjian dalam rentang usia 8-16 tahun di Indonesia.
Metode penelitian: Estimasi usia 8-16 tahun dilakukan menggunakan rumus TCIKhoman pada gigi insisivus, kaninus, premolar, dan molar kemudian dibandingkan dengan estimasi usia menggunakan metode Demirjian.
Hasil: Hasil estimasi usia menggunakan rumus TCI-Khoman pada gigi insisivus, premolar, dan molar tidak memiliki perbedaan bermakna dengan metode Demirjian (p>0.05), namun hasil estimasi usia menggunakan rumus TCI-Khoman pada gigi kaninus memiliki perbedaan bermakna dengan metode Demirjian (p<0.05). Hasil estimasi usia rentang 8-16 tahun menggunakan metode Demirjian cenderung mendekati usia kronologis dengan SE 0,658, diikuti metode TCI-Khoman pada gigi premolar dengan SEE 0,893, metode TCIKhoman pada gigi insisivus dengan SEE 1,117, metode TCI-Khoman pada gigi molar dengan SEE 1,579, dan metode TCI-Khoman pada gigi kaninus sebesar 1,707.
Kesimpulan : Hasil estimasi usia 8-16 tahun menggunakan metode TCI-Khoman tidak memiliki perbedaan bermakna dengan metode Demirjian, kecuali pada gigi kaninus. Hasil estimasi usia 8-16 tahun menggunakan rumus TCI-Khoman mendekati usia kronologis dengan SEE terbesar terdapat pada gigi kaninus dan SEE terkecil terdapat pada gigi premolar.

Background : Age 8-16 is a critical age that often related with legal issues in Indonesia, so that an accurate method is needed to estimate the age in order to help legal process can run as fairly as possible according to their age group. Khoman (2015) found an age estimation formula for Indonesian population based on the analysis of Tooth Coronal Index (TCI) using radiographic of the teeth. The accuracy of TCI-Khoman formula need to be test with other age estimation methods. The Demirjians method is used as a comparison method because in previous studies it has been proven to be the one of age eestimation methods that can be used in Indonesia.
Objective: To analyze the accuracy of the age estimation method using the TCI-Khoman formula in incisors, canines, premolars, and molar teeth compared to the Demirjian method in the 8-16 years age range in Indonesia.
Methodology: Age estimation age 8-16 years were performed using the Tooth Coronal Index (TCI)-Khoman formula in incisors, canines, premolars, and molar teeth and then compared with age estimates using the Demirjians method.
Results: Age estimation using TCI-Khomans formula on incisors, premolars, and molar teeth did not have a significant difference with the result of Demirjians method canine teeth had significan differences with the result of Demirjians method (p< 0.05). Age estimastion 8-16 years using the Demirjians method gives results that are close to the chronological age with SEE 0,658, followed by the TCI-Khomans formula on the premolar teeth with SEE 0,893, insisivus teeth with SEE 1,117, molar teeth with SEE 1,579, and caninus teeth with SEE 1,707.
Conclusion: Age estimation 8-16 years old using TCI-Khomans formula did not have a significant difference with the result of Demirjians method except on canine teeth. Age estimation 8-16 years old using the TCI-Khomans formula gives results that are close to chronological age with the biggest SEE found in canine teeth and the smallest SEE is found in premolar teeth.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Ariefah Santri
"Latar Belakang: Estimasi usia secara radiografis merupakan prosedur yang penting
dan bersifat noninvasif untuk mengidentifikasi individu pada bencana massal maupun
kondisi yang membutuhkan pembuktian hukum. Metode atlas dan metode skoring
adalah metode estimasi usia secara radiografis yang dapat digunakan pada rentang usia
5-17 tahun. Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Populasi Indonesia merupakan
metode atlas yang baru dikembangkan di Indonesia. Sedangkan metode Nolla
merupakan metode skoring yang umum digunakan secara global. Tujuan: Untuk
mengetahui perbandingan estimasi usia 5-17 tahun antara Atlas Pertumbuhan
Perkembangan Gigi Populasi Indonesia dan Metode Nolla pada radiograf panoramik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional (potong lintang) yang
didahului uji reliabilitas oleh 2 orang. Penelitian ini membandingkan hasil estimasi usia
antara Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Populasi Indonesia dan metode Nolla
menggunakan 97 sampel radiograf panoramik digital dari rekam medik pasien berusia
5-17 tahun di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut FKG UI. Hasil: Hasil uji komparatif
Wilcoxon menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik (nilai p = 0,192)
antara usia kronologis dan estimasi usia menggunakan Atlas Pertumbuhan dan
Perkembangan Gigi Populasi Indonesia, sedangkan pada estimasi usia menggunakan
metode Nolla terdapat perbedaan bermakna secara statistik (nilai p = 0,000). Secara
berurutan mean 95% CI usia kronologis 10,48 (9,78 - 11,19), estimasi usia menggunakan
Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Populasi Indonesia 10,40 (9,70 - 11,10),
dan estimasi usia menggunakan metode Nolla 9,64 (9,01 - 10,27). Selisih estimasi usia
Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Populasi Indonesia terhadap usia
kronologis adalah 0,08 - 0,09 tahun lebih rendah. Sedangkan selisih metode Nolla
terhadap usia kronologis 5-17 tahun adalah 0,77 - 0,92 tahun lebih rendah. Kesimpulan:
Penggunaan Atlas Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Populasi Indonesia lebih
disarankan karena menggunakan tahapan yang lebih sederhana dan selisihnya terhadap
usia kronologis lebih kecil dibandingkan dengan metode Nolla.

Background: Age estimation using radiograph is an important and non-invasive way to
identify a person in mass disasters or legal procedures. The radiographic methods that
can be used at age 5-17 years are atlas method and scoring method. The Atlas of Dental
Development in the Indonesian Population is a newly developed atlas method in
Indonesia. While the Nolla method is a globally used scoring method. Objective: To
compare the estimated age of 5-17 years between the Atlas of Dental Development in
the Indonesian Population and Nolla Method on panoramic radiographs. Methods: This
study is a cross-sectional study that is preceded by reliability test between two
observers. It compares estimated age between the Atlas of Dental Development in the
Indonesian Population and Nolla method using 97 samples of digital panoramic
radiographs from medical records of patients aged 5-17 years at Rumah Sakit Gigi dan
Mulut FKG UI. Results: Wilcoxon comparative test showed no statistically significant
difference (p-value = 0.192) between chronological age and estimated age using the
Atlas of Dental Development in the Indonesian Population, while in Nolla method there
is a statistically significant difference (p-value = 0.000). Mean 95% CI in chronological
age, estimated age of Atlas of Dental Development in the Indonesian Population, and
estimated age of Nolla method are [9,78 - 11,19], [9,70 - 11,10], and [9,01 - 10,27]
respectively. The difference between the estimated age of the Atlas of Dental
Development in the Indonesian Population and chronological age is 0.08 - 0.09 years
lower. Meanwhile, the difference between the Nolla method and the chronological age
is 0.77 - 0.92 years lower. Conclusion: The use of the Atlas of Dental Development in
the Indonesian Population is recommended because it allows more accurate age
estimates than Nolla's method
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Melati Suciyanie
"Latar Belakang: Identifikasi manusia yang hidup dan mati sangat penting dalam odontologi forensik. Beberapa prosedur untuk estimasi usia dewasa saat kematian yang banyak digunakan adalah metode morfohistologis, yaitu Tooth Cementum Annulation (TCA) dan Root Dentin Translucency (RDT). Namun, masih sedikit penelitian yang membandingkan kedua metode tersebut dan akurasinya dalam memperkirakan usia dewasa saat kematian. Tujuan: Untuk menguji dan membandingkan akurasi antara metode TCA dan RDT. Metode: Pencarian data dilakukan melalui lima database elektronik: Pubmed, SCOPUS, EBSCO, ScienceDirect, dan Wiley, dengan mengikuti pedoman dari Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Dari total 1178 studi, 28 studi diikutsertakan untuk analisis kualitatif dan 23 studi untuk meta-analisis. Metode RDT menghasilkan metode yang lebih akurat untuk memperkirakan usia kematian orang dewasa (WMD=1,96 tahun; 95% CI: -0,88, 4,79) pada seluruh populasi. Metode RDT memberikan akurasi yang lebih baik pada dewasa tua (WMD=1,74 tahun; 95% CI: -2,33, 5,82). Namun, pada kelompok usia dewasa muda dan menengah, akurasi lebih baik pada metode TCA. Perempuan memberikan akurasi yang lebih baik daripada laki-laki pada metode TCA. Kedua metode memberikan korelasi yang cukup kuat terhadap usia kronologis, tetapi metode TCA sedikit lebih reliabel dan berkorelasi lebih kuat dengan usia kronologis. Kesimpulan: Metode RDT lebih akurat dibandingkan dengan metode TCA pada seluruh populasi. Direkomendasikan untuk menggunakan metode TCA untuk dewasa muda dan menengah (15-44 tahun) serta metode RDT untuk dewasa tua (≥45 tahun).

Background: Identification of the living and the dead is essential in routine forensic dental examinations. Several procedures for age-at-death estimation in adults have been introduced, including Tooth Cementum Annulation (TCA) and Root Dentin Translucency (RDT) methods that are frequently used. There are still few studies that compared both methods and their accuracy in estimating adult age at death. Aim: This study aims to test and compare the accuracy between the TCA and RDT methods. Methods: Data searches were carried out through five electronic databases: Pubmed, Scopus, Ebsco, ScienceDirect, and Wiley, following the guidelines of Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Results: Out of the total 1178 literature, 28 studies were recruited for qualitative analysis and 23 studies for meta-analysis. RDT produces a more accurate method to estimate age at death for adults (WMD=1.96 years; 95% CI: -0.88, 4.79) in the entire population. The RDT method gave better accuracy in older adults (WMD=1.74 years; 95% CI: -2.33, 5.82). However, in younger adults, the accuracy is better with the TCA method. Furthermore, females give a superior accuracy than males in the TCA age estimation. Both methods give a strong enough correlation to chronological age, but TCA method is slightly more reliable and correlated stronger with chronological age at death. Conclusion: The RDT age estimation is more accurate than the TCA method in the entire population. It is recommended to use the TCA method for younger adults (15-44 years) and the RDT method for the older ones (≥45 years)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angel Natania Hidayat
"Latar belakang: Destruksi yang parah pada individu dalam bencana membuat identifikasi dan pemeriksaan sulit. Estimasi usia dental adalah salah satu cara untuk identifikasi individual. Estimasi usia pada orang dewasa cukup sulit karena proses penuaan yang terkait usia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Metode Kvaal dan Cameriere adalah metode radiografi pemeriksaan pulpa untuk estimasi usia dewasa. Tujuan: Mengetahui penelitian terbaru terkait metode Kvaal dan Cameriere serta penilaian akurasi untuk kedua metode. Metode: Pencarian dilakukan melalui database seperti Scielo, PubMed, EBSCO, Scopus, Science direct, dan Wiley Online Library. Pencarian menggunakan panduan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analysis (PRISMA). Hasil: Pencarian menghasilkan 1190 studi dimana 39 studi memenuhi kriteria untuk diinklusikan. Studi dari 12 populasi dengan 7510 sampel individu ditemukan. Underestimasi ditemukan dengan metode Kvaal (-2.95 tahun, 95% CI) dan overestimasi ditemukan dengan metode Cameriere (0.89 tahun, 95% CI) pada metaanalisis ini. Metode Cameriere menghasilkan beda rerata dan kesalahan standar estimasi yang lebih rendah dibandingkan metode Kvaal. Kesimpulan: Metode Kvaal dan Cameriere dapat digunakan sebagai metode pendukung untuk estimasi usia dewasa melalui formula spesifik populasi. Metode Cameriere menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan metode Kvaal.

Background: Significant destruction of human remains in disasters lead to a challenging examination and identification. Dental age estimation is one of the ways to identify individuals. Age estimation in adults has been a challenge as the changes related to the aging process are affected by numerous factors. Kvaal and Cameriere method are the pulp assessment radiological method to estimate adult age. Aim: To summarize the recent research using Kvaal and Cameriere method as pulp assessment methods and to assess the accuracy of the Kvaal and Cameriere method. Method: Searches were conducted through databases including Scielo, PubMed, EBSCO, Scopus, Science direct, and Wiley Online Library. The searches were performed using the guidelines of Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analysis (PRISMA). Results: The search resulted in 1190 studies in which 39 studies were eligible to be included in the studies. Research from 12 populations were found with a total of 7510 individual samples. Underestimation was found using the Kvaal method (-2.95 years, 95% CI) and overestimation was found using Cameriere method (0.89 years, 95% CI) in this meta-analysis. The Cameriere method
presented lower mean difference and Standard Error of Estimation (S.E.E) compared to the
Kvaal method. Conclusion: The Cameriere method and Kvaal method as pulp assessment
radiological methods can be used as an adjunctive method to estimate adult age through population specific equation. Cameriere method showed better result in this study
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mangunsong, Yovania Adriel Roberta
"Latar Belakang: Indonesia sebagai daerah rawan bencana perlu mengidentifikasi jenazah tak dikenal. Selain itu, metode dalam identifikasi individu juga dapat membantu dalam mengidentifikasi korban dan tersangka pelaku tindak pidana, seperti menilai apakah individu tersebut adalah anak-anak atau orang dewasa. Estimasi usia penting untuk identifikasi individu dan metode radiografis dental adalah salah satu metode yang paling dapat diandalkan dalam estimasi usia. Cameriere mengembangkan persamaan regresi berdasarkan third molar maturity index (I3M) dan kemudian dimodifikasi oleh Balla pada tahun 2019 untuk mendapatkan persamaan regresi yang spesifik pada populasi India. Metode ini memiliki akurasi tinggi dan aplikasi sederhana, namun belum ada literatur mengenai persamaan regresi I3M di populasi Indonesia.
Tujuan: Menganalisis penerapan metode I3M modifikasi Cameriere untuk estimasi usia rentang 7 – 22 tahun pada populasi perempuan Indonesia.
Metode: Pada studi ini, terdapat 128 sampel radiograf panoramik perempuan yang berusia 7 – 22 tahun. Pengukuran lebar apeks terbuka dan panjang gigi dilakukan pada gigi molar ketiga rahang bawah dan dimasukkan ke dalam rumus perhitungan nilai I3M. Estimasi usia juga dilakukan dengan menggunakan atlas AlQahtani (2010). Nilai I3M yang didapatkan dianalisis untuk membentuk persamaan. Hasil estimasi usia dengan I3M Modifikasi pada Penelitian Ini dibandingkan dengan persamaan regresi I3M modifikasi oleh Balla (2019) dan atlas AlQahtani (2010).
Hasil: Persamaan regresi I3M modifikasi pada penelitian ini dibuat dengan analisis regresi kubik. Nilai I3M yang digunakan adalah nilai I3M gigi 38, dengan hasil uji beda nilai I3M gigi 38 dan 48 yang tidak berbeda bermakna. Hasil perbandingan antara hasil estimasi usia menggunakan persamaan regresi I3M modifikasi pada penelitian ini dengan usia kronologis menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna. Jika dibandingkan dengan hasil estimasi usia dengan metode I3M Balla (2019) dan atlas AlQahtani (2010), hasil estimasi usia atlas AlQahtani (2010) menunjukkan hasil yang paling mendekati usia kronologis, diikuti persamaan regresi I3M modifikasi pada penelitian ini, dan persamaan regresi I3M modifikasi oleh Balla (2019).
Kesimpulan: Estimasi usia dengan metode persamaan regresi third molar maturity index (I3M) modifikasi pada penelitian ini memberikan hasil estimasi usia yang baik pada rentang usia 7 – 22 tahun pada populasi perempuan Indonesia, sehingga metode ini dapat digunakan untuk estimasi usia, namun jika dibandingkan dengan atlas AlQahtani (2010), metode atlas ini memberikan hasil estimasi yang lebih baik daripada hasil estimasi usia dengan persamaan regresi I3M modifikasi pada penelitian ini. Persamaan regresi yang spesifik terhadap suatu populasi tertentu memberikan hasil estimasi usia yang lebih baik.

Background: Indonesia as one of the most disaster-prone regions in the world aims to ensure that the rights of victims are fulfilled by identifying unidentified bodies that are often found after mass disasters. In addition to that, methods in personal identification can also assist in identifying victims and suspected perpetrators in criminal acts, such as assessing whether the individual is a child or an adult. Age estimation is important for personal identification and dental radiographic methods are one of the most reliable method in age estimation. Cameriere developed a regression equation based on third molar maturity index (I3M) and then modified by Balla in 2019 to obtain an equation specific to Indian population. This method has high accuracy and simple application, but there is not yet any literature on the I3M regression equation for the Indonesian population.
Objective: To analyze the applicability of modified Cameriere third molar maturity index method in age estimation for individuals aged 7 – 22 years old in Indonesian population. 
Method: This study included 128 panoramic radiographs of females aged 7 – 22 years old. The width of open apex and tooth length was assessed on the mandibular third molars and calculated into I3M value. Age estimation was also done using AlQahtani atlas. The I3M value obtained was analyzed to form a regression equation. The estimated age from I3M regression equation in this study was compared to the I3M regression equation by Balla (2019) and AlQahtani atlas. 
Result : The I3M regression equation in this study was made using cubic regression analysis. The I3M value used is the I3M value for teeth 38, with the results of the Wilcoxon test between the I3M values for teeth 38 and 48 were not significantly different. The results of the comparison between the results of the estimated age using the I3M regression equation in this study and chronological age showed no significant differences overall. When compared with the estimated age from I3M method by Balla (2019) and the AlQahtani atlas, the estimated age from AlQahtani atlas show the results that are closest to the chronological age, followed by the I3M method in this study, and the I3M method by Balla (2019). 
Conclusion: Age estimation using the third molar maturity index (I3M) regression equation method from this study as a Cameriere modification gives good age estimation results for individuals aged 7 – 22 years in the Indonesian female population, so this method can be used to estimate age, but when compared with AlQahtani's atlas, this atlas method provides a better estimate than the estimated age from the I 3M regression equation in this study. Population-specific regression equation gives a better estimated age.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Adelia Armando
"Latar Belakang: Estimasi usia dalam kedokteran gigi forensik memiliki peran penting dalam identifikasi individu dan penentuan status hukum seseorang. Metode estimasi usia menggunakan rasio panjang dan lebar pulpa (PL/W) pada gigi insisif lateral maksila melalui radiograf panoramik digital telah dikembangkan, namun akurasinya pada berbagai kelompok usia masih perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara rasio PL/W dengan usia kronologis, validitas persamaan regresi yang dihasilkan, dan akurasi metode PL/W pada berbagai kelompok usia dalam estimasi usia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akurasi metode estimasi usia kronologis menggunakan rasio panjang dan lebar pulpa (PL/W) pada insisif lateral maksila melalui radiograf panoramik pada berbagai kelompok usia. Metode Penelitian: Penelitian cross-sectional dilakukan pada 125 subjek (75 laki-laki, 50 perempuan) berusia 18-60 tahun menggunakan radiograf panoramik digital. Pengukuran panjang pulpa (PL) dan lebar pulpa (W) dilakukan pada insisif lateral maksila menggunakan software NOVApacs dan i-Dixel. Analisis statistik meliputi uji reliabilitas, korelasi, regresi linear, dan validasi model. Hasil Penelitian: Metode rasio PL/W menunjukkan korelasi positif yang kuat dengan usia kronologis. Model regresi menunjukkan tingkat akurasi yang moderat, dengan hasil terbaik pada kelompok usia 30-39 tahun. Estimasi usia pada kelompok perempuan lebih akurat dibandingkan laki-laki. Kesimpulan: Metode rasio PL/W pada insisif lateral maksila dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk estimasi usia pada populasi Indonesia, dengan akurasi terbaik pada kelompok usia 30-39 tahun. Namun, diperlukan penelitian lanjutan dengan distribusi sampel yang lebih seimbang untuk validasi lebih lanjut.

Background: Age estimation in forensic dentistry plays a crucial role in individual identification and legal status determination. The age estimation method using pulp length and width ratio (PL/W) on maxillary lateral incisors through digital panoramic radiographs has been developed; however, its accuracy across different age groups requires further investigation. This study aimed to analyze the correlation between PL/W ratio and chronological age, the validity of the resulting regression equation, and the accuracy of the PL/W method across different age groups in age estimation. Objective: This study aimed to analyze the accuracy of chronological age estimation using pulp length and width ratio (PL/W) on maxillary lateral incisors through panoramic radiographs across different age groups. Methods: A cross-sectional study was conducted on 125 subjects (75 males, 50 females) aged 18-60 years using digital panoramic radiographs. Pulp length (PL) and width (W) measurements were performed on maxillary lateral incisors using NOVApacs and i-Dixel software. Statistical analysis included reliability testing, correlation, linear regression, and model validation. Results: The PL/W ratio method showed a strong positive correlation with chronological age. The regression model demonstrated a moderate predictive capability, with better accuracy in the 30-39 age group. Females had a lower estimation error compared to males. Conclusion: The PL/W ratio method on maxillary lateral incisors can be used as an alternative method for age estimation in the Indonesian population, with the best accuracy in the 30-39 age group. However, further research with a more balanced sample distribution is needed for further validation."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>